Gemuruh mulai bersahutan dari luar, hujan yang semakin deras membuat siapapun enggan keluar. Aku pergi menuju atas pohon tempat aku bernaung bersama Sri. Tampak jelas wanita itu kini tengah duduk seakan menungguku disini.
Aku pun duduk bersama dengan sosok itu dan tak bertanya apapun sebelum ia mengatakan semuanya terlebih dahulu padaku.
"Ingatlah, kematian mereka tak semudah ini La" bisik lembut itu terdengar pelan, nampak sosok Sri yang cantik di sampingku dengan suara lembutnya yang terdengar.
"Kalian manusia ibl** , akan kuberikan kalian sebuah luka sampai kalian lebih memilih kematian" teriakku menggelegar.
"Ma...maafkan mas Sila. Mas tak punya pilihan. Kakakmu yang telah menggoda mas sejak kita pacaran." Ucap Fahmi disertai air mata buayanya.
"Mas, kau tega ya fitnah aku. Mas yang duluan peluk aku waktu habis mandi" sanggah Nindi
Tanganku mengepal kala tahu kebenaran bahwa mereka dekat sejak kami pacaran. Air mata seketika membuatku lemah. Wujudku kembali berubah menjadi Sila yang mereka kenal. Rambut hitam panjang dan kulit pucat seketika tak berarti, kala wajahku menjadi cantik kembali.
"Hentikan semua perkataan kalian. Aku disini hanya ingin keadilan! aku yang kalian hancurkan hanya ingin meminta balas atas semua dosa yang kalian lakukan. Apakah Mas tak menginginkan aku dan anak kita? hingga tega membunuh kami dengan keji. Dan apakah mbak ingin memiliki suamiku agar mbak bisa membalas semua rasa iri yang mbak simpan selama ini?" tangisku pecah dan tubuhku bergetar kala mengucapkan kata kata yang membuatku mengingat semua kejadian itu.
Hening....
Hingga tiba tiba angin begitu kencang meniup gubuk ini. Membuat ku sedikit heran dan membuat kedua manusia menjijikan itu ketakutan.
"hihihihi" suara tawa diiringi gemuruh. Membuat suasana begitu mencekam.
Obor yang terpasang seketika padam, membuat seluruh ruangan menjadi gelap dan menakutkan. Kutahu bahwa ini adalah permainan Sri. Ia akan melakukan permainannya. Kupergi menuju suara asal, hingga kudapati Sri dengan wajah sama sepertiku.
"Mari ku bantu memulai semua balas dendam mu"
Kali ini wajahnya sama sepertiku namun penuh luka dan nanah di setiap jengkal kulit wajah. Tak lupa belatung yang bergeliat di seluruh lubang pipinya membuatku sedikit takut namun tetap senang, sebab tak lama lagi Mas Fahmi dan Mbak Nindi akan memilih kematiannya sendiri.
Kutunggu Sri di atas pohon dekat saluran air. Terdengar beberapa suara gaduh dan teriakan dari mulut wanita murah* itu dan Suami tercintaku. Hingga setelah beberapa menit suara gaduh dan teriakan itu tak terdengar lagi.
Kucoba bangkit dan hendak turun, tapi sebuah tangan dingin menggenggam tanganku. Seketika ku berbalik dan mendapati Sri yang tengah tersenyum manis.
"La, aku sudah melakukan permainan pertama. Sisanya tinggal 2 kali lagi, kau harus membalaskan semuanya. Dan ingat kau jangan membunuh mereka, biar mereka yang memilih kematiannya sendiri. Jangan kau kotori tanganmu" senyuman Sri penuh arti. Namun aku heran, mengapa ucapannya membuatku takut kehilangan teman baikku ini.
Perlahan sang surya menampakan diri. Angin berbisik lembut, seakan menyuruhku untuk menikmati indahnya hari ini.
Aku yang masih berada di atas pohon jembatan ini harus bersembunyi. Tak terlihat dan tak terdengar 2 manusia hina itu keluar dari gubuk. Hingga beberapa pemancing yang akan mengambil peralatan didalam gubuk pun masuk dan terkejut, sebab mereka diperlihatkan sepasang manusia tengah tertidur tanpa menggunakan baju sehelai pun.
