Semulus Paha Aprodhite

Vivian memasang senyum paling memikat saat mendengar pengakuan Dewa. Sepertinya cupid memang sedang berpihak padanya. Buktinya, jalan menuju Elang selalu saja ada di depannya. Bukankah itu artinya mereka sebenarnya ditakdirkan bersama?

"Masa sih? Kok aku nggak pernah tau ya kalau kak El punya adik?" tanya Vivian dengan kerlingan menggoda. Dia merasa mendapatkan banyak keberuntungan hari ini, bagai bebek beranak sembilan.

"Kamu pernah tanya sama mas Elang?"

"Idih sekarang manggilnya pake mas …?" Vivian mencebik lucu.

Dewa nyengir, "Kebiasaan di rumah manggilnya gitu!"

"Aku emang nggak pernah tanya soal pribadi sih, salahku juga!" Vivian mengaduk-aduk minumannya sambil tidak berhenti memperhatikan Dewa. "Gimana kabar mas Elang?"

"Nah sekarang kamu yang ikutan manggil mas! Kamu kan satu jurusan, pasti tau kabarnya tanpa aku beritahu," jawab Dewa enteng.

Vivian menjelaskan, "Kayaknya dia sibuk sama penelitian! Semedi di laboratorium tiap hari, kalau nggak gitu ya ke lapangan ambil data. Jarang ketemu sih sekarang, nggak kayak dulu."

"Ngomong-ngomong kamu nemenin makan siang begini ada yang marah nggak?" tanya Dewa. Sekaligus memastikan kalau Vivian tidak sedang terlibat hubungan dengan kakaknya. Bersaing dengan pemuda lain tidak begitu masalah bagi Dewa, tapi jika bersaing dengan Elang bisa dibilang suatu kemustahilan.

Vivian mengernyit, "Maksudnya?"

"Pacar … maksudku pacar kamu!" Dewa menaikkan alis bergantian, menahan tawa jenakanya.

"Oh itu, aku lagi sendiri. Kalau ada pacar ngapain aku pulang bareng kamu?"

Dewa tersenyum lebar, "Bisa aja doi lagi nggak bisa jemput, kan? Lagi sibuk maksudnya!"

"Kamu nggak percaya?"

"Bukan begitu, Vi! Kamu terlalu cantik untuk nggak punya pacar …!" Dewa memasang sedikit jebakan untuk mendapatkan kepastian.

"Aku tadi belum bilang kalau aku baru putus?"

Dewa meringis, "Aku cuma memastikan nggak ada yang nyegat aku pulang setelah makan siang bareng kamu!"

Vivian tertawa renyah, tidak tersinggung. Dia memang sengaja memakan umpan Dewa agar bisa masuk dalam jebakan.

"Aman, Wa!"

Obrolan berlanjut sampai satu jam berikutnya, membahas hal-hal ringan seputar kampus dan kegiatan masing-masing. Dengan janji bahwa mereka akan bertemu lagi untuk menghabiskan waktu bersama.

Ah, jalan Dewa mendekati Vivian ternyata selancar jalan tol, semulus paha si Aprodhite. Nama kakaknya menjadi magnet tersendiri bagi Vivian untuk mau menerima tawaran kencannya. Jackpot. Hadiah uang taruhan ada di tangannya. Modifikasi gratis di bengkel ketua club ada di depan mata. Dewa bahkan sudah membayangkan knalpot racing mahal untuk mogenya, ups … moge kakaknya.

Memacari Vivian dalam rentang waktu tiga bulan sudah kelihatan jalannya. Dan jika syarat itu terpenuhi, kemenangannya benar-benar dianggap sah. Dewa sudah tidak sabar menggenapi tiga bulannya dengan banyak berkencan dengan Vivian, tiga kawannya yang terlibat taruhan tidak akan Dewa berikan kesempatan.

Selain itu, Vivian adalah bonus kemenangan dan bonus harus benar-benar dinikmati sebelum masing-masing menunjukkan rasa bosan. Astaga!

Dewa pulang ke rumah setelah mengantar Vivian. Tidak mampir kemana-mana lagi karena jadwalnya lumayan padat di hari Sabtu. Sore ini dia memiliki tugas yang diembankan Elang padanya, yaitu menemani Mayra malam mingguan.

Aneh memang, Mayra adalah wanita yang diharapkan akan mendampingi Elang di masa depan, atau mudahnya sebut saja cewek itu adalah calon kakak ipar bagi Dewa. Namun, kakaknya yang super playboy itu dengan sintingnya berbagi tugas dengannya untuk menjaga Mayra. Menjaga dalam arti yang sesungguhnya. Hanya menjaga tanpa melakukan apa-apa.

Kadang Dewa tak habis pikir kenapa Elang bersikap demikian baik dan protektif pada Mayra, tanpa mau repot memacarinya. Elang justru sibuk dengan gadis-gadis lain meski Mayralah yang paling setia menunggunya.

"Kamu udah telepon Mayra?" tanya Elang begitu Dewa melintas di depan kamarnya.

"Udah, nanti aku jemput habis magrib!"

"Oh oke, sini kunci motornya, aku mau keluar bentar lagi!"

Dewa menjawab cengengesan, "Mas Elang pakai mobil aja, aku masih butuh motornya buat nanti malam!"

"Bukannya kamu mau keluar sama Mayra? Dia nggak nyaman naik motor, Wa!"

"Aku mau ajak dia kopdar sama anak bikers. Kami udah sepakat dari minggu kemarin, dia nggak keberatan sama sekali naik motor!"

"Kamu mau ngajak Mayra nongkrong di pinggir jalan?" tanya Elang skeptis.

"Plus night ride keliling kota nanti!" sahut Dewa santai.

"Wa, masuk angin nanti anak orang! Jangan bawa Mayra untuk kegiatan berbahaya!" pesan Elang dengan raut keberatan.

"Tenang, aman … aman! Nggak ada yang namanya kebut-kebutan, anak club semua penganut safety riding (berperilaku aman dan nyaman saat berkendara) kalau di jalan! Kami bukan sekumpulan ngabers!" (milenial yang berkendara ugal-ugalan di jalan raya dan bahkan berujung kecelakaan).

"Wa, masalahnya Mayra belum pernah, dia nggak ada pengalaman naik motor! Kamu tau kan, Mayra itu tuan putri di rumahnya!"

Dewa menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, "Mbak Mayra sudah oke mau ikut aku, Mas! Kalau nggak percaya tanya aja sama dia!"

Kalau memang tidak memiliki rasa percaya pada orang lain, kenapa cewek wasiat mamanya itu tidak dijaga sendiri? Dewa benar-benar merasa kalau kakaknya sangat egois dan pengatur jika itu soal Mayra. Menyebalkan!

Sialnya, Elang terlalu baik padanya sebagai kakak, meskipun mereka bukan saudara seibu sebapak. Balas budi dengan membantu menjaga Mayra adalah bentuk ucapan terima kasih Dewa atas fasilitas yang didapatkannya di rumah besar itu. Ibunya yang dinikahi papa Elang sungguh beruntung, karena Dewa sebagai anak ikut merasakan kasih sayang tak jauh beda dengan Elang.

Lucunya lagi, meski Elang sudah melabuhkan cintanya pada sang dosen pembimbing penelitian dan sibuk kencan, tapi tidak pernah melepaskan Mayra untuk orang lain. Seolah kakaknya itu tidak ikhlas jika Mayra jatuh ke tangan pria lain.

Dewa pernah menggoda kakaknya kalau dia dan Mayra bisa saja memiliki ketertarikan karena sering bersama, dan sepertinya Elang tidak keberatan jika hal itu sampai terjadi. Mungkin kakaknya lebih percaya Mayra bersama Dewa daripada jatuh ke tangan pria brengsek di luar sana. Yah, setidaknya Elang serakah pada gadis cantik bukan untuk dirinya sendiri.

Tapi sayangnya wanita bernama Mayra itu terlalu cinta pada kakaknya. Bahkan masih tetap menunggu Elang selama tujuh tahun meski itu adalah hal yang sia-sia. Mayra mau saja melihat bagaimana kakaknya berganti-ganti pacar di depannya tanpa bisa memprotes apalagi pergi meninggalkan sang casanova.

Naif sekali! Maksudnya kasihan sekali ….

"Oh, ya udah. Hati-hati nanti, jangan diantar terlalu malam!" Elang menanggapi tanpa melihat sedikitpun pada adiknya.

"Iya beres. Aku usahain jam dua belas sudah di rumah!"

Elang menoleh ke arah adiknya yang masih berdiri di depan pintu, "Wa, itu terlalu malam! Jam sepuluh nggak bisa?"

"Enggak bisa, belum kelilingnya!"

"Jam sebelas?"

Dewa berdecak, "Mbak Mayra bilang nggak apa-apa sekali-kali pulang jam dua belas malam!"

"Suruh pake jaket kalau gitu, trus jauhkan dia dari teman-teman kamu yang matanya suka jelalatan kalau lihat barang bagus!"

Ya ampun Elang!"

***

Terpopuler

Comments

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

bebek beranak nya normal apa sesar? di dukun beranak, bidan apa di rumah sakit? 😲😲😳😳

2022-12-20

19

Atiqa Fa

Atiqa Fa

Hai Hai 👋 aku hadir disini thor

2024-12-19

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Iisshh Dewa kok ya mau didikte gitu

2023-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!