Pertemuan yang teramat sangat tidak di rencanakan terus membawa satu persatu masalah hadir di hidup. Tanpa mereka sadari jika setiap pergerakan mereka adalah jalan menuju sebuah masalah. Tepatnya di kantin siang ini, Alfat yang melihat Ratu tak merespon ucapan sang istri bergegas memapah bahu Citra sembari menundukkan kepala tanda hormat pada Ratu, di mana wanita yang dulu berstatus sebagai kekasihnya.
Pelan Ratu mendapat tepukan di pundaknya. "Nona, ayo segeralah makan siang." ujar pria bernama Jery yang merupakan asisten pribadi Ratu. Merasakan tepukan itu Ratu pun terlonjak kaget.
"Siapa yang mengizinkan mu menyentuh pundakku?" tekan Ratu menatap tajam pria yang telah lancang menurutnya. Namun, itulah sosok Jery, pria yang selalu bersikap sok akrab tanpa tahu tempat dan keadaan.
Mendapatkan tatapan tajam dari sang bos, pria itu hanya menyengirkan gigi putihnya dan membuat Ratu jengah lalu bergegas pergi meninggalkan sang asisten.
Salah satu meja di kantin perusahaan siang itu menjadi tempat pilihan Ratu untuk menikmati makan siang seadanya. Meski hanya berlabel kantin, namun perusahaan milik Wijaya sangatlah elit. Dari meja lainnya beberapa pria yang bertugas menjaga ketat sang nona muda tampak tak mengalihkan sama sekali pandangannya dari Ratu. Mereka tidak ingin jika di jam makan siang ini pun Ratu akan membuat ulah.
Hingga terlihat pelayan menghidangkan makan siang sesuai dengan pesanan sang nona, barulah mereka bernapas lega. Satu gerakan tangan Ratu ayunkan ke mulutnya dengan memegang sendok. Baru saja bibirnya hendak terbuka, tiba-tiba saja sepasang mata gadis itu beralih menatap suami istri yang tak jauh dari mejanya tengah bersuap-suapan sesekali. Bahkan tawa keduanya menghiasi wajah mereka.
"Sepertinya menarik jika aku bersama mereka." gumam Ratu tersenyum penuh rencana. Ia memegang nampan dan membawa makan siangnya di meja yang ternyata tempat Alfat bersama Citra menikmati makan siang bersama.
"Boleh bergabung?" tanya Ratu yang belum saja mendapatkan jawaban sudah lebih dulu mendaratkan bokongnya pada kursi yang ia tarik.
Sontak hal itu membuat Citra menatap sang suami seolah bertanya apa ini? Dan Alfat hanya memejamkan mata sekilas lalu memasang wajah ramah.
"Apa kau juga bekerja di sini?" sinis Ratu bertanya pada Citra yang mendapatkan jawaban dengan gelengan kepala.
"Istri saya tidak bekerja, Nona. Dia hanya makan siang menemani saya di sini." Kini Alfat yang mengambil alih untuk menjawab. Dan itu membuat Ratu menaikkan sebelah alisnya.
Keheningan beberapa saat terjadi hingga terdengar Ratu bersuara kembali dan menghentikan makan mereka bertiga. "Em...mengapa makannya seperti aneh? Apa memang seperti ini rasa makanan di sini?" tanya Ratu dengan wajah berekspresi tak terbaca.
Citra diam menatap sang suami tanpa berani angkat suara. Sementara Alfat tampak mengernyitkan kening tak tahu harus merespon apa. Wanita di depannya adalah wanita masa lalu namun ia harus tetap profesional dengan sang atasan.
"Aneh bagaimana, Nona?" tanyanya sopan.
Tak ada perkataan yang terlontar bahkan aba-aba, tiba-tiba saja Ratu menyodorkan suapan dengan sendok bekasnya ke depan mulut Alfat. Tentu saja hal itu membuat Alfat mau pun Citra terlonjak kaget. Gugup tak tahu harus berkata apa, Alfat menahan sendok itu dengan kedua tangan menghalangi di depannya.
"Nona..."
"Apa? Ayo rasakan makanan ini. Aku rasa ada yang aneh. Cepat ini perintah!" tekan Ratu membuat Alfat lagi-lagi tak berkutik.
Ragu pria itu membuka mulut kecil sementara kedua matanya menatap wanita yang tak lain adalah istrinya. Citra hanya bisa diam mematung melihat suaminya sendiri di suapi makan oleh wanita lain yang ia sendiri tak tahu jika dia adalah sang mantan suami.
Tak sampai di situ saja, Ratu dengan lincahnya mengulurkan ibu jari mengusap ujung bibir Alfat. "Kau masih seperti dulu makan suka berantakan." ujarnya sontak membuat wajah Citra menegang mendengarnya.
"Seperti dulu? Apa arti ucapannya itu? Siapa dia sebenarnya? ada apa dengan Mas Alfat dan wanita ini sebenarnya?" Hanya bisa bertanya-tanya dalam hati Citra menahan tetesan air mata yang hampir saja jatuh.
Dadanya yang semula berbunga-bunga mendapat sikap romantis sang suami kini seketika panas seperti terbakar api. Begitu pun dengan Alfat yang menatap sang istri penuh permohonan. Ia bisa melihat ekspresi wajah Citra yang sudah berubah mendung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments