Bab 5

Pagu hari yang cerah membangun Diva dari tidur nya, Bu Yaya sudah tidak ada di kasur nya. Diva mencari Bu Yaya. Ternyata Bu Yaya sedang mengobrol dengan David.

"Ibu kenapa gak bangunin Diva?" Tanya Diva kesal.

"Maaf kan ibu Diva, ibu tidak ingin mengganggu tidur mu" Balas Bu Yaya tersenyum.

Diva cemburut, lalu Bu Yaya mengenal kan Diva pada David, usai kenalan Diva pergi untuk mandi. Pukul 10.00 pagi mereka sudah siap untuk pergi menuju rumah Rianti

Sebelum pergi David meminta Bu Yaya untuk membuka mata batin nya, Bu Yaya ragu akan apa yang ia lihat setelah membuka mata batinnya. Namun David bisa meyakin kan Bu Yaya.

Pa Tono mengantar mereka sampai pintu desa tersebut, karena mobil Tania di parkir disana.

"Apa ibu yakin pergi kesana?" Tanya Pa Tono ragu.

"Saya sangat yakin, karena hanya kami yang akan membantu Tania untuk kembali lagi" Balas Bu Yaya meyakinkan.

"Baiklah jika begitu, semoga selamat sampai tujuan" Ucap Pa Tono.

Faris menyetir mobil Tania menuju tempat yang dituju, perjalan cukup memakan waktu lama. Sudah berjam-jam namun belum sampai juga.

Kantuk Diva datang, Diva tertidur tersandar di bahu David. David hanya tersenyum melihat gadis di sebelahnya tertidur dengan pulas.

Pukul 22.00 kami baru sampai di tempat yang di tuju, kami berdiri memandang rumah tersebut. Rumah yang sangat kumuh, banyak rumput liar yang tumbuh dimana-mana ditambah dengan pohon besar menambah ke angkeran rumah tersebut.

Kami menarik nafas dan membuang nya kasar. Seorang lelaki paruh baya mengagetkan kami, lelaki tersebut menanyakan perihal kedatangan kami kemari.

"Permisi bu, sedang mencari apa yah?" Tanya lelaki paruh baya tersebut kepada Bu Yaya.

"Kami mencari barang kami yang tertinggal di dalam" Ucap Bu Yaya menjelaskan.

"Oh begitu, tapi saran saya ibu dan anak-anak ini pulang saja tempat ini tidak begitu baik" Balas lelaki paruh baya tersebut.

"Ah tidak apa pa, kami sangat butuh sekali barang tersebut" Ucap Bu Yaya.

"Baiklah jika begitu hati-hati" Balas lelaki paruh baya tersebut.

Kami berjalan memasuki pagar, dan sampai pada teras depan. Bu Yaya membuka pintu dengan perlahan, tercium bawa tidak enak dan hawa yang buruk.

"Biar lebih cepat mencari informasi nya kita berpencar saja" Ucap Bu Yaya.

Kami pun setuju dengan usul Bu Yaya.

"Diva dengan Faris di lantai dua, David dan Andi disini dan saya akan ke lantai tiga" Ucap Bu Yaya.

Jaga kata jaga kelakuan pesan Bu Yaya kepada kami.

Diva dan Faris menyusuri lorong yang sunyi dan gelap itu menambah aura yang tidak sedap. Diva dan Faris di bekali lampu senter untuk penerangan nya. Faris berjalan di belakang Diva karena ketakutan, Diva yang sudah mulai terbiasa dengan kelebihannya sedikit tidak takut lagi.

Faris melihat pintu, ia pun memberitahukannya pada Diva.

"Div nih ada pintu" Ucap Faris.

"Kita masuk" Balas Diva.

"Kamu yang buka" Ucap Faris berlari menuju belakang Diva.

"Dasar cowo penaku" Balas Diva ketus.

Diva memengang handle pintu tersebut dan membuka nya dengan perlahan, Diva dan Faris masuk menelusuri kamar tersebut. Faris menemukan sesuatu di dalam laci kamar tersebut, Faris berteriak memanggil Diva.

"Diva lihat ini" Ucap Faris menyodorkan sebuah buku.

Diva menerima buku tersebut dan membaca nya dengan cahaya senter.

"Ini buku milik Rianti, ini data diri Rianti. Ternyata Rianti kaka kelas ku dulu" Ucap Diva menjelaskan.

Usai selesai dari kamar Rianti, Diva dan Faris membuka pintu sebelah kamar Rianti. Diva membuka nya lagi dengan perlahan, bisa dikatakan tempat ini ruang kerja.

Diva dan Faris mencari data-data yang dibutuhkan. Diva menemukan secarik kertas yang berisi hubungan kerja ayah Rianti dan ayah Diva. Ketika Diva dan Faris mencari berkas yang dibutuh kan, teriakan terdengar dari arah bawah. Diva dan Faris berlari menuju bawah. Diva dan Faris bertemu dengan Bu Yaya di tangga, mereka pun berlari mencari sumber suara tersebut. Ada satu pintu yang terbuka mereka pun memasukinya, terlihat David dan Andi duduk berjongkok Diva langsung memukulnya.

"Diva.. Diva... kamu lihat itu kan?" Tanya David menunjuk sosok suami istri yang berdiri di pojokan.

"Tenanglah David, aku melihat nya" Balas Diva menenangkan.

Bu Yaya menghampiri sosok tersebut, mencoba berkomunikasi namum sulit karena sosok tersebut mempunyai dendam. Diva mencoba mendekat pada sosok tersebut, Diva mengulur kan tangan nya seketika tangan Diva ditarik dengan sigap Bu Yaya menarik tangan Diva yang sebelahnya, David dan kedua sahabat nya membantu Bu Yaya menarik Diva, Diva terjatuh lemas.

"Kau baik-baik saja Diva?" Tanya Bu Yaya.

"Aku baik bu" Balas Diva.

"Seperti nya kita harus mencari tau lebih dalam lagi" Ucap Bu Yaya.

Bu Yaya mengajak Diva, David dan kedua temannya duduk melingkar bergandeng tangan dan menutup mata, hanya cahaya lilin yang menerangi mereka.

Setelah membaca beberapa do'a mereka membuka mata, mereka melihat adegan yang sudah lama.

Di dalam kamar ini, ada ayah Rianti yang terbaring sakit. Di situ pula ada Rianti dan Eca.

"Anak ku Rianti dan Eca, ayah ingin kalian bisa membalas kan dendam ayah pada musuh ayah. Umur ayah tidak lama" Ucap ayah Rianti.

"Ayah jangan berkata seperti itu, ayah harus tetap hidup. Ayah harus bisa melihat Rianti dan Eca membalas kan dendam pada musuh ayah" Balas Rianti menangis.

Ayah Rianti meninggal di tempat, ibu nya Rianti melihat suami nya sudah tidak bernyawa sangat terpukul, ia pun kembali ke dapur dan mengambil pisau lalu menusuk tubuh nya sendiri hingga tak bernyawa. Rianti dan Eca menangis sejadi-jadi nya.

AKU AKA MEMBALAS KAN DENDAN AYAH KU!!!

Begitu kalimat terakhir yang di ucap kan Rianti.

Diva memejamkan matanya, Diva sangat sedih dengan semua masalah orang tuanya. Ketika semua hening lemparan benda-benda tertuju pada kami.

"Kita harus keluar segera" Ucap Bu Yaya.

Kami keluar dengan banyak rintangan, banyak sosok-sosok tak kasat mata menggangu kami, apalagi David yang baru membuka mata batin nya ia takut tidak kepalang, namun kami pun bisa keluar dari rumah itu.

Jam sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari, kami berencana mencari penginapan untuk istrihat dan besok baru kami akan pulang ke rusun memecahkan misteri rumah susun yang terkenal angker itu.

Faris melajukan mobil menuju penginapan, jalanan begitu sepi karena sudah larut malam, sangat sulit untuk menemukan penginapan pada jam segini. Namum tak begitu satu jam kami menemukan penginapan yang standar dan kami bisa beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga.

Terpopuler

Comments

Agita Trianna Tarigan

Agita Trianna Tarigan

Astaga.
untung gak serem-serem amat.
Huhhh hilang sudah rasa penasaranku akan kelanjutan ceritanya

2020-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!