Perlahan ku dekati Ibuku, dengan gerakan hati-hati ku angkat kepala bergetar Ibuku ke atas pahaku. Memposisikannya dengan baik dan berusaha membuatnya agar senyaman mungkin di atas pahaku.
“Ibu..Ibu..” Panggil ku khawatir.
Tanganku yang sudah kotor dengan hati-hati mengusap wajahnya, menyingkirkan rambut basah yang ada di wajah cantiknya.
Ibuku tidak langsung menjawab dan hanya memberikan batuk yang berkepanjangan sebagai respon. Batuk yang terdengar berat dan menyakitkan ini membuatku semakin takut, apalagi saat tangan bergetarnya memperlihatkan darah kental nan segar yang berasal dari mulutnya membuatku seakan kehilangan udara untuk bernapas. Rasanya pasti sakit sekali.
Aku takut, sangat takut.
“Zi-Zira..Nak, maafin Ibu, Nak..” Ucap Ibuku dengan susah payah.
Entah kenapa mendengar Ibuku berucap seperti ini membuat ku tersadar akan sesuatu, aku merasakan firasat buruk yang tidak pernah ku ingin bayangkan sebelumnya. Sebuah firasat yang menyiratkan akan ada rasa sakit yang luar biasa ku dapatkan nanti. Sebuah kesakitan yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya dan itu benar-benar membuat ku takut setengah mati.
Aku pikir perasaan takut ini sudah lama mati tapi nyatanya saat melihat Ibuku selemah dan sesakit ini benar-benar menghidupkan ketakutanku yang sudah lama tertidur.
“To-“ Nafas ku tertahan.
“Jangan…. Jangan menangisi wanita..yang hina ini.” Suara Ibuku lagi dengan suara nafas putus-putus.
Ini menakutkan, bahkan tanpa ku sadari tangan pucat dan kurusnya kini sedang mengelus wajah ku dengan gemetar. Membuat ku dengan putus asa menangisi ketidakberdayaan ku saat ini melihat wajah cantiknya yang kini penuh memar dan pucat sedang menatap ku penuh sayang. Tatapan ini, sudah lama sekali aku tidak melihatnya.
Mungkin..sejak Ibuku masuk ke dalam dunia gelap itu.
“Ibu-“ Ibu menyentuh bibirku, tidak mengizinkan aku mengucapkan sepatah kata pun.
Bahkan tangan bergetar Ibuku mulai terasa dingin dan kaku.
“Jangan menjadi seperti wanita hina ini, jangan kau ambil hati apa yang mereka katakan ke dalam hati mu karena kamu bukan Ibu, Nak..kamu..kamu.." Nafas Ibuku mulai terputus-putus lagi, bahkan saat mengucapkan kata ini ia begitu kesusahan dan menahan sakit.
“Ibu..Ibu..ayo kita ke rumah sakit.” Aku membujuknya seraya berusaha mengangkat tubuhnya dengan hati-hati, namun Ibuku menolaknya dengan sebuah gelengan putus asa.
Apa ia begitu tidak berdaya dengan rasa sakit di tubuhnya?
“Azira, kamu..kamu bukanlah anak haram, nak. Kamu...memiliki seorang Ayah...dia dan Ibu pernah menikah tapi..dia..meninggalkan kita. Nak, kamu adalah gadis yang baik. Maafkan Ibumu yang selama ini payah dan tidak berguna saat membesarkan mu, maafkan Ibumu yang selama ini bersikap keras dan kasar kepada mu, Nak. Itu Ibu lakukan agar kamu tidak seperti Ibu yang bodoh dan ceroboh, Ibu tidak ingin melihat mu menjadi Ibu yang seperti ini. Jatuh ke dalam jurang hidup hanya karena kebodohan Ibumu..Nak, Ibu-“
“Azira tahu, Ibu. Azira mengerti jadi Ibu tidak perlu meminta maaf kepada ku karena yang lebih penting sekarang kita harus membawa Ibu ke rumah sakit. Ibu, ayo kita ke rumah sakit karena Azira tidak mau Ibu tinggalin..Bu..hiks.”
“Nak..Ibu terlalu lemah. Lb..hah..hah..maaf..” Ibuku mulai kehilangan nafas.
Bahkan tubuhnya pun ikut bergetar hebat karena menahan sakit. Aku kalut melihatnya seperti ini dan tidak tahu harus berbuat apa. Mengikuti rasa takut dan insting, ku bawa tubuh bergetar Ibuku ke dalam pelukanku dan mendekapnya kuat.
Tubuhnya yang kurus membuat ku semakin khawatir dan takut ia akan hilang begitu aku mengalihkan ke khawatiran ku. Oleh karena itu aku tidak akan melepaskan dan akan selalu memeluknya dengan erat-erat sambil berharap dengan pelukan ku tubuhnya bisa tenang kembali seperti normal.
Dan benar saja, setelah sekian lama ku peluk tubuh bergetar Ibuku mulai tenang lagi sehingga aku dapat bernafas dengan lega lantaran Ibuku sudah tidak bertagetar hebat lagi. Akan tetapi tidak lama kemudian aku mulai di landa perasaan panik lagi ketika ku rasakan tubuh Ibuku kini menjadi kaku dan dingin.
Tidak, tubuh Ibuku memang dingin dan kaku sejak awal jadi wajar saja ia seperti ini.
Tapi itu tidak sedingin ini awalnya.
Aku mengangkat wajah ku dari atas kepalanya, kemudian tangan kanan ku mulai meraba wajah pucat Ibuku yang penuh babak belur dengan hati-hati dan lembut. Lalu ku raba mata cantiknya yang besar dan indah dengan tatapan ingin tahu mengapa mata ini kini tertutup rapat seakan itu tidak akan pernah terbuka lagi selamanya.
Ya, mengapa satu-satunya malaikat ku kini tertidur lelap?
Tidak ada hembusan nafas yang hangat dan hidup darinya lagi, kulit wajahnya yang dulu halus nan lembut kini terasa kasar dan bersuhu dingin. Tidak ada kehangatan lagi dari tubuhnya dan hanya ada dingin, hanya dingin yang ku rasakan di sana. Aku bertanya-tanya, apa dia akhirnya pergi meninggalkanku?
Matanya tertutup rapat sepenuhnya dan nafasnya?
Aku tidak merasakan hembusan nafas hangat yang dimiliki oleh manusia hidup. Jadi apa dia benar-benar pergi meninggalkanku?
“Ibu..mengapa kau pergi meninggalkan ku?” Aku sekarang menyadarinya bahwa Ibuku sudah tidak ada lagi.
Ia telah di bawa pergi oleh Tuhan yang kalian semua agungkan. Tuhan yang kalian katakan penuh kasih nyatanya tidak berlaku untuk ku di dunia ini. Bahkan satu-satunya orang terkasih ku, Dia renggut dariku dengan paksa, membuat ku kini sendiri dan kesepian di dunia menjijikkan ini.
Dan karena Ibuku telah di bawa pergi oleh-Nya maka aku tidak yakin dapat menghadapi dunia ini dengan wajar seperti yang kalian lakukan karena aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Aku sendirian.
Tersenyum miris, aku sekali lagi memeluk tubuh kaku Ibuku yang kedinginan. Kasian, Ibuku kedinginan dan butuh sesuatu yang hangat jadi aku memeluknya sebagai gantinya.
“Ibu, tidurlah yang lelap dan jangan khawatir lagi tentang wanita kaya itu. Jika dia datang kembali ke sini lagi aku tidak akan pernah membiarkannya menyetuh dirimu. Jadi, tidurlah yang lelap Ibu karena aku akan menjaga mu, selalu.”
Tuhan, hah..bila hidupku dan hidup Ibuku tidak berguna di dunia ini maka mengapa Engkau menciptakan kami?
Mengapa Engkau kirim kami ke dunia bila hidup kami diciptakan hanya untuk menderita!
Tuhan, bukankah Engkau terlalu kejam?
Engkau kejam dan bersikap tidak adil kepada kami berdua. Menjebak kami di dalam penderitaan tanpa akhir, Tuhan..apa kami ini hanya pion kesenangan untuk-Mu?
Jadi, apa itu bahagia?
Perasaan asing ini aku benar-benar tidak mengenalnya. Perasaan terlarang yang tidak pernah di ciptakan untukku dan untuk Ibuku oleh Tuhan. Ya, Tuhan, ku ikuti permainan Mu dan akan ku pastikan bahwa orang-orang kejam yang Kau lindungi di luar sana dapat merasakan apa itu perasaan sakit, perasaan yang khusus Kau berikan pada ku dan Ibuku.
Aku menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Queenaa
Hai Kak, jangan lupa mapir di karya aku juga ya, kalian bisa langsung klik profil aku, nanti akan muncul beberapa karya aku, thanks
2023-09-06
0
Amallia 3
itu ibu ibu orang kaya pakaian tertutup ya udh pasti muslim. tapi kelakuan kayak gitu
2023-08-31
0
🌷💚SITI.R💚🌷
nyumaaak
2023-08-17
0