Perjajian

Setelah mendapatkan pakaian yang cocok, Edgar dan Alana keluar dari toko pakaian itu. Namun saat akan memasuki mobil perut Alana berbunyi cukup keras, membuat wanita itu menunduk karena menahan malu.

Edgar menatap Alana sambil menyeringai "Kamu lapar ?" tanyanya.

"Iya aku sangat lapar, kamu membangunkan ku terlalu pagi hingga aku tak sempat sarapan" jawab Alana berbohong, tentu saja ia tidak akan memberi tahu Edgar bahwa di rumahnya tidak ada stok makanan sedikitpun.

"Ya sudah ayo cari sarapan dulu !" ajak Edgar, ia sadar kalau dirinya salah.

Mereka berdua pergi ke restoran di seberang jalan, namun sebelum itu Alana meletakkan barang belanjaannya ke mobil Edgar.

Setiba di restoran itu, hidung Alana langsung mencium aroma masakan yang menggugah selera, membuat perutnya semakin berbunyi tak karuan.

"Mau pesan apa ?" Edgar bertanya sambil menyerahkan sebuah buku menu pada Alana.

"Pesan saja aku makanan yang banyak, saat ini aku sangat lapar"

Mata Edgar mengerjap beberapa kali, sedetik kemudian ia menyemburkan tawa "Astaga, ternyata kamu rakus juga"

Alana menatap Edgar sinis, tak peduli apa penilaian pria itu, yang penting sekarang ia bisa makan dengan nikmat.

Tanpa menunggu lama Edgar langsung memesan aneka makanan yang lezat. Mata Alana melotot saat melihat di meja hadapanya itu sudah di penuhi aneka makanan yang super lezat.

Ini adalah pertama kalinya ia makan sebanyak ini, dan gratis lagi.

"Kamu gak makan ?" di sela-sela menyantap makanannya Alana bertanya pada Edgar.

"Melihat cara makan mu saja, sudah membuat aku kenyang" balas Edgar. Ia bahkan menggelengkan beberapa kali saat melihat Alana makan, wanita itu seperti tak makan seminggu.

Seluruh hidangan di atas meja di habiskan oleh Alana, membuat Edgar benar-benar tak percaya akan hal itu. Kalau di lihat bentuk tubuh Alana, begitu kurus tapi makannya sangat lahap.

"Alhamdulillah, kenyang juga" Alana mengelus bagian perutnya yang saat ini terasa penuh.

"Bagaimana tidak kenyang, kau menghabiskan seluruh makanan disini" cibir Edgar.

Alana tidak peduli dengan ucapan Edgar, tentu saja ia akan menghabiskan makanan lezat itu. Apalagi gratis, kan jarang-jarang ia makan seperti ini, begitu yang ada di pikiran Alana.

Setelah membayar makanan yang di pesan Alana, keduanya langsung meninggalkan restoran.

"Sekarang kita kemana lagi ?" Tanya Alana.

"Toko sepatu" jawab Edgar

Alana hanya diam dan menurut, hingga mereka memasuki sebuah toko sepatu. Disana Alana di suruh mencoba berbagai macam dan merek sepatu oleh Edgar. Dan tentu saja harganya begitu fantastis.

Alana menikmati momen ini, sudah lama ia tidak membeli barang kesukaannya, bahkan Alana sendiripun tak ingat kapan terakhir ia membeli sepatu.

Saat Alana sedang sibuk memilih, tiba-tiba ponsel Alana berdering. Wanita itu, langsung mengambil ponselnya dan melihat nama Tante Ria.

"Halo" ucap Alana setelah sambungan telepon terhubung, ia sedikit menjauh agar tidak ada yang mendengar ucapan nya.

"Kamu dimana Al ?"

"Aku sedang bekerja Tante, nanti aku akan ke rumah sakit sekaligus membawa uang untuk membayar pengobatan ibu"

"Benarkah ?" terdengar sekali kalau wanita di ujung telepon terkejut. "Kalau begitu hati-hati, dan sampai bertemu nanti"

Alana menutup telepon, ia memutar tubuh dan terkejut saat melihat Edgar tengah menatapnya. Pria itu mendekati Alana.

"Telepon dari siapa ?" tanya Edgar ingin tahu.

"Bukan siapa-siapa" balas Alana cepat "Emmm, bisakah hari ini aku mendapatkan uang muka untuk pekerjaanku ?" tanya Alana ragu.

Edgar kembali menatap Alana, ia masih penasaran untuk apa Alana begitu menginginkan uang yang banyak "Tentu saja, nanti aku akan memberikannya"

Alana tersenyum, tidak apa-apa ia harus menjadi istri pura-pura Edgar lalu menyandang status janda nantinya. Yang penting saat ini Alana mendapatkan uang untuk membayar pengobatan wanita yang sangat Alana sayangi.

"Apa kamu sudah mendapatkan sepatu yang cocok ?" Edgar bertanya.

"Sudah"

"Ok, tunggu disini aku akan membayar nya dulu"

Alana mengangguk sebagai jawaban, ia menunggu Edgar yang membayar sepatu yang ia pilih, entah sudah berapa juta Alana menghabiskan uang Edgar, ia sendiri tidak ingin menghitung.

Tidak berapa lama Edgar kembali mendekati Alana, dengan membawa paper bag.

"Sekarang kita kemana lagi ?" tanya Alana

"Kerumah ku" jawab Edgar cepat.

Alana langsung menghentikan langkahnya, untuk apa Edgar akan membawanya kerumah, apa yang akan pria itu lakukan. Kira-kira begitulah yang ada di pikiran Alana.

"Untuk apa kita kesana ?, bukankah katamu kita akan bertemu dengan teman-teman mu ?"

"Katanya kamu perlu uang, jadi aku harus membuat perjanjian terlebih dahulu. Aku takut kamu akan kabur setelah mendapatkan uang itu"

Ucapan Edgar ada benarnya juga. Tapi kenyataannya tidak sedikitpun ada pikiran akan kabur di diri Alana, ia akan menerima pekerjaannya sebagai istri pura-pura Edgar.

*

*

*

Dan disinilah Alana berada, di sebuah rumah mewah. Mata Alana menatap rumah itu, tempatnya yang bersih dan rapih, padahal Edgar seorang cowok tapi ia sangat menjaga kebersihan.

"Rumah yang bagus" gumam Alana tapi bisa di dengar oleh Edgar.

"Terima kasih" balas Edgar kemudian duduk di sofa tersebut.

Alana menatap Edgar yang saat ini duduk begitu santai, kaki kanannya di tumpu di atas kaki kiri. Pria itu terlihat semakin tampan dengan gaya yang seperti itu.

"Duduk lah !" pinta Edgar.

"Ok" Alana menurut, ia duduk di sofa bersebrangan dengan Edgar.

"Tunggu sebentar !" Edgar berdiri, dan tanpa menunggu jawaban Alana ia sudah melesat pergi menuju sebuah ruangan.

Tidak berselang lama Edgar sudah kembali sambil membawa sebuah map berwarna merah. Edgar meletakkan map itu di atas meja.

"Ini adalah surat perjanjian, silahkan baca dulu !"

Alana melirik map itu, lalu mengambilnya. Ia membaca satu persatu poin yang tertulis disana. Sepertinya tidak akan ada yang di rugikan, disana Alana harus berpura-pura menjadi istrinya dan setiap minggu Alana akan mendapatkan bayaran sesuai perjanjian.

"Bagaimana kamu setuju kan ?" tanya Edgar setelah melihat Alana menyelesaikan membaca perjanjian itu.

"Iya, aku setuju"

"Bagus, dan sekarang kita harus saling mengenal terlebih dahulu. Agar rencana ini berjalan mulus"

Kening Alana mengkerut "Saling mengenal yang bagaimana lagi ?" Alana bertanya dengan bingung.

"Banyak lah, aku harus tau seluruh nya tentang kamu, bahkan aku ingin tahu jika kamu memiliki tanda lahir"

Reflek Alana memukul Edgar, menurut Alana, Edgar sangatlah mesum, bagaimana mungkin tanda lahir saja harus Edgar tahu.

Mengada-ngada saja.....

"Aduh" Pekik Edgar "Aku hanya bercanda, ternyata kamu ini cewek bar-bar juga ya" Edgar mengelus bagian lengannya yang mendapat pukulan dari Alana.

"Harus, menghadapi cowok mesum sepertimu memang harus bar-bar" sungut Alana menatap Edgar sinis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!