Ayu berjalan gontai menuju ruangan Indra. Bahkan dia melewati makan siang karena khawatir dengan apa yang akan disampaikan oleh Indra. Asisten atasannya itu memang terlihat tidak cuek dan jutek seperti Edwin tapi tetap saja keputusan karena kecerobohan yang sudah dia lakukan pasti sudah sangat jelas.
“Kalau pun dipecat, ya sudah mau bagaimana lagi,” gumam Ayu. “Coba lagi seperti ale-ale,” ujarnya lagi.
Mengetuk pintu ruang kerja Indra, lalu duduk di depan meja pria itu. Indra memintanya menunggu sebentar karena sedang fokus dengan layar komputer dihadapannya.
Ayu hanya bisa menatap sekeliling ruangan Indra dan berangan kalau dia menjadi sekretaris dari pria penghuni ruangan tempatnya berada pasti urusannya tidak dramatis seperti tadi.
“Oke, Ayu. Ada hal yang perlu saya sampaikan mewakili Pak Edwin.”
Ayu hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan oleh Indra, menatap pria dihadapannya dengan sangat gugup dan jantung berdetak tak karuan.
“Saya dipecat ya Pak?”
“Oh, bukan begitu. Bukan dipecat tapi ….”
“Dirumahkan? Sama saja, Pak. Kerja baru dua hari sudah dirumahkan, itu sama saja pemecatan,” sahut Ayu.
“Kamu dengarkan dulu ya, jadi kamu bukan dipecat atau dirumahkan. Tapi dipindahtugaskan,” tutur Indra.
“Pindah tugas? Nggak ke luar kota atau ….”
Indra terkekeh. “Nggak kok. Karena kesalahan tadi, kita masih memberikan kepercayaan untuk kamu tapi tidak diperusahaan ini melainkan di kediaman Pak Edwin.”
Ayu mengernyitkan dahinya mendengar dia berpindah lokasi kerja di kediaman Edwin pemilik perusahaan. Apa yang harus dia kerjakan di rumah tersebut.
“Di rumah Pak Edwin? Sebagai apa Pak?”
“Pengasuh Aiden.”
“Hahh,” pekik Ayu. “Pak Indra nggak salah, mana ada kemampuan saya sebagai pengasuh. Tadi saja jelas-jelas Pak Edwin marah bukan hanya karena masalah dokumen tapi karena keselamatan Aiden. Lagi pula saya melamar ke sini sebagai sekretaris bukan sebagai pengasuh.”
Indra menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang dituturkan oleh Ayu. Tapi belum menjelaskan apa konsekuensi yang harus diterima ketika tidak menyetujui apa yang sudah ditawarkan. Membuka laci kerjanya dan mengeluarkan map berisi kontrak kerja yang sudah ditandatangani Ayu yang dia ambil dari bagian HRD.
“Ini kontrak kerja yang kamu tanda tangani, jelas di sini tidak ada pernyataan kamu bekerja sebagai sekretaris dan kedua belah pihak tidak boleh membatalkan kontrak sebelum masa kontrak berakhir. Itu artinya dua tahun mendatang.”
“Kalau saya batalkan kontrak?”
“Pihak yang membatalkan kontrak harus membayar lima puluh kali lipat dari penghasilan yang tertera. Anggap saja penghasilan kamu lima juta, jadi tinggal di hitung saja dan itu harus kamu bayarkan ke perusahaan.”
“Apa?”
“Kamu ada waktu satu hari untuk menimbang dan memikirkan apa yang akan dipilih. Menjadi pengasuh atau membayar denda,” jelas Indra.
Ayu terkejut dengan aturan yang memang tidak dia baca saat menandatanganinya. Mencoba berhitung berapa besar denda yang harus dikeluarkan.
Gila, duit dari mana. Cari kerja untuk bertahan hidup ini malah harus bayar denda.
“Kamu bisa hubungi saja untuk menyampaikan pilihan keputusan.”
Ayu meninggalkan ruang kerja Indra dengan tidak semangat. Memikirkan bocah yang bernama Aiden saja dia sudah dibuat kesal apalagi harus setiap hari bertemu dengan bocah itu selama dua tahun. Apa dia tidak dibuat mati berdiri.
...***...
Sejak semalam Ayu masih memikirkan apa pilihan yang harus dia pilih. Hanya memiliki waktu satu hari ini, sejak bangun tadi pagi Ayu masih tetap berada di ranjangnya menatap langit-langit kamar. Berusaha meyakinkan diri dengan pilihannya.
Sedangkan di perusahaan.
Edwin menjadi lebih sibuk karena tidak adanya sekretaris, Indra sendiri sudah sibuk dengan tugasnya. Keduanya saat ini sedang berdiskusi membahas pengajuan kerjasama dari perusahaan rekanannya.
Di tengah pembicaraan, terdengar ketukan pintu. Pandangan Edwin dan Indra mengarah kepada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
“Siang Mas, apa kabar?” tanya Mirna yang mengulurkan tangan.
“Baik,” jawab Edwin. Dia menjabat tangan Mirna, tapi bukan hanya berjabat tangan Mirna langsung mencium kedua pipi Edwin yang tidak dapat ditolak karena gerakan yang tidak terduga.
Mirna adalah Tante Aiden, adik dari mendiang istri Edwin.
“Aku ganggu nggak?” tanya Mirna.
“Hm, ada hal yang penting untuk kami bicarakan. Kamu ….”
“Aku ingin makan siang dengan Mas Edwin dan Aiden,” sahut Mirna. “Aku bisa menunggu kok. Aku tunggu di situ ya,” tunjuk Mirna ke arah sofa. Edwin hanya menganggukkan kepalanya, tidak mungkin dia menolak atau mengusir kerabat dari mantan istrinya.
Edwin kembali berdiskusi dengan Indra. Tidak lama sudah ada keputusan dari diskusi tersebut. Indra sempat mengatakan kalau nanti sudah ada pengganti sekretaris, Edwin tidak boleh sembarang memecatnya.
“Mas Edwin sedang mencari sekretaris?”
“Iya, ada rekomendasi?” tanya Indra.
“Kalau aku aja boleh kah? Kebetulan aku sedang tidak ada kegiatan dan sedang mencari peluang kerja juga tapi belum ada yang pas,” sahut Mirna.
Indra dan Edwin saling pandang, kemudian Edwin hanya mengedikkan bahunya karena perekrutan karyawan bukan urusannya.
“Kirim saja aplikasi lamarannya, prosedur perekrutan tetap sama tidak ada pengecualian walaupun kalian masih ada hubungan kerabat.”
“Segera saya kirim deh,” ujar Mirna lagi.
Kesempatan bagus nih, aku harus bisa dapatkan posisi itu biar bisa dekat terus dengan Mas Edwin. Nggak perlu mikirin alasan-alasan aneh untuk bertemu dengannya. Setelah Mas Edwin sudah di tangan berikutnya bocah tengik itu.
Setelah Indra undur diri, Mirna menghampiri Edwin. “Mas aku kangen dengan Aiden, kita makan siang bareng ya,” pinta Mirna.
“Aku sibuk, mungkin lain kali. Kalau kamu kangen Aiden bisa langsung ke rumah dan temui dia,” usul Edwin. “Kebetulan dia kembali berulah di sekolahnya, siapa tahu dengan nasehatmu dia mau dengar dan tidak berulah lagi.”
“Hm, nanti aku mampir deh. Memang pengasuhnya kemana sampai bisa kecolongan begitu.”
“Pengasuhnya resign dan selama Aiden di sekolah pengasuhnya tidak boleh ikut masuk.”
“Mas Edwin sepertinya harus segera mencari Ibu untuk Aiden, bisa jadi dia begitu karena sedang mencari perhatian,” tutur Mirna.
Tentu saja aku yang tepat untuk menjadi Ibu dari Aiden dan Istri Mas Edwin, batin Mirna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Luzi
iiisssshhh adik ipar ulat bulu
2024-03-04
1
Agustina Kusuma Dewi
udang dibalik rempeyek..ambyar mak e
2023-12-14
1
Katherina Ajawaila
ada lg ulat keket, bikin gatel aja
2023-10-02
0