"Aku temannya, terima kasih untuk informasinya. Aku merasa terbantu," ucap Jack.
"Sama-sama, aku tahu jika wanita itu tersiksa dengan kehidupan rumah tangganya. Aku sebagai orang yang pernah bekerja dengannya, sungguh merasa miris. Kau bisa menolongnya tuan," jawab sang mantan pegawai Reniva.
"Apakah suaminya selalu kasar?"
Jack sangat penasaran dengan sikap yang akan ditunjukkan oleh suami Reniva.
Apakah sama dengan yang dikatakan oleh mantan tukang kebun itu atau justru lebih parah.
Soalnya Jack merasa bahwa tingkah laku suami Reniva sangatlah luar biasa.
Di luar ruangan, dia bisa melakukan hal buruk pada istrinya sendiri.
Padahal Jack sangat menginginkan cinta Reniva.
"Aku merasa jika suaminya hanya ingin harta saja, ayah dan ibu, serta mertuanya sama sekali tidak mengetahui jika anak mereka sudah bertindak sewenang-wenang pada Reniva. Lebih parahnya lagi, sejak malam pernikahan, tuan Ricky suka keluar dan memilih bersama dengan Sunnam."
"Mantan kekasihnya?"
"Bukan mantan, tapi memang kekasihnya. Perselingkuhan yang terlihat sangat nyata dan terang-terangan."
"Wah, parah sih. Okelah, aku akan sebisa mungkin membantunya," ucap sang bos dengan nada yang sangat percaya diri.
Dia mengatakan kepada tukang kebun, akan menjadi pahlawan bagi seorang Reniva.
.
.
.
Sang pria lalu segera gas kan mobilnya menuju alamat yang sudah di tunjukkan.
Jack sangat bergembira karena selama ini tidak pernah menjadi orang nekat.
Mencintai istri orang butuh keberanian, apalagi untuk saat ini, dia merasa mendekati Reniva tak semudah yang dibayangkan.
Untung dia orang kaya, jadi tak menjadi masalah baginya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Reniva, sang pria sudah menyiapkan mentalnya agar tetap waras dan selalu berada dalam kebahagiaan yang hakiki.
Bahkan panggilan telepon dari sang ayah, tak ia gubris.
Sebab hari ini ada pertemuan dengan gadis yang akan menjadi calon istrinya.
Sang anak buah, memberikan laporan jika ayah Jack, tidak berhenti melakukan panggilan kepada nomor ponselnya.
Ini sangat menganggu.
Apalagi anak buahnya sedang dalam posisi yang tidak tepat, yaitu lagi nyetir mobilnya.
"Bos, jawab sajalah. Bos besar nanti potong gajiku lho, aku malas."
"Iya, ribet amat."
Sang bos kini menjawab panggilan telepon dari ayahnya, tapi lewat ponsel anak buah.
"Ada apa ayah?" tanya Jack.
"Ada apa kau bilang? bukannya ayah sudah mengatakan, jika hari ini kau akan bertemu dengan seorang gadis. Dia calon istrimu."
Sang ayah memang sangat mendikte soal ini, ayah Jack, tak akan membiarkan anaknya menjadi orang tak memikirkan bibit, bebet dan bobot calon menantu.
Perasaan yang hadir dari seorang Jack pada Reniva, membuat pria itu sungguh tak miliki rasa penasaran kepada gadis seperti yang sudah disediakan oleh ayahnya.
Dia dan beberapa gadis yang sudah-sudah, hanya berlaku beberapa bulan saja.
Jack merasa aneh dengan kondisi ini, hanya saja cintanya tak bisa diatur.
"Iya, tapi aku hal yang sangat penting dan darurat. Ayah tidak akan paham. Bye, nanti aku ceritakan setelah sampai di rumah."
"Dasar anak kurang ajar!" cetus sang ayah.
Namun, apa yang terjadi, Jack langsung menutup panggilan telepon itu.
Dia tidak mau ambil pusing dan berusaha untuk biasa saja.
"Nih, ponselmu," jelas sang bos.
"Hm, kau selalu membuatku dalam masalah, apakah kau terlihat begitu menyedihkan?"
"Haha, iya aku memang sangat menyedihkan, apalagi tidak bisa bertemu dengan Reniva. Dia begitu memukau, sudah sampai belum sih? lama amat."
Sang bos sangat ingin bertemu dengan Reniva.
"Jalannya macet bos, apakah kau ingin jalan lain?" tanya anak buah 1.
"Iyalah, bagaimana bisa aku menjadi orang yang sok tahu. Padahal yang lebih paham dengan jalanan ini adalah kau."
Bos Jack selalu berkata bahwa selama ini tidak ada orang yang lebih baik dalam mengenal jalan selain anak buahnya.
Semua yang diketahui oleh sang anak buah, merupakan pengetahuan yang paten.
Dua puluh menit terjebak dalam jalanan yang macet, membuat sang sopir memutuskan untuk segera memilih jalan tembus itu.
Jalan yang sangat sulit di lalui, tetapi demi Reniva, apapun akan dia lakukan.
.
.
.
Di depan rumah Reniva ...
Setelah berada di dalam sebuah gang yang cukup sepi, anak buah 1 memilih jalan berbelok. Di sana terlihat jelas sebuah rumah mewah.
Mobil sang bos, sudah berada di depan pagar besi yang cukup tinggi.
"Oh, apa ini rumahnya ya?"
"Mungkin saja. Soalnya ini alamatnya. Aku akan turun untuk memastikan."
Sang anak buah lalu membuka pintu mobil dan turun dari sana.
Setelahnya menekan bel yang tersedia.
Di balik gerbang itu ada pintu kecil, seorang penjaga keluar dari sana.
"Cari siapa?" tanya penjaga rumah itu.
"Ini benar rumah tuan Ricky?" ujar sang anak buah 1.
"Iya, apakah kau sudah ada janji?"
"Belum."
"Apakah kalian ada kepentingan?"
"Iya, ingin bekerjasama. Bosku adalah pemilik perusahaan Herdanez corp. Dia mau memberikan investasi di perusahaan tuan Ricky."
"Oh, sebentar ya tuan. Aku tanya dulu pada tuan Ricky."
Saat sang penjaga ingin menelpon bosnya, suara seorang wanita terdengar sangat jelas.
Jantung sang bos berdegup kencang.
"Siapa?"
"Seorang bos besar ingin bertemu dengan tuan Ricky."
"Bilang saja belum pulang."
"Tapi nyonya, bos mengatakan padaku jika ada orang yang datang, harus konfirmasi dulu."
"Okelah."
Sayup-sayup terdengar suara Reniva, di balik pintu kecil itu, terlihat bayang-bayang Reniva.
Jack merasa terpukau dengan pemandangan ini, hanya saja harus tetap bersabar agar tidak mendapatkan hal buruk.
Misinya terlalu berat.
Mendapatkan seorang istri bos, tak semudah itu.
Apalagi Ricky adalah orang yang cukup cerdas dan berpengaruh, meskipun terlihat sangat tidak mungkin menjadi orang yang pro terhadap seorang Ricky yang sangat jelas melakukan pelanggaran terhadap istrinya.
Setelah menunggu beberapa menit, sang penjaga mempersilakan Jack masuk.
"Kau saja yang masuk, anak buahmu tidak perlu."
"Oke siap."
Sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah itu, anak buahnya memberikan bisikan semangat.
Jack makin memiliki motivasi yang lebih dari sebelumnya.
..
Ruang tamu rumah Reniva ...
Kini sang bos sudah berada di ruang tamu rumah mewah itu, sebuah rumah dengan gaya klasik Amerika.
Semuanya serba putih, membuat suasana makin terpancar sinarnya.
"Kau duduk di sini tuan, aku akan membuatkan kau minum," ucap Reniva.
Seorang pelayan yang terlihat tak memiliki pekerjaan, meminta nyonya muda di rumah itu untuk duduk saja.
Namun, Reniva tidak mau diam.
Hingga seorang pria yang di tunggu kehadirannya, muncul dari balik pintu utama.
Dia berjalan menuju Jack yang duduk manis di sofa ruang tamu.
"Wah, sebuah kehormatan jika bos Jack datang kemari," ujar Ricky.
Ya pria itu sepertinya berada ditempat yang tidak jauh dari rumahnya, karena tidak butuh waktu lama untuk pulang.
"Aku sangat tersanjung dengan semua hal yang kau miliki, istri cantik, rumah mewah."
"Iya, tentu saja. Reniva, duduklah, biar pelayan yang menyiapkan minum untuk tamu," pinta Ricky dengan tatapan mata yang hangat tapi palsu.
Senyum Reniva juga palsu, seperti ingin menunjukkan jika keduanya menjadi orang tidak baik-baik saja.
"Baik, suamiku.
.
.
.
Satu jam kemudian ...
Setelah membahas hal yang sangat penting, Jack merasa bahwa dia akan selangkah lebih maju, dia kan mendapatkan simpati dari Reniva.
"Bos Ricky, besok aku akan datang lagi dengan membawa berkasnya. Kau tinggal tanda tangan saja."
"Siap, kau habiskan teh yang dibuat oleh pelayan, sejak satu jam lalu kau hanya fokus dengan pekerjaan dan perundingan."
"Iya, aku sangat senang berada di sini, semua pekerjaan harus selesai dengan segera, tidak bisa ditunda terlalu lama."
"Ehm, aku memang bekerja sama dengan orang yang tepat."
Jack berasa di atas angin karena menjadi orang yang selama ini menginginkan seorang gadis, tapi tak juga mendapatkannya.
Kini dengan mudahnya, dia mendekati wanita bersuami.
Sungguh takdir itu tidak ada yang tahu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments