Gisel pun melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Untung saja jalanan ibu kota tidak terlalu padat menuju rumahnya saat ini. Maka dari itu, ia bisa sampai dengan sedikit cepat.
Tak butuh waktu lama, mobil Gisel pun sudah terparkir di depan rumahnya.
Ia kemudian bergegas masuk ke dalam rumah dan menemui mama dan juga papanya.
***
"Ma, pa, ada apa? Kenapa mama sama papa memintaku untuk segera pulang?" tanya Gisel sembari mencium tangan kedua orang tuanya itu.
"Gisel, syukurlah kamu sudah pulang. Sekarang juga ganti pakaian mu dengan kebaya ini. Kita akan pergi ke suatu tempat sekarang juga. Buruan ya nak, kita tidak punya banyak waktu," ucap Lasmi memberikan sebuah kebaya putih lengkap lengkap kepada putri semata wayangnya itu.
"Tapi buat apa ma? Memang kita mau kemana?" tanya Gisel yang sama sekali tidak memiliki pikiran jika ia akan menikah hari ini juga.
"Sudah pasang saja. Nanti kamu juga bakalan akan mengetahuinya. Kita akan menghadiri pertemuan penting. Kita tidak punya banyak waktu. Sekarang ganti pakaian mu. Kamu tidak usah mandi dulu. Buruan, mama tunggu disini," jawab Lasmi yang sedari tadi sudah tidak sabar untuk menemui sahabatnya Yuli. Sementara Rahman, langsung masuk ke kamarnya setelah bertemu putrinya satu-satunya itu.
Akhirnya dengan banyak tanda tanya di benaknya, Gisel pun langsung masuk ke kamarnya dan menuruti kemauan sang mama. Ia hanya mencuci muka dan menyiram tubuhnya sebentar. Selanjutnya Gisel langsung berganti pakaian dan berdandan minimalis.
Gisel begitu cantik mengenakan kebaya putih itu. Dengan rambut yang di sanggul, Gisel pun turun dari lantai dua rumahnya lalu menemui mamanya yang sudah menunggu di ruangan keluarga bersama suaminya.
"Ma, Pa, Gisel susah siap," ucap Gisel membuat mata Lasmi dan juga Rahman tidak dapat berkedip. Ia tak menyangka jika sebentar lagi putri cantiknya itu akan menjadi istri orang. Tepatnya istri guru matematika di sekolahnya.
"Kamu cantik sekali sayang. Ya sudah, kita berangkat sekarang. Ayo pa," ucap Lasmi lalu membimbing tangan putrinya itu keluar rumah.
"Pa, ma, sebenarnya kita mau kemana sih? Kenapa aku harus menggunakan pakaian kebaya ini?" tanya Gisel lagi.
Kedua orang tua Gisel bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan yang di ajukan oleh putrinya itu. Jika mereka bilang akan menikahkan putrinya, mereka yakin sekali jika Gisel pasti akan menolaknya mentah-mentah.
"Kita akan ke rumah sakit sayang," jawab Rahman sembari fokus mengemudikan mobilnya.
"Ke rumah sakit? Ngapain pa? Siapa yang sakit? Lagi pula, kenapa aku harus mengenakan kebaya jika memang kita ke rumah sakit?" tanya Gisel yang masih sangat-sangat penasaran dengan tujuan dan maksud kedua orang tuanya itu.
"Sudah, nanti kamu juga bakalan tau. Kita akan ma mampir ke rumah sakit dulu, baru setelahnya kita pergi ke tempat tujuan kita yang sebenarnya.
"Oke.. Oke.. Tapi janji ya pa, ma jangan aneh-aneh," ucap Gisel akhirnya memilih untuk diam.
Beberapa saat kemudian, mobil yang di kendarai oleh Rahman itu masuk ke dalam area rumah sakit.
Setelah memarkirkan mobilnya, mereka pun bergegas masuk menuju ruang rawat Yuli.
"Ma, Gisel, kalian tunggu di luar sini sebentar ya. Papa akan menyelesaikan urusan papa di dalam sebentar," ucap Rahman meminta anak dan istrinya untuk menunggu di kursi tunggu depan pintu kamar VIP tempat Yuli di rawat.
Setelah mendapatkan izin dari putri dan juga istrinya, Rahman pun langsung masuk ke dalam ruagan tersebut.
Semua orang yang ada di dalam sana tampak lega, kecuali Rama yang tidak mengenal sosok Rahman sebelumnya.
"Bagaimana. Rahman? Apa putrimu bersedia menikah dengan putraku Rama?" tanya Yuli dengan suara lemah.
"Kamu tenang saja ya Yul. Putriku pasti akan menerimanya seiring berjalannya waktu. Tapi, kita harus melangsungkan ijab kabulnya tanpa sepengetahuan putriku dulu. Nanti, setelah anak mu dan anakku sah, baru aku akan memintanya masuk ke dalam ruangan ini," jawab Rahman membuat Yuli merasa lega.
Sudah sedari dulu Yuli ingin sekaki mengambil Gisel sebagai menantunya. Bahkan semenjak Gisel masih kanak-kanak.
"Baiklah, kalau begitu kita mulai saja ijab kabulnya sekarang. Kasihan Gisel dan juga Lasmi menunggu lama diluar sana," ucap Yuli dengan suara lemahnya meminta untuk segera dilaksanakan ijab kabul antara putranya dan juga Gisel.
"Baiklah. Bagaimana Rama? Apa kamu siap?" tanya Tyo yang juga sudah tidak sabar untuk melihat putranya melangsungkan ijab kabul.
"Hhhhh siap nggak siap pa," jawab Rama ambigu.
Ia masih penasaran siapa wanita yang akan menjadi istrinya sebentar lagi.
"Baiklah. Kalau begitu kita langsung saja," ucap penghulu yang sudah hadir sedari tadi.
"Baiklah nak Rama, dengarkan ucapan saya ini baik-baik, Rama, aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandungku Gisel Amanda binti Rahman ramadan dengan mas kawin uang tunai sebesar dua ratus lima puluh ribu dibayar tunai," ucap Rahman yang langsung di sambung oleh Rama dengan cepat.
"Saya terima nikah dan kawinnya Gisel Amanda binti Rahman Ramadan dengan mas kawin uang tunai sebesar dua ratus lima luluh ribu rupiah di bayar tunai," ucap Rama dengan satu tarikan nafasnya.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu tersebut kepada dua orang petugas rumah sakit tersebut yang bertindak sebagai saksi pernikahan antara Rama dan juga Gisel.
"Sah.. Alhamdulillah," ucap semua orang yang ada di sana, termasuk Yuli yang terlihat sangat senang sekali.
'Gisel Amanda, sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Tapi dimana ya?' batin Rama bertanya-tanya.
"Hmmmmm Rama, apa kamu siap bertemu dengan istrimu?" tanya Rahman kepada laki-laki yang saat ini telah sah menjadi menantunya itu.
"Hhhhhhh bismillah. Siap Om," jawab Rama menganggukkan kepalanya.
"Panggil saja papa. Karena mulai saat ini kamu adalah menantuku," ucap Rahman lalu pamit keluar untuk membawa Gisel dan juga Lasmi masuk ke dalam ruangan VIP tersebut.
"Bagaimana pa? Apa semuanya berjalan lancar?" tanya Lasmi yang sedari tadi sudah sangat-sangat penasaran.
"Alhamdulillah ma. Sekarang ayo kita masuk ke dalam," jawab Rahman menuntun Gisel dan juga Lasmi istrinya masuk ke dalam ruang rawat tersebut.
Saat melihat Gisel masuk menggunakan pakaian kebaya, Rama sangat terkejut sekali. Ia yakin, jika wanita yang ada di hadapannya itu adalah istrinya.
'Ja.. Ja.. Jadi.. Jadi dia Gisel Amanda? Salah satu murid yang terkenal bandel dan sering bolos di sekolah tempatku mengajar. Tapi. Tapi dia kan masih sekolah, bagaimana mungkin bisa menjadi istriku,' batin Rama tak henti-hentinya menatap Gisel.
Begitu juga dengan Gisel, ia terkejut saat melihat Rama yang mengenakan stelan jas menatap dirinya tanpa berkedip.
"Pak.. Pak Rama," gumam Gisel spontan.
"Gisel, ayo beri salam kepada semuanya," bisik Lasmi di telinga putrinya itu.
Bagaikan kerbau ditusuk hidungnya, Gisel pun menyalami Tyo, Rama dan yang terakhir wanita paruh paya yang terbaring pucat di atas ranjang rumah sakit.
"Ma, ada apa ini? Kenapa ada Pak Rama disini?" tanya Gisel penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Langsung shock tuh pak guru 🤣🤣🤣😜
2023-06-12
0
Qaisaa Nazarudin
Segitu amat harga nya gisel, cuman Rp250.000 doang,,Mending seperangkat alat sholat aja..🤭🤭🙏🏻😃
2023-06-12
0
Qaisaa Nazarudin
Kamu di jebak tuh,Siap2 aja ntar lg berubah status 😂😂😜
2023-06-12
0