"Aduh Las sebenarnya, gue ga terlalu suka main tinju, gue ga yakin bisa bertahan disana." Ucap Abiyan yang takut akan pukulan.
Aku sengaja memaksanya ikut pelatihan MMA agar dia juga bisa menjaga dirinya dan juga orang-orang terdekatnya, dari orang-orang jahat.
Sesampainya disana ada sesuatu yang mengejutkanku dan Abi. Aku sangat terkejut saat itu, karena tiba-tiba ada Jonathan disana.
"Jonathan?" kataku bingung.
"Lo, lo ngapain disini? Lo mau ikut pelatihan MMA? tadi aja gue pukul lo, lo ga lawan balik gue. Ga yakin gue lo ikut pelatihan MMA." cetus Jonathan dengan bengisnya padaku.
Aku tak menanggapinya, aku hanya menatapnya dengan tatapan dingin. Lalu pelatih MMA itu datang menghampiriku.
"Oh! apa kalian berdua akan mendaftar juga disini?" tanya seorang pelatih MMA dengan badannya yang besar dan maskulin.
"Nama saya Bimo, saya akan menjadi Coach kalian, jika kalian akan berlatih disini. Siapa nama kalian berdua?"
"Namaku Dallas dan ini Abiyan."
"Oh iya, apa kalian mengenal Jo?"
"Ya, Kami mengenalnya, kita satu sekolah." Jawabku.
"Oh baiklah, Jo sudah berlatih di sini selama 3 tahun lamanya. Jadi kalian ga usah takut dengan dia." Seru Coach Bimo sembari memegang pundak Jonathan
Hari itu aku berlatih untuk pertama kalinya. Aku masih belum pandai soal MMA ini. Tapi Jonathan, dia sudah sangat hebat.
"Lihat Jonathan sangat mahir meninju samsak itu, gue ga yakin bakalan bertahan berapa lama disini, ini bukan bakat gue Dallas." keluh Abi kepadaku sembari menatap ke arah Jonathan yang tengah memukulli samsak.
"Oke kalo gitu, gue ga akan maksa lo lagi, kalo lo ga tahan dengan olahraga ini. Lo bisa berhenti, lagi pula olahraga ini terlalu bahaya."
Setiap hari aku terus berlatih tanpa lelah, setiap malam aku selalu mendatangi Coach Bimo di tempat pelatihan MMA miliknya yang bernama Panthera.
Satu minggu lamanya aku sudah berlatih MMA di tempat Coach Bimo. Abiyan berhenti dari pelatihan MMA ini. Karena ini bukan bakatnya dia. Abiyan tidak bisa memaksakan dirinya untuk menetap di tempat yang tak ia sukai. Sekarang Abiyan selalu berada di sirkuit untuk melakukan hobinya, dia sangat menyukai balap motor. Bahkan dia juga pernah mengkuti balap motor ilegal.
"Dallas!" teriak Coach Bimo memanggilku yang tengah berlatih bersama anggota lain.
"Ya Coach, aku akan segera datang!"
Coach Bimo memanggilku keruangannya di ruangan itu tidak hanya ada diriku, tetapi juga Jonathan. Entah apa yang mau dibicarakan Coach Bimo padaku dan juga Jonathan.
"Coach memanggil kalian untuk memberitahu bahwa, mulai besok pemegang kunci tempat ini adalah Dallas. Jo nanti kamu berikan kunci tempat ini pada Dallas." seru Coach Bimo di hadpanku dan Jonathan.
"Tunggu, memangnya kenapa coach? Sejak lama aku yang memegang kunci tenpat ini. Tapi kenapa aku harus memberikannya pada Dallas?" Kata Jonathan dengan raut wajah yang marah.
"T-tunggu, aku tidak mengerti apa maksud coach?" tanyaku yang bingung dengan pembicaraan coach Bimo dan Jonathan.
"Dallas, sebelumnya pemegang kunci tempat ini adalah Jonathan tetapi sekarang aku memberikannya padamu."
"Kenapa harus aku coach?"
"Karena Jonathan jarang masuk akhir-akhir ini, dia bahkan melewatkan latihan beberapa hari tanpa memberitahuku. Entah apa yang dia lakukan, dulu Jonathan sangat rajin tapi sekarang dia mulai banyak beru..."
"Baiklah aku akan memberikannya pada Dallas coach." potong Jonathan.
Aku merasa tak enak pada Jonathan, walaupun Jonathan sudah membenci diriku, aku berfikir mungkin saja setelah ini dia lebih membenciku lagi. Jonathan pun memberikan kunci tempat ini padaku.
"T-tunggu Jo, ini sebaiknya kamu saja, lagi pula aku baru satu minggu disini." kataku sembari memberikan kunci itu pada Jonathan.
"Udah jangan lebay, pegang saja kunci itu. Lagi pula aku sudah bosan disini. Aku akan mencari tempat yang lebih baik dari ini." jawab Jonathan dengan tatapan yang sinis.
Semenjak kejadian itu, aku dan Jonathan semakin terlihat seperti seorang musuh, Jonathan semakin membenciku. Bahkan dia keluar dari Panthera MMA coach Bimo.
Aku merasa sangat bersalah akan hal itu. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa lagi karena Jonathan sangat keras kepala.
****
Tak terasa aku sudah kelas 11, aku sudah lebih banyak berubah. Aku terus sibuk berlatih MMA setiap hari setiap Malam. Aku tak hanya memikirkan soal MMA dan pelajaran sekolah, aku juga sama seperti cowok lain. Aku juga memikirkan kisah cintaku. Perasaanku belum berubah, perasaanku masih sama seperti dulu, aku masih menyukai Dara.
Dara semakin cantik, anggun dan juga pintar dalam hal seni. Sekarang dia juga mengajarkan seni lukis dan gambar kepada adik kelasnya saat ekstrakulikuler. Aku masih hanya bisa memandangnya, aku belum bisa mengambil hatinya. Karena Dara masih milik Jonathan. Walaupun yang ku tahu sepertinya Dara tak bahagia dengannya.
Tapi aku bukan Dallas yang dulu lagi, yang pendiam seperti seorang idiot dan tak berani melawan. Sekarang aku sudah bisa melawan sedikit rasa trauma masa kecilku yang takut akan orang-orang. Dan sekarang! aku juga ingin melawan Jonathan untuk mendapatkan Dara.
Hari itu datang, hari pertama masuk sekolah setelah libur semester 1. Aku senang karena aku masih satu kelas dengan Abiyan dan lebih senang lagi sekarang aku satu kelas sama Yasmin dan Nayyala. Tapi Aku sedih karena aku sudah tidak satu kelas lagi dengan Dara. Dara sekarang satu kelas dengan Jonathan, sejak pertama masuk kelas 11.
Keadaan dikelas benar-benar berubah setelah Aku satu kelas dengan Bintang dan Barbara.
Walaupun dulu aku sudah pernah satu kelas dengan Barbara, tetapi sekarang sudah berbeda. Mereka berdua sekarang pasangan populer mereka selalu bucin di kelas. Bahkan Mereka berdua sering di panggil Pasangan B&B, karena huruf awal nama mereka yang sama. Mareka adalah pasangan populer di sekolah nomer 2 setelah Jonathan dan Dara.
Saat itu ketika aku membuka tasku, aku teringat sesuatu, aku membawa sapu tangan milik Dara. Sapu tangan yang pernah ia gunakan untuk membersihkan darah di hidungku saat itu. Sudah sangat lama sapu tangan itu belum aku berikan kepada Dara. "Gue harus balikin ini ke Dara."
Lalu Aku pergi untuk menemui Dara dikelasnya
"Dallas lo mau kemana?" tanya Abiyan.
"Gue mau temuin Dara." jawabku.
Dan akhirnya aku pergi ke kelas Dara untuk mengantarkan sapu tangan miliknya yang berwarna pink dengan logo Butterfly yang di rajut rapih di sebelah kanannya.
Setibanya dikelas Dara, suasana mulai berubah ternyata kelas Dara tak sebising kelasku. Aku sangat senang saat itu, karena Jonathan belum datang. Dara tengah duduk sendirian sembari menggambar dengan pensilnya yang tak terlalu tajam, rambutnya yang di ikat kendur dan beberapa helai rambut yang menghalangi matanya yang indah. Aku berdiri di depannya sembari memanggil namanya.
"Dara.... " panggilku.
"Dallas. Apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku datang kesini untuk mengembalikan sapu tanganmu, aku lupa seharusnya aku memberikannya lebih awal."
Dengan senyuman Dara mengambil sapu tangan miliknya dari tanganku.
"Baiklah aku akan mengambilnya. Terima kasih sudah mengembalikannya, karena ini adalah sapu tangan yang ibuku buat untukku."
"Iya Dara... terima kasih kembali."
Entah kenapa setiap Aku dekat dengan Dara. Aku tak bisa bersikap dingin lagi. Seakan-akan Dara adalah matahari yang melelehkan sifatku yang dingin. Dara selalu terlihat sederhana dan suaranya yang lemah lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments