"Nyari Bapak kok sambil ngelamun toh, Nona," sahut Pak Supri yang kini berdiri di hadapan Fatimah.
"Apa aku terlihat melamun tadi Pak?" bukannya menyadari apa yang sudah dia lakukan fatimah malah balik bertanya pada sang sopir.
"Tentu saja, Nona, untung Bapak melihat Nona keluar jika tidak Nona pasti akan jalan lurus terus tanpa melihat kanan dan kiri, padahal parkirannya sudah terlewat," jelas Pak Supri.
"Ah benar, aku sudah melewatkan tempat parkir," lirih Fatimah yang menyadari jika dia memang berjalan sambil melamun tadi.
"Apa Nona mau pulang?" tanya Pak Supri.
"Benar, aku akan pulang, ayo pulang Pak!" jawab Fatimah yang kini berjalan mengikuti langkah Pak Supri menuju tempat mobilnya di parkir.
Sejak sang Ibunda dan Bik Husna meminta Fatimah menikah, dia seolah masih tak percaya jika sebentar lagi Fatimah akan melepas masa lajang dan melepas semua impian yang pernah dia rajut, rasanya sangat sulit di percaya dan sulit untuk di terima, tapi takdir tak mampu di lawan, sekuat apapun Fatimah menolak jika memang suratan takdir mengatakan jika dia memang harus menikah dengan cara di jodohkan, maka Fatimah hanya bisa menerimanya dengan penuh keikhlasan.
Mobil melaju menuju rumah Fatimah yang berada di perumahan elit dengan pagar yang menjulang tinggi di depan pekarangan rumah, jika Fatimah telah tiba di dalam rumah dan mulai membersihkan diri sesuai dengan perintah sang Ibundanya, maka berbeda dengan apa yang terjadi di rumah sakit.
"Apa laki-laki yang kemarin meminang Fatimah sudah kamu kabari jika Fatimah sudah setuju untuk menikah dengannya?" tanya Ibu Halimah.
"Belum Mbak, sebentar lagi aku akan mengabarinya, Mbak," sahut Bik Husna.
Kemarin Bibik Husna membawa seorang laki-laki ke rumah sakit untuk menemui Ibu Halimah dan mengutarakan niatnya untuk meminang Fatimah, laki-laki yang memang sudah Ibu Halimah dan Bik Husna kenal sebelumnya, dia Satya anak rekan bisnis Ibu Halimah, bukan hanya rekan tapi salah satu investor di bisnis restauran yang Ibu Halimah kelola saat ini, dulu warung nasi uduk Ibu Halimah berubah menjadi restauran karena mendapat investor dari Ayah Satya, karena itulah Ibu Halimah mengenal Satya dengan baik.
"Lebih baik kamu kabari Satya dulu! supaya dia tidak menunggu jawaban dari kita terlalu lama," titah Ibu Halimah.
"Baiklah, Mbak," jawab Bik Husna dengan senyum penuh kemenangan yang terlihat jelas di wajahnya.
Tanpa sepengetahuan Ibu Halimah, Bik Husna sudah merancang rencana licik yang sama sekali tak tercium oleh Ibu Halimah.
"Kalau begitu aku tinggal dulu ya Mbak, sekalian mau makan di kantin, kalau ada apa-apa Mbak bisa telfon saya," pesan Bik Husna sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Ibu Halimah sendiri di kamarnya.
"Terima kasih, kamu sudah mau menemani aku meski kakakmu sudah meninggal tapi kamu masih mau menganggapku saudara dan terus berada di sampingku," sahut Ibu Halimah yang merasa begitu beruntung karena telah memiliki saudara seperti Husna.
"Sudahlah Mbak, aku hanya melakukan apa yang menurutku baik untuk di lakukan," jawab Bik Husna dengan senyum lembut bersamaan dengan usapan lembut di tangan Ibu Halimah sebagai bentuk motivasi agar Ibu Halimah bisa kuat menjalani semua yang terjadi.
Seutas senyum penyemangat sering kali terlihat di wajah Bik Husna, tanpa Ibu Halimah tahu apa yang sudah di rencanakan oleh Adik iparnya itu.
"Halo, ada apa?" suara seorang pemuda terdengar dari seberang telefon.
"Satya, aku punya kabar gembira untukmu," tutur Bik Husna.
"Katakan ada kabar baik apa, Tante?" sahut Satya.
"Fatimah sudah setuju dan menerima perjodohan denganmu, aku sudah berhasil membuatnya menerimamu," ujar Bin Husna.
"Apa Tante serius?" sahut Satya yang merasa tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, pasalnya Satya pernah menyatakan cinta pada Fatimah dan memintanya menjadi kekasih Satya, tapi dengan keras Fatimah menolak pernyataan cinta Satya.
"Aku tidak pernah bercanda dan aku tidak pernah membohongimu Satya, jika kamu tidak percaya datang saja ke rumah sakit dan pastikan sendiri kebenarannya!" Bik Husna terdengar begitu jengkel dengan ucapan Satya yang terdengar seolah meragukan kabar yang di sampaikan olehnya.
"Tidak perlu, aku percaya pada Tante, Terima kasih sudah membantuku, setelah ini aku akan mens transfer sebagian uang yang aku janjikan pada Tante," ucap Satya yang sukses membuat senyum Bik Husna tersenyum dengan lebarnya.
"Kenapa hanya setengah? aku sudah berhasil membujuk Fatimah dan Ibunya untuk menerimamu dan menerima rencana perjodohan yang sudah kita rencanakan," sahut Bik Husna yang merasa tidak setuju dengan apa yang di katakan oleh Satya, Bik Husna berharap jika uang yang di janjikan Satya di berikan saat ini juga.
"Aku masih belum sahut menikah dengan Fatimah, Tante, jika perjodohan ini batal sewaktu-waktu maka aku yang akan rugi," jelas Satya yang cukup membuat Bik Husna merasa semakin sebal karenanya.
"Terserah padamu saja! tapi ingat Satya! kamu harus memberikan semuanya setelah kamu dan Fatimah sah menjadi suami istri," ujar Bik Husna dengan penuh semangat.
"Aku tidak akan mengingkari janji, Tante jangan khawatir! semua uang yang aku janjikan pasti aku berikan nanti," Satya mencoba meyakinkan Bik Husna agar dia tidak khawatir dengan uang yang sudah di janjikan.
"Baiklah, aku pegang janjimu, jika kamu tidak sibuk datanglah ke rumah sakit besok! temui Fatimah dan buat dia terkejut!" titah Bim Husna.
"Tidak usah terburu-buru Tante, aku akan menemuinya sehari sebelum kami menikah, biar Fatimah terkejut sekaligus tak bisa membatalkan perjodohan ini, aku khawatir jika Fatimah bertemu denganku besok, dia akan berubah fikiran dan meminta membatalkan rencana perjodohan ini," tutur Satya yang menolak bertemu dengan Fatimah.
"Jika kamu tidak menemuinya, bagaimana aku bisa menjawab jika Fatimah ingin bertemu dengan calon suaminya? " tanya Bik Husna.
"Katakan saja jika aku sedang ada pekerjaan di luar negeri dan akan pulang sehati sebelum hari H,!" jawaban yang terdengan begitu enteng tanpa beban, sungguh Satya memang memiliki sejuta cara dan ide untuk mendapatkan Fatimah, bahkan Satya rela menggelontorkan uang hingga ratusan juta hanya demi menyogok Bik Husna agar apa yang di inginkan nya dapat terwujud dengan mudah.
"kamu memang memiliki sejuta ide yang mampu membuat siapapun merasa bangga padamu," puji Bik Husna.
"Jangan terlalu memujiku Tante, karena di bandingkan diriku, Tante jauh lebih cerdik dan licik," sahut Satya yang di balas dengan tawa oleh Bik Husna.
"Sudahlah, jangan bahas sesuatu yang tidak baik, karena sejatinya aku orang baik yang salah jalan," sahut Bik Husna yang kurang suka di bilang licik oleh Satya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
bunda syifa
udah tau salah jalan, kenapa tetap d lanjutin 😒😒
2023-07-03
0
*Lya*
sebenarnya aku orang baik tp salah jalan,,enteng sekali ngomongnya,Uda tau salah masih aja d lakuin
2023-03-12
0
Tati Suwarsih Prabowi
Astaghfirullah...bibi jahat
2023-02-25
0