Alin sedang berjalan di koridor sekolah. Dia baru pulang dari sekolah karena belajar di perpustakaan. Alin sengaja pulang lambat agar bisa menyelesaikan tugas - tugasnya yang menumpuk.
Ketika melewati ruang OSIS, Alin sengaja melirik ke arah ruangan tersebut. Saat itu juga pintu OSIS terbuka dan menampakkan Elang dan Mawar baru saja keluar.
Alin tersenyum ke arah Elang namun lelakinya itu tidak melihatnya sedikitpun. Elang berlalu seperti tidak mengenal Alin sama sekali.
"Sombong sekali, baru kemaren ajak makan siang, eh hari ini belagu banget." ucap Alin dengan kesal.
Alin melanjutkan langkahnya tanpa peduli kemana perginya Elang. Dia berjalan menuju halte di dekat sekolah.
"Eh ada si Alin, wanita miskin yang sok kecantikan." ucap Nadia bertemu di tengah jalan.
"Apaan sih." ucap Alin tidak peduli.
"Hahahahaaha kamu masih nggak sadar apa - apa?"
"Apaan sih?"
"Tanya saja sama teman - teman kamu, kamu itu sadar diri dong, udah missqueen eh nggak nyadar diri."
"Kamu itu Kenapa sih Nadia begitu bencinya sama aku."
"Karena kamu nggak cocok jadi pesaing aku, bisa - bisanya guru - guru memilih kamu sebagai sang juara." ucap Nadia dengan kesal.
"Jika kamu pengen juara ya berusaha lagi."
"Aku juga nggak suka melihat kamu, dan satu lagi jangan sok kecantikan mendekati Elang segala, kamu dan Elang itu bagai langit dan bumi."
"Mendekati Elang?"
"Nggak usah munafik, dan nggak usah jadi pelacur juga untuk dapatkan lelaki kaya."
"Kamu ." ucap Alin tidak terima dengan kata kasar yang keluar dari mulut Nadia.
Alin yang marah langsung mendorong tubuh Nadia. Nadia terjatuh ke lantai. Pada saat itu juga Elang dan Mawar datang menghampiri mereka.
"Kamu apa - apaan sih?"tanya elang lansung marah kepada Alin.
"Kamu nggak apa-apa Nad? ada apa ini?" tanya Mawar kepada Nadia sambil membantu Nadia berdiri.
"Dia marah sama aku karena aku dekat dengan Elang, padahal kami kan sepupu, cuma dia nggak percaya, dia meminta aku untuk meyakinkan Elang agar Elang mau menerima dia, tapi aku nggak mau, karena aku tidak berhak mengatur hidup elang, apalagi dia hanya mau memanfaatkan Elang."
"Keterlaluan banget dia Lang, muka polos tapi hatinya busuk berulat." ucap Mawar makin membuat situasi semakin patah.
"Aku tidak ada ngomong seperti itu Lang." ucap Alin.
"Lang aku ini sepupu kamu, apa mungkin aku membohongi kamu, kita sudah dari kecil saling mengenal, sementara dia." ucap Nadia.
"Minta maaf sama Nadia." ucap Elang.
"Aku minta maaf kenapa? aku nggak salah, dia berbohong, dia bahkan mengatakan aku pelacur yang mengincar harta kamu."
"Mungkin memang betul seperti itu, kamu memanfaatkan lelaki kaya, selain aku dan Nori, lalu siapa lagi yang kamu dekati ha?" ucap Elang dengan emosi.
"Kamu jangan kurang ajar ya, hati - hati berbicara." ucap Alin dengan kepala dan sakit hati.
"Kenapa? memang seperti itu kan kenyataannya, kenapa? kamu belum dapat mangsa apa - apa? mau aku bantu cari lelaki kata? kamu mau sama apek - apek kaya?" tanya Elang dengan senyum mengejek.
"Cukup kamu merendahkan aku Elang Maheswara, aku ini memang tidak sekaya kamu, tapi aku bersyukur bisa hidup seperti ini, setidaknya aku tidak meminta-minta pada kalian." ucap Alin meninggalkan tempat itu.
Dia sudah tidak tahan dengan hinaan Elang kepada dirinya.
"Kamu pikir kamu bisa pergi sebelum minta maaf sama Nadia." ucap Elang meraih tangan Alin dengan kuat.
"Sakit tau." ucap Alin mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Alan.
"Minta maaf sekarang sama Nadia." bentak Elang.
Sampai kapanpun aku tidak akan meminta maaf." ucap Alin bersikukuh tidak mau.
"Minta maaf atau."
"Atau apa? kamu mau berbuat apa? kamu pikir aku takut dengan ancaman kamu?" ucap Alin menantang Elang.
Elang semaki emosi melihat Alin yang menantangnya. Dia yang kenalnya Alin yang pemalu tapi saat ini malah membangkang kepadanya.
"Aku bisa aja membuat kamu keluar dari sini." ucap Elang membuat Alin terdiam.
Alin lupa siapa status Elang di sekolah ini. Selain sebagai ketua OSIS dia juga anak pemilik sekolah ini.
"Minta maaf sekarang." ucap Elang dengan tatapan dingin yang bisa membuat kamu ketakutan.
Alin tidak punya pilihan lain lagi. Dia tidak tau nasibnya jika pindah sekolah. Dia tidak tau reaks neneknya jika keluar dari sekolah favorit neneknya.
Ya Alin tinggal berdua dengan neneknya. Orang tua Alin berada di luar kota mencari rezeki.
Alin tidak punya pilihan lain. Dia berjalan mendekati Nadia. Dia harus merendahkan egonya demi neneknya.
"Nadia, maafkan aku."
"Nggak apa-apa Alin, lain kali jangan memaksa begitu lagi." ucap Nadia berpura-pura manis.
Setelah mengucapkan kata maaf, Alin lansung pergi meninggalkan Elang, Mawar dan Nadia. Hatinya hancur di permalukan seperti itu.
Dia melihat beberapa orang masih menyaksikan kejadian tadi. Alin mempercepat langkahnya menuju halte.
Ketika sampai di halte, dia duduk menunggu bis. Alin menahan air matanya agar tidak keluar. Dia tidak ingin terlihat cengeng dengan menangis di depan umum.
"Alin, mau pulang?"
Alin menoleh ke arah sumber suara. Tidak jauh darinya berdiri Nori.
"Iya RI, kok di sini?" tanya Alin berbasa - basi.
"Nggak tadi kebetulan lewat, eh nampak kamu, yuk ku antar pulang." ucap Nori.
"Nggak usah ri, aku naik bis aja." jawab Alin berusaha tersenyum.
"Nggak apa-apa, mungkin kita searah."
"Nggak usah ri , terima kasih."
"Ayo." Nori menarik tangan Alin.
Alin akhirnya masuk ke dalam mobil Nori. Dari jauh Elang melihat Alin masuk ke mobil Nori membuatnya semakin tidak menyukai wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
karissa 🧘🧘😑ditama
akh kacau nih si elang,gk sesuai harapan
2023-04-15
0