Bagi kebanyakan pasangan pengantin baru, mereka akan melewati malam pertama dengan tidur berdua satu ranjang satu selimut.
Dan tentu saja sebelum tidur, mereka akan melakukan olahraga malam. Menikmati petualangan pertama membuat keturunan.
Tapi tidak dengan Ayana dan Elang. Mereka menjalani malam pertama dengan tidur terpisah di kamar masing-masing.
Rumah yang ditinggali Elang bukanlah rumah yang besar nan mewah. Hanya rumah sederhana dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dapur dan satu kamar mandi.
Malam perlahan merangkak menuju pagi hari yang cerah. Dering alarm dari ponsel Ayana terdengar memekakan telinga.
Ayana melenguh di balik selimut tebal, tangannya mengulur meraih ponsel dan dengan mata setengah terbuka dia menatap layar ponsel.
"What!" teriak Ayana yang seketika itu langsung bangun terduduk. "Sudah jam setengah tujuh, aku telat masuk sekolah."
Ayana menyibak selimut dan satu kakinya turun dari ranjang. Namun, saat itu juga dia terdiam menyadari sesuatu.
"Eh, tunggu! Tapi kan aku sudah lulus sekolah. Malah udah lulus sarjana. Buat apa sekolah?"
Ayana menertawakan tingkahnya sendiri sambil kembali berbaring dan menarik selimut. Dia memejamkan mata untuk melanjutkan mimpi indah yang sempat terganggu.
Baru dua detik Ayana memejamkan mata, dia kembali membuka mata lebar dengan wajah pucat pasi.
"Tapi aku kan guru."
Argh.
Ayana berteriak. Secepat kilat dia turun dari ranjang dan melesat masuk ke dalam kamar mandi.
Saking terburu-burunya, Ayana tak sempat berpamitan pada Elang kalau dia harus pergi mengajar dan memang batang hidung Elang juga tak terlihat.
Rumah sepi bagai tak berpenghuni ketika Ayana bangun sampai dia keluar rumah.
Hari ini adalah hari pertama Ayana mengajar sebagai guru olahraga di salah satu sekolah menengah atas yang terbilang cukup elit. Banyak dari siswa-siswi yang belajar di sana merupakan anak dari kalangan menengah ke atas.
Dua puluh menit menaiki bus, Ayana sampai juga di depan gerbang sekolah. Dia mempercepat langkah kaki ketika melihat gerbang yang hendak ditutup oleh satpam.
Tampak di depan gerbang ada segerombolan siswa yang sepertinya juga datang terlambat.
"Pak, tunggu!" teriak Ayana dengan nafas terengah. "Jangan dulu ditutup, Pak!"
"Lho, Mbak ini siapa?" tanya satpam meneliti penampilan Ayana yang memakai pakaian olahraga.
"Saya guru baru di sini, Pak."
"Oh, Mbak pasti Ayana Putri kan?" sang satpam membukakan gerbang untuk Ayana. "Silahkan masuk, Mbak."
"Terima kasih, Pak."
"Eh, Pak Eko, kok kalau guru terlambat di izinin masuk. Sementara kalau kita, nggak boleh," protes salah satu siswa yang datang terlambat.
Dan murid lain yang juga berdiri di depan gerbang membenarkan ucapan temannya itu.
Mendengar hal itu, Ayana pun menjadi merasa tak enak hati. Apa yang diucapkan siswa itu memang benar adanya.
Ayana melirik gerombolan siswa yang semuanya memakai seragam olahraga.
"Sudah, Pak. Kasih masuk aja. Lagian mereka hanya terlambat tiga menit."
"Baik, Bu."
Ayana melanjutkan langkah kakinya meninggalkan segerombolan siswa yang sudah di izinkan masuk. Dia bergegas ke ruang guru untuk melakukan absensi dan briefing pagi bersama guru-guru lain.
Setelah itu, Ayana pun keluar dari ruang guru dan sesuai jadwal hari ini, Ayana akan mengajar olahraga untuk siswa kelas 12 IPA 3.
Sambil menenteng buku absensi dan juga buku penilaian siswa, Ayana berjalan menuju lapangan sekolah yang luas dengan rumput hijau menyegarkan mata.
Di tepi lapangan, berbaris siswa-siswi yang baru saja selesai melakukan pemanasan.
"Selamat pagi, anak-anak."
"Pagi, Bu," sahut para murid serempak.
Ayana tersenyum sambil mengedarkan pandangan menatap muridnya satu per satu.
"Saya Ayana Putri. Guru olahraga kalian yang baru. Saya di sini menggantikan Pak Teguh yang sekarang sudah pensiun," Ayana menghela nafas. "Oke, sambil berkenalan, Ibu absen dulu ya?"
Ayana membuka buku dan mulai mengabsen nama-nama murid.
"Abian Saputra."
"Hadir, Bu," teriak pemuda bernama Abian sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.
"Bellatrix Salsabila."
"Hadir."
Ayana terus membacakan absen deretan nama-nama murid hingga sampailah dia pada murid bernama Elang Angkasa.
Elang Angkasa? Kok namanya mirip sama suami aku. Kata Ayana yang hanya diucapkan dalam hati.
Ayana mendengus ketika memandang nama yang tertulis di buku absen lalu dia bergumam, "Namanya pasaran banget."
Lantas Ayana pun mendongak dari buku absen untuk melihat siswa yang namanya mirip dengan laki-laki yang kemarin menikahinya.
Siswa itu mengacungkan tangan tapi Ayana tak dapat melihat wajahnya karena terhalang oleh Abian.
Ayana semakin dibuat penasaran. Sehingga dia pun memiringkan kepala untuk dapat melihat dengan jelas.
"Saya Elang, Bu."
Deg.
Wajah Ayana berubah pucat seketika itu. Dia terperangah menatap Elang, suaminya, ada di antara barisan murid didiknya.
Bahkan buku absen langsung terjatuh dari tangan Ayana yang tampak syok memandang Elang.
Semua murid dibuat bingung dengan perubahan ekspresi guru baru mereka ketika melihat Elang. Sebagian dari mereka saling melirik dengan tanda tanya besar di kepala.
"K-kamu.. Elang."
Detik berikutnya, Ayana langsung pingsan dan tubuhnya terkulai lemas di atas rerumputan.
"Bu Aya!" pekik para murid penuh kekhawatiran.
*
*
*
Ayana melenguh dan mengerjapkan mata. Dia menarik nafas panjang saat menyadari dirinya sudah berada di sebuah ruangan yang Ayana tebak pastilah di UKS sekolah.
Dia menatap para siswi yang mengelilinginya dengan raut wajah panik. Lalu dia pun tersenyum agar murid didiknya tak perlu cemas lagi.
"Bu Aya baik-baik saja, Bu?"
"Aku lebih baikkan kok."
Huft, tadi aku pingsan gara-gara lihat siswa yang nama dan wajahnya mirip banget sama Elang Angkasa, suamiku. Batin Ayana.
"Ibu, ada butuh sesuatu? Biar nanti kami ambilkan," ucap salah satu murid.
Ayana menggelengkan kepala. Lalu dia bangkit duduk di atas tempat tidur.
"Oh ya, tadi yang bawa Ibu ke UKS siapa?"
"Tadi Ibu digendong sama Elang, Bu," tutur siswa yang bernama Bellatrix.
Seketika Ayana mengerutkan kening. "Elang?"
"Iya, Elang Angkasa. Itu anaknya."
Bellatrix menunjuk Elang yang sedang berdiri bersandarkan daun pintu. Tampak Elang juga sedang memandangi Ayana sambil mengulum senyum dan melambaikan tangan.
"Hai, Bu Aya."
Bruk.
Ayana kembali jatuh pingsan dan terbaring di tempat tidur.
Kompak para siswi pun menjerit panik, lalu mereka menoleh pada Elang yang hanya cengengesan sambil menggaruk kepala.
"Elang, kamu punya dosa apa sama Bu Aya? Sampai-sampai Bu Aya pingsan dua kali liat kamu."
Elang mengangkat bahu. Berpura-pura tak peduli, "Nggak tahu tuh. Bu Aya terpesona sama ketampanan aku kali."
Kemudian Elang memilih pergi dari ruang UKS putri daripada nanti Ayana pingsan untuk ketiga kalinya.
Di koridor kelas, Elang menghentikan langkah kakinya sambil menarik salah satu ujung bibir.
"Berarti aku menikah dengan bu guru," Elang semakin melebarkan senyum. Lalu menggumam, "Bu Aya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah itu ibu tau..🤣🤣🤣
2025-01-13
0
Mulhadi Muhammad
🤣🤣
2025-02-26
0
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
wkwkwk... jarang2 critax siswa laki2 menikahi ibu gurux mana sm2 kocak 🤭 yg begini nih aq suka ceritax 🤗 aq bakal ngakak ampe tamat kykx 🤔
2023-02-27
1