Bab 5

Devan melajukan kendaraannya mengejar motor yang membawa Nadia. gadis itu terlihat sangat gembira, jelas sekali dari bahasa tubuh yang ditunjukkan. Devan sebagai majikan, membebaskan perempuan itu mau ngapain saja dimalam hari, dengan catatan semua pekerjaan telah diselesaikan. termasuk bepergian dengan teman-teman atau siapapun, asalkan berpamitan dengannya.

Dirumah, Devan merasa bosan. Mendalami teori dari materi yang ia bawa, memeriksa usahanya melalui macbook, membuatnya jengah jika itu-itu saja yang ia lakukan.

Devan memilih pergi menguntit gadis itu, entah mengapa ia merasa penasaran saja.

Motor yang membawa para wanita itu memasuki area jajanan stand food dengan adanya beberapa meja ditengah-tengahnya. Devan memarkirkan mobilnya, ia bergegas turun dan mengejar Nadia ditengah keramaian. Sembari berjalan, Devan mengenakan masker agar wajahnya tidak diketahui. Melihat banyaknya jajanan ditempat ini, membuat selera makannya bergejolak

"Bang, burgernya tiga, ya?" ucap Nadia yang langsung diangguki oleh sang penjual. Sedangkan teman-teman yang lain berpencar mencari jajanan lain dengan porsi yang sama.

"Burger bang, satu aja," sahut seseorang disebelah Nadia. Nadia sedikit mengernyitkan dahinya, ia menoleh ke samping, tampak seorang pria jangkung mengenakan celana levis pendek dan hoodie. Namun, suaranya terdengar tidak asing

Ah, mana mungkin, batin Nadia

Nadia merasa pria ini pasti Devan, tatkala dari suaranya saja terdengar hampir mirip. Namun, melihat pakaiannya, Devan tidak pernah memiliki pakaian tersebut. Nadia pun menyangkalnya, mana mungkin Devan berada ditempat ini. Sedangkan sebelum pergi, Nadia melihat lelaki itu tengah sibuk dengan laptopnya sambil menonton televisi.

"Ini, Dek," tak berapa lama pesanan Nadia pun telah siap. Nadia menyodorkan beberapa lembar uang warna kuning kepada penjual tersebut sembari menerima pesanannya.

Nadia bergegas pergi, mencari Nina dan Rila yang tengah berpencar membeli cemilan untuk mengobrol hangat.

**

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Perputaran waktu tak disadari begitu kilat. Pasca kejadian itu, Nadia tidak pernah lagi menegur majikannya. tetap fokus mengurus rumah, menyelesaikan pekerjaannya tanpa ingin menyentuh pakaian Devan. Bersyukurnya Devan sangat pengertian dengan diliputi rasa bersalah yang besar sehingga memilih untuk mengantarkan pakaiannya ke tukang laundry.

Devan melenggang keluar dari kamarnya, tak mendapati siapa-siapa di area dapur. aroma wangi masakan pun tak kunjung ia rasakan. Biasanya pagi-pagi begini Nadia pasti sudah menyajikan sarapan untuknya.

Sejenak Devan menoleh ke belakang menatap pintu kamar milik Nadia yang tertutup rapat. Dengan pikirannya meracau heran, menebak sesuatu alasan dari Nadia

"Apa mungkin dia kesiangan? tu anak kebiasaan begadang." gumamnya

Terkadang, tengah malam pun masih terdengar jua cekikikan dari ruangan itu. Entah sedang apa, biasanya seseorang tertawa karena tengah menonton sebuah drama. Mungkinkah Nadia begadang lagi hingga ia tidur kesiangan?

Devan mengendikkan bahu, ia kembali melanjutkan langkah mendekati perabotan dapur. Tangannya terulur ke lemari penyimpanan yang biasanya berisi stok minyak, gula, bahkan mie. Devan menjangkau sebungkus mie kesukaannya, tampaknya ia berinisiatif ingin memasaknya seorang diri.

Di kampus, Devan mengernyitkan dahinya kala tidak mendapati sosok Nadia dibangkunya. Kemana gadis itu? Pikirannya pun bertanya-tanya. Tidak biasanya Nadia absen bahkan terlambat. Seketika pikirannya meracau ke beberapa jam sebelumnya. Gadis itu tidak menampakkan batang hidungnya sedari pagi hingga dirinya pun akan meninggalkan kediamannya.

"Nadia mana?" Devan membuka suaranya, menanyakan keberadaan gadis tersebut

"Nadia ijin, Pak." jawab salah satu sahabat Nadia, Nina

"Iya, Pak. Memang bapak nggak tahu kalau Nadia sakit?" celetuk Rila

Sontak saja Devan mengerutkan dahinya, samar, ia tidak tahu menahu akan gadis yang terlibat padanya didunia pekerjaan maupun ilmu

"Hmm, ya, saya lupa." Devan tidak ingin memperlihatkan rasa ketidak tahuannya karena ia yakin dirinya akan dicap sebagai majikan yang tidak memiliki sikap peduli

"Baiklah kalau gitu, kita mulai!"

Ditempat yang berbeda, tentunya jauh dari keramaian dan kebisingan. Hanya ketenangan dan kesunyian yang menemani sesosok gadis yang meringkuk dibawah selimutnya. Nadia, bibirnya terlihat amat pucat, begitu pula dengan wajahnya, dan juga tubuh menggigil tak berdaya.

Ada apa dengannya?

Sejenak ia melihat semangkok bubur yang ia beli melalui kurir. Ingin menggapainya dan melahap isinya, namun entah mengapa selera makan mengurungi niatnya.

☆☆

Terpopuler

Comments

Linda Tuing

Linda Tuing

lanjut

2023-06-13

0

chaaa

chaaa

jangan buat hamidun dulu

2023-03-19

0

Helmi Manalu

Helmi Manalu

lanjut thor,, semangat,,,tp jangan dulu si Nadia hamil ya Thor.

2023-02-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!