Aileen tidak pernah membayangkan, dirinya yang akan pulang malah di sekap orang dari arah belakang dengan kasar. Bahkan ocehan hatinya berubah, apakah ia akan menyusul kedua orangtuanya. Meninggalkan semuanya di dunia fana ini, tanpa membalas budi pada bibi dan pamannya.
Beberapa puluh menit, Aileen mengedipkan kedua matanya. Seolah ia sadar, tempat yang aneh membuat Aileen gusar ingin kabur secepat mungkin.
"Hiks! aku dimana ini?"
Dalam gedung sedikit gelap, dua pria datang menghampiri ruangan. Di mana wanita sasaran berada, sebuah meja lampu penerang sedikit cahaya. Dia menatap wanita yang terbelit ikatan dan sarung penutup kepala berbetuk segi empat.
Aileen pun kini menatap segalanya dalam penutup, sedikit remang tapi ia tahu ada yang mendekat ke arahnya. Aileen hanya mendengar pembicaraan, andai mulutnya tak ditutup, mungkin sumpah serapah sudah ia katakan dan keluar dari mulutnya. Berusaha ia mencoba melepas ikatan, namun sulit.
"Owh...., tidak perut ku lapar sekali, aku lupa aku belum sempat makan sehabis belanja. Astaga! apakah belanjaan aku juga tertinggal dijalan kedua kalinya?" benak Aileen racauannya sedikit absurd.
Awas saja kalau saya bisa lepas dari sini, saya akan tendang burung emas milik mereka satu persatu, geram aku dibuat seperti ini. Aileen hanya bisa bicara namun tak bersuara, karena bibirnya di lakban dan pengap keringat mengucur terus menerus.
Satu jam berlalu. Daffin dan Livi asistennya sudah tiba di satu ruangan. Di mana wanita sekapan itu berada, yang mungkin Livi sudah yakin jika Daffin akan murka terhadap Caty.
"Kalian tidak salah tangkap wanita kan?" ucap Daffin. Di ikuti oleh Livi yang tampak duduk saja sedikit menjauh dari Daffin, karena ia malas tak suka melihat pertunjukan menyakiti seorang wanita, apalagi dia juga seorang wanita meski seperti pria casingnya.
"Tidak tuan, kami mengikuti dan bajunya pun sama yang diperintahkan, kami mengikutinya sudah dari pagi." ucap bodyguard.
Aileen mencerna suara mereka, aku keluar saja dari siang, bagaimana mungkin aku bisa di ikutin dari sejak pagi gelap buta. Apa bibi atau paman punya musuh, awas saja akan aku laporkan kalian ke polisi jika aku bisa lepas!! gumam Aileen dengan emosi mendidih, tak sabar penutup wajahnya segera dilepas.
"Hello wanita piala, sudah lama hampir 2 tahun kita tak bertemu, apa kamu ingat suara ku."
"Karena Deva kau sakiti, jadi maaf karena harus menangkapmu dengan seperti ini! Aku yang menyuruh orang ku agar menemukan mu, memberi perhitungan pada wanita yang menyia- nyiakan Deva. Sampai hati tega kau lakukan itu? Aku sudah anggap kau lebih dari teman, kenapa kau sadis pada kakak ku?" bisik Daffin.
Daffin memegang kepala Aileen berusaha menjenggutnya, masih menempel dengan penutup kepala itu.
Aileen menggelengkan kepalanya, ia tak kenal dengan Deva. Bahkan ia baru saja pindah selama dua tahun di kota padat ini, mana mungkin temanku pun tak ada. Aileen semakin yakin jika ia menjadi salah sasaran, mengingat wanita pirang yang bertukar baju memaksa itu membuatnya susah, awas saja jika bertemu nanti! dendam Aileen ketika benar benar ia lepas dari penyekapan ini.
"Kenapa kamu menggelengkan kepala, dasar wanita laknat kamu."
Aileen semakin memerah kesal, perlakuan kasar dan penghinaan semakin meradang.
"Kau Livi, buka penutup wajah dan buka mulutnya!" ujar Daffin.
Livi pun membukanya, dan ia segera melepas dan terkejut saat penutup wajah dibuka, Daffin melotot karena yakin jika salah orang. Apalagi Livi, kesal tajam pada dua bodyguard yang salah tangkap seorang wanita.
"Bos! dia bukan Caty." ucap Livi menunduk.
Daffin langsung menatap dan menghadap ke depan. Ia memutar mata arah pada bodyguard yang ketakutan dan memperhatikan wanita di hadapannya. Livi pun membuka plester lakban wanita itu karena kasihan, sudah selama itu ternyata anak buahnya salah tangkap orang.
'Cih! bodoh kalian semua.' tajam Livi memarahi.
"Auw..., pria sialan kalian. Bisa-bisa nya memperlakukan wanita seperti ini!"
Semua menatap wanita itu yang cantik, wanita yang salah sasaran.
"Lihat apa kalian? dasar pria lalat. Tak berpendidikan, cepat lepaskan tali ku ini!"
Livi pun melepaskan dengan gemetar, kala kode Bosnya meminta dibuka dengan cepat. Meski wajahnya sudah merah abu abu membuat malu.
"Livi, bagaimana ini kita dalam bahaya, bagaimana kau handle dia?" lirih Daffin.
Livi pun sama saja ketakutan, namun Daffin memerintah untuk membereskan wanita itu, untuk sampai rumah dan mengaturnya.
"Anterin wanita ini pulang dan beri kerugian. Jangan sampai semua ini melebar, masuk berita!"
Daffin pun menarik kerah bodyguard dan memarahinya karena salah sasaran, bukan wanita yang ia cari.
"Bagaimana apa anda baik baik saja nona?" tanya Daffin seolah sok akrab.
Aileen menatap kesal, dan menginjak kaki Daffin, ia berlalu dan pergi dari gedung pengap itu.
"Pake tanya, menurut mu apa aku baik, rasakan ini! kau harus menyesal bukan ini saja, dasar pria bodoh! sama dengan orang orang mu tidak punya mata." kesal Aileen saat itu, mencari keberadaan tasnya.
"Auw nona maaf, maafkan kami. Saya akan mengantar anda pulang, sekali lagi maafkan kami." Daffin pun memohon, meski kesakitan karena kaki nya di injak.
Ailen melirik dan bertanya, siapa yang membiusnya di hadapan para tubuh kekar.
hingga nada marah.
Dua bodyguard pun melambaikan tangan dan mengatakan jujur. Aileen tersenyum memicing setengah bibir, lalu menendang burung emas pria besar itu hingga kesakitan.
Aaaarkh...
Livi hanya menelan ludah menatap bodyguard mendapat tendangan, rasanya tak sanggup jika mengantar wanita harimau dihadapannya ini, tapi perintah tuan Daffin lebih ia takuti juga.
"Apa dia guru karate, mati lah kita Livi?"
Livi melirik bos Daffin, tapi mendapat tatapan tajam bagai pisau. Mau tidak mau ia mengejar Aileen untuk mengantarkan nya.
Aileen sudah jalan selama puluhan menit, ia menunggu angkot, dan berjalan tanpa ketakutan. Namun Daffin memutar mobil, lalu sudah di depannya untuk mengantarkannya.
"Hai ..., nona kami tidak akan macam - macam, permohonan maaf kami, saya antar sampai rumah, saya janji tidak akan salah sasaran seperti tadi." jelas Daffin, saat itu Livi menyetir bagai supir.
Aileen menatap sudah malam sekali sehingga ia ikut dan masuk ke dalam mobil belakang. Saat ia membuka pintu, Daffin menahan dan berkata,"Maaf kan saya, kami salah sasaran kami akan membantumu dan lupakan semua ini!"
Daffin pun menaruh lembaran check pada tas Aileen dengan sembunyi."
Aileen pun menatap Daffin dengan wajah datar.
"Cih..., pria lalat minta maaf tidak tulus, apa kau yang tadi menarik rambutku. Gara gara kau aku kehilangan nafsu makan, aku jadi kelaparan disekap, dan gara gara kau. Aku kehilangan baju kantor ku, asal kau tau besok aku akan mulai bekerja, tapi karena kalian semua gagal karena kalian.. Aaargh! Satu lagi ini hadiah buat anda tuan."
Bruugh.
"Zzz...," Aileen menginjak kaki Daffin keras, sehingga Daffin menahan sakit agar wibawanya tidak turun, setelah mobil Livi berlalu ia baru mulai dan melihat kakinya. Di bantu oleh bodyguard, Daffin pun langsung bergegas pergi dengan mobil lain.
Livi sendiri menatap linu, rasanya mengantar wanita harimau yang ia temui merasa takut, semoga perusahaan tidak merekrut karyawan seperti wanita di hadapannya ini.
'Big Bos, takut dengan wanita salah sasaran ini?' benak Livi menatap bayangan Aileen kala itu.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Mr Azusi
enak bener idah dimaki maki malah di alah orang,🤣🤣
2022-12-26
0