"Woi, bangun!" teriak salah satu pemancing.
Dengan wajah terkejut, Mas Fahmi dan Mbak Nindi langsung menutupi semua badan yang sudah terlanjur dilihat para pemancing.
Banyak pemancing menghina dan meneriaki kata kata kasar pada mereka. Hingga di araklah keduanya mengelilingi desa, dengan hanya menggunakan kain tipis yang ditujukan untuk menutupi area sensitif kedua manusia kotor itu.
Kudekati Sri yang tengah melamun.
"Sri apakah mereka melakukan..?"
belum sempat kuteruskan ucapanku, namun Sri langsung menjawabnya.
"Tidak La, itu semua adalah ulahku. Aku hanya ingin mereka menanggung malu dengan apa yang mereka sering lakukan di rumahmu. Kenapa mereka tak malu? Kala tuhan melihat semua tindakan kotor mereka. Sedangkan saat ini mereka tertunduk dan menangis sebab malu, dilihat banyak orang dan tentunya dilihat tuhan. Apakah rasa malu mereka terhadap manusia lebih besar dibandingkan rasa malu terhadap Sang Pencipta?" ucap Sri dengan lembut.
Kini akupun tertunduk mendengarkan semua perkataan Sri yang sangat benar dan bijak.
"Tiga hari lagi aku akan pergi Naisila" lanjut Sri seraya menahan tangis.
"Aaa..apa yang kau katakan Sri?" keterkejutanku membuat mulut ini serasa kelu dan kaku. Setelah sekian lama kami bersama, kini misi Sri akan cepat selsai. Dan mungkin ia akan berada ditempatnya bersama suami yang telah mengkhianatinya.
"Telah kusingkirkan semua kepar** itu. Dan esok akan kuhabisi suamiku beserta jala** itu" ucap Sri dengan tangisnya.
"ku kira kau akan membantuku Sri" kutundukan kepala seraya mulai menangis
Pelukan dingin kini tengah mendekap ku. Membuat semua badan ini semakin dingin dan lebur dalam suasana haru. Teman yang ku anggap saudara sebangsa kesatuan setan. Kini harus pergi menuju alamnya sendiri.
Angin bertiup lembut, Mentari kini tak nampak lagi. Seakan menjadi pertanda perpisahan yang telah mendekat. Tak kuasa harus hidup sendiri ditempat sunyi. Bayi yang tak kunjung lahir dan pertemanan yang akan berakhir. Membuatku ingin mati untuk kedua kali. Jika sampai Sri hilang maka aku akan disini sendiri dengan sunyi dan sepi yang menemani.
"Kau jangan bersedih jika aku tiada La. Aku akan tetap setia menunggumu di tempat terakhir kita berada. kau jangan takut jika banyak penganggu menghampirimu. Aku akan selalu mengawasi setiap langkahmu dan akan mengirimkan sesosok penjaga untuk teman kau di dunia ini sebelum kembali. Ingat satu hal La. Kau tuntaskan semua keinginanmu dan kemarahanmu. Jangan sampai mereka lolos dari siksaannya di dunia. Ku tahu nasihatku yang satu ini salah. Tapi ku yakin dengan membalaskan dendammu pada mereka, setidaknya mereka akam merasakan hancur sama sepertimu"
Aku menatap sosok di hadapanku yang kian terlihat memudar. Sri sepertinya akan benar benar lenyap jika semua dendam dihatinya sudah terbalaskan pada suami serta selingkuhan suaminya. Aku senang jika ia sebentar lagi akan pergi bertemu putri kecilnya. Namun, aku pun juga akan sangat sedih karena akan kehilangan sosok paling setia dan penyabar sepertinya.
Bahkan perutku yang senantiasa lapar selalu saja di berikan makanan olehnya tanpa sekali pun aku meminta padanya. Dia benar benar sosok yang akan sagat aku rindukan jika sampai ia benar benar lenyap dari dunia ini.
"Kau sahabatku Sri" gumamku dengan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments