Si Jingga

Sedari perjalanan mereka kembali ke asrama. Entah kenapa Jeslyn merasa ada yang mengganjal. Seperti dia harusnya mengatakan sesuatu yang penting pada Lisa, tapi dia tak tahu apa itu.

"Oh iya!!!" Jeslyn menepuk tangan sambil berteriak.

"Oh Astaga dragon! Kamu ngapain sih teriak-teriak." Lisa mengelus dadanya karena kaget.

"Lis, kamu harus tahu..." Jeslyn mengguncang tubuh Lisa kuat-kuat.

"Apaan?" Sedangkan yang diguncang hanya pasrah tanpa perlawanan sedikitpun.

"Laki-laki yang kita tolong tadi.. energinya jingga, dia jingga, Lis..."

"Hah? Berarti kita baru aja nolong psikopat?"

Jeslyn melepas tangannya yang berada di bahu Lisa dan berpindah memegang kedua pipinya. "Bukan itu maksudku. Intinya.. kamu terselamatkan. Kamu nggak akan jadi lajang seumur hidup."

"Tapi katamu yang punya energi jingga itu psikopat? Aku nggak mau ah punya suami psikopat."

"Sebenarnya kemarin aku udah tanya perihal ini ke ibuku. Maksud ibuku, dia hanya pernah bertemu sekali dengan orang yang memiliki energi jingga dan sayangnya dia seorang psikopat, tapi itu nggak bisa jadi patokan. Katanya belum tentu semua pemilik energi jingga seorang psikopat. Contohnya kamu, setauku juga belum ada manusia yang memiliki energi sebesar dirimu. Bahkan kamu juga bukan dewa."

"Benar juga. Apa sebaiknya kita cari tahu dulu. Barangkali dia juga bernasib sama sepertiku. Mendapat energi besar dari dewa lainnya."

"Yup, benar sekali."

"Tapi gimana caranya? Kita bahkan nggak tahu nama dan kelasnya."

"Setidaknya dia anak sekolah ini. Kita bisa mencarinya bersama-sama."

"Tapi gimana kalau dia psikopat beneran? Kamu lihat sendiri tadi dia berlumuran darah."

"Kamu baru mikir itu sekarang? Aku tadi bahkan sudah mau lari saking ketakutannya, tapi kamu malah datang buat bantuin dia."

"Ya.. karena aku tadi kasihan. Kalau kita tinggal trus nanti dia mati gimana?"

Jeslyn hanya menepuk jidatnya. Tak mengerti sama sekali jalan pikiran Lisa.

#

Lisa kembali dari kantor guru setelah menyerahkan buku tugas dari semua siswa dikelasnya tepat pada jam istirahat makan siang.

Entah kenapa harus dirinya yang menjadi pesuruh para guru yang mengajar di kelasnya. Apa jangan-jangan wajahnya sangat suruh-able, jadi beliau-beliau ini tak sungkan jika harus meminta bantuannya.

"Hahhh..." Lisa membuang nafas panjang.

Tak jauh darinya, Lisa melihat Dimas, mantan pacarnya yang kini sudah terlihat menggandeng wanita lain. Padahal dirinya saja belum sepenuhnya move on, tapi lihat apa yang dilakukan buaya cap kadal buntung itu.

"Awas!!!" Seseorang tengah berteriak. Lisa refleks menatap apa yang terjadi, ternyata sebuah bola basket tengah mengarah kepadanya.

"Agh!" Tak. Tanpa berkedip Lisa melihat tangan seseorang menahan bola itu tepat sebelum mengenai wajahnya.

Lisa melirik ke arah si pemilik tangan. Sengaja dia melirik name tag si laki-laki yang telah menolongnya, namanya Juna. Lisa juga melihat Juna tengah memakai hand badge OSIS. Juna melempar kembali bola itu kepada para siswa yang berada di lapangan.

"Lain kali kalau main lebih hati-hati. Jangan sampai melukai orang lain."

Beberapa siswa di lapangan tampak mengangguk dan mengatakan penyesalannya pada Lisa karena hampir melukainya. Lisa hanya bisa tersenyum ramah sambil mengatakan dia baik-baik saja.

Belum sempat Lisa berterima kasih pada Juna, dia sudah pergi jauh meninggalkannya bersama seorang perempuan yang sepertinya juga salah satu anggota OSIS. Ada perasaan mengganjal di hati Lisa soal Juna. Entah apa itu, dia tidak begitu yakin.

"Lisaaaa!!" Lisa melihat Jeslyn berlari dari kejauhan.

Setelah berada di depannya, dia langsung menarik nafas dalam-dalam mengambil pasokan oksigen. Setelah cukup tenang mulutnya kembali bersuara. "Kok kamu biarin dia pergi?!"

"Hah? Siapa?"

"Itu.. yang tadi, dia si jingga."

"Hah?!"

Lisa kembali melihat tempat dimana Juna berjalan, tapi kini keberadaannya sudah menghilang dari jarak pandangnya.

"Kamu yakin?" Jeslyn mengangguk yakin.

"Pantesan bibirnya familiar."

Jeslyn menatap Lisa sanksi. Kedua tangannya dia lipat di depan dada. "Kenapa kamu fokusnya malah ke bibir sih?"

Lisa kelabakan mendengar pertanyaan dari Jeslyn. "Eh.. anu, itu karena tinggi mataku kan pas sama letak bibirnya. Habisnya model rambutnya beda, sama sekarang dia juga pakai kacamata. Jadi yang mirip cuma bagian bibir, hehe... Udah, ayo buru ke kantin."

Lisa langsung menggandeng tangan Jennie. Mengalihkan pembicaraan dan semoga saja Jeslyn bisa teralihkan dengan mudah.

"Tapi kamu nggak ngejar dia?"

"Nanti aja. Lagian aku tahu siapa dia. Dia Juna, anggota OSIS juga, jadi nggak susah nyarinya. Sebaiknya kita isi perut dulu. Nanti aja kita cari tahu siapa dia."

"Bukan cuma anggota, tapi dia juga ketua Osis." Jelas Jeslyn.

Lisa menatap Jeslyn tak percaya, bagaimana bisa Jeslyn lebih tahu sekolah ini daripada dia? Sebenarnya yang anak baru disini itu Jeslyn atau Lisa?

"Tahu darimana? Berarti dia kakak kelas dong?"

Jeslyn menggeleng. "Bukan. Dia seangkatan sama kita, tapi udah ditunjuk jadi ketua OSIS pas semester dua."

Lisa membulatkan bibirnya seperti huruf 'O' besar. Berarti hal itu baru saja terjadi.

"Gimana sih? Kok aku lebih tahu dari kamu?"

Lisa mengangkat kedua bahunya. Bahkan dia juga tak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa bisa tak tahu apapun.

#

Sepulang sekolah mereka memutuskan untuk pergi ke ruang OSIS. Sebenarnya pagi tadi, saat mereka belum tahu kalau yang mereka selamatkan kemarin Juna, Lisa dan Jeslyn mampir ke ruangan semalam.

Seperti sihir, kamar yang mereka gunakan untuk menolong kemarin tiba-tiba saja berubah menjadi gudang dalam semalam. Semua barang di sana sudah tak ada dan diganti dengan barang-barang sekolah yang tak terpakai.

Tapi setelah mengetahui bahwa laki-laki itu adalah Juna mereka tak terlalu terkejut. Mengingat Juna cukup berperan penting di sekolah. Tentu merubah kamar menjadi sebuah gudang bukanlah hal yang sulit.

"Hey, ada apa dengan kelas itu? Kenapa suasananya serem banget?" Tanya Lisa bingung.

Jeslyn melihat kelas yang dimaksud Lisa. "Itu kayaknya kelas khusus. Isinya para murid yang selalu jadi 10 besar di sekolah ini."

"Kenapa nggak ada guru yang ngajar?"

"Setahuku yang ngajar kelas ini itu Juna."

Lisa menatap Jennie aneh. Mana ada murid mengajar murid juga?

"Nggak percaya? Tunggu aja sampai kelas selesai. Pasti Juna masuk ke kelas ini. Makanya kelas ini deket ruang OSIS, soalnya biar dia mudah ngurus dua-duanya."

"Dia sepintar itu?"

Jeslyn mengangguk mengiyakan. "Kalau dipikir-pikir nggak kaget sih kenapa dia punya energi jingga. Kemampuannya aja udah hampir mustahil dimiliki orang biasa, apalagi seusianya. Kata Yessi, Juna juga master taekwondo.

Lisa mengangguk mengerti. Lagi-lagi Jeslyn hanya bisa menggeleng tak paham bisa-bisanya Lisa yang lebih lama bersekolah disini tak tahu sama sekali tentang sekitarnya.

"Itu dia." Lirih Lisa saat melihat Juna keluar dari ruang OSIS dan benar saja apa kata Jeslyn, dia beralih masuk ke kelas yang penuh anak jenius tadi. Juna terlihat tampak mengajar di kelas itu.

"Hsss.. hsss.." Tiba-tiba Lisa mengendus bau busuk yang entah dari mana datangnya.

"Jes.. kok tiba-tiba ada bau busuk ya?"

"Maaf, Lis.. aku kentut. Maaf banget, sepertinya kamu harus ngelanjutin ini sendiri. Udah darurat!!" Lalu Jeslyn berlari pergi mencari kamar mandi. Meninggalkan Lisa yang menatap kepergian Jeslyn dengan kesal.

Tak berselang lama, kelas kecil itu akhirnya dibubarkan. Tentu saja Lisa langsung bergegas mengikuti Juna lagi, walaupun sebenarnya dia tak begitu yakin apa guna dari mengikuti Juna.

Karena langkah Juna yang lebih lebar darinya, Lisa bersusah payah untuk tak tertinggal begitu jauh. Bahkan setelah Juna berbelok dia mulai sedikit berlari, tapi masih saja tak mendapati Juna dimanapun.

"Kamu mengikutiku?" Suara seorang laki-laki tiba-tiba saja berada di belakang Lisa. Bisa dipastikan bahwa laki-laki itu adalah Juna. Mati dia! Bagaimana ini?

#

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!