Kota Painfinn, kota yang terletak di wilayah paling barat Kerajaan Meglovia yang berbatasan langsung dengan hutan monster di ujung barat benua. Karenanya, kota ini selalu menjadi tempat yang paling rawan akan serbuan monster.
Namun, sebelum dimulai tiga tahun silam, tempat ini sebenarnya adalah tempat yang cukup damai dengan intensitas serbuan monster yang tidak terlalu tinggi. Akan tetapi, semuanya tiba-tiba saja berubah yang dimulai tiga tahun silam.
Serbuan monster terus bertambah intens dari hari ke hari. Dan di sinilah, aku, Helios de Meglovia, pangeran kedua Kerajaan Meglovia ditugaskan untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan penanganan invasi monster.
Beberapa jam sejak kedatanganku ke tempat ini, aku berurusan dengan dokumen terkait dengan wilayah.
Di saat itulah tiba-tiba pintu diketuk dan ketika aku mengizinkan orang yang mengetuk pintu tersebut masuk, rupanya dia adalah Albert fou Lugwein, satu-satunya prajuritku yang setia yang bersedia menemani tuannya pergi ke tanah berbahaya ini.
Begitu Albert membuka pintu, dia langsung menatapku dengan pandangan mata yang terlihat sedikit kesal.
“Master, sampai kapan Master akan merawat monster itu?”
Ujarnya dengan setengah merengek.
Di sampingku, aku yang sedang bergelut dengan dokumen juga didampingi oleh seekor kura-kura es di atas meja yang sambil bertingkah dengan imutnya.
“Mooooo.”
“Yasmin, ada apa? Hmm, Albert kamu baru saja membuat Yasmin ketakutan. Tidak apa-apa, Yasmin, semuanya baik-baik saja. Dia temanku, dia orang yang baik.”
Aku berbicara sendiri di hadapan kura-kura es yang kunamai Yasmin tersebut sembari mengusap dagunya yang lembut lalu menatap Albert dengan tatapan mata yang mengisyaratkan ‘jangan membuat Yasmin takut’.
“Master bahkan sudah menamai monsternya. Dan apa-apaan dengan nama Yasmin itu.”
“Bukankah itu nama yang bagus? Yasmin adalah bunga yang habitat sebenarnya di es, namun mampu hidup di tempat yang panas sekalipun.”
“Tidakkah Master melihat pandangan orang-orang barusan? Padahal Master sudah dibenci karena ramalan itu, tetapi berkat Master yang turut membawa monster sebagai peliharaan Master, citra Master semakin buruk di mata masyarakat.”
Mendengar ucapan Albert itu, aku lantas menatapnya dengan serius. Kubilang padanya,
“Hei, Albert. Menurutmu, apa perbedaan utama antara monster dan hewan biasa?”
Lalu dia pun menjawab dengan cepat, “Ya, itu tentu saja kalau hewan biasa tidak memiliki mana, tetapi kalau monster mampu menyerap mana dan menggunakan sihir.”
Aku pun lantas menggoda Albert,
“Albert, tahukah kamu bahwa dalam klasifikasi makhluk hidup, manusia dapat digolongkan sebagai hewan?”
“Master sedang mengolok-olokku ya. Kalau segitu saja, tentu saja aku tahu. Walaupun aku hanya seorang ksatria dan bukan bangsawan, aku juga dididik ilmu pengetahuan alam yang mumpuni.”
“Albert yang pintar, coba perhatikan ini baik-baik. Hewan yang bisa menggunakan sihir disebut sebagai monster, sementara manusia adalah salah satu jenis hewan. Lantas, bagaimana menurutmu dengan para bangsawan yang bisa menggunakan sihir? Kalau berdasarkan kata-katamu barusan, kamu baru saja mengatakan bahwa semua bangsawan yang bisa menggunakan sihir itu monster.”
Mendengar kata-kataku yang sebenarnya hanya kumaksudkan sebagai candaan ringan itu, seperti biasa, Albert menanggapinya dengan serius.
“Tidak, tidak, tidak! Mana mungkin aku memikirkan hal yang kurang ajar seperti itu kepada bangsawan yang agung, Master.”
Melupakan sikap Albert yang agak mengesalkan, sebagian apa yang dikatakannya juga memang mengganggu pikiranku.
Begitu aku datang dan mulai mengatur wilayah, terlihat banyak warga yang tidak puas akan kehadiranku sebagai pemimpin feudal yang baru.
“Eh, kenapa bukan Putra Mahkota atau Tuan Pangeran Leon yang datang? Mengapa mesti si tiran es itu yang datang? Ini akan menjadi bencana wilayah.”
Kurang lebih seperti itulah pembicaraan yang terjadi di belakang antara sesama warga. Tanpa kuketahui, tahu-tahu aku sudah menyandang gelar aneh di masyarakat, sang tiran es.
Jangankan menjalin keakraban dengan para warga, aku sudah menerima poin negatif dari mereka duluan, terima kasih berkat ramalan yang mencap aku sebagai seorang calon tiran kejam bahkan tanpa aku melakukan apapun.
Bukankah itu kejam? Mengapa aku mendapatkan perlakuan yang bahkan bukan karena kesalahanku sendiri? Masa depanku sebagai seorang tiran kejam ditentukan begitu saja hanya dengan sebuah ramalan.
Aku yang frustasi lantas mengelus-elus dagu Yasmin yang lembut. Hanya Yasmin-lah kini yang bisa menjadi pelipur laraku di kala semua orang terus menghujatku karena ramalan sialan itu.
Begitu aku bersantai sejenak dari pekerjaanku setelah kedatangan Albert, tiba-tiba pintu sekali lagi diketuk. Kali ini yang datang adalah kepala administrator kota ini, Curtiz, seorang rakyat biasa yang diangkat oleh almarhum Duke Rucanthes sendiri sebagai kepala administrator karena kecakapannya.
Curtiz datang dengan membawa setumpuk laporan keuangan dan inventaris Kota Painfinn sesuai dengan yang aku amanahkan kepadanya untuk dikumpulkan.
Namun, begitu aku membaca laporan yang dibawanya tersebut, betapa aku tidak bisa menahan kesalku.
“Apa-apaan ini?! Mengapa pengeluaran untuk prajurit terlalu tinggi sedangkan biaya perbaikan benteng diabaikan?! Lantas apa-apaan pula dengan penjualan batu kristal sihir yang serampangan ini!”
Aku sebelumnya telah mendengar desas-desus dari suatu tempat bahwa Duke Rucanthes adalah seorang yang berotak otot. Dia sangat dapat diandalkan dalam masalah pertarungan. Namun, dia bodoh dalam hal mengatur ekonomi wilayah.
Tetapi yang sangat kusesalkan adalah mengapa tidak ada satu pun orang-orang yang mumpuni seperti Curtiz ini berupaya mensupport sang duke dengan buah pengetahuan mereka. Mereka hanya tanpa mengeluh menjalankan perintah sang duke yang serampangan.
Pertama-tama soal biaya restorasi benteng. Itu adalah hal yang mutlak untuk menjadi fokus perhatian perihal itu akan menjadi investasi jangka panjang dalam pengamanan wilayah terhadap serangan monster ke depannya.
Tetapi, dengan bodohnya, mereka mengurangi biaya itu hanya untuk kesejahteraan prajurit penjaga lantas mengakali benteng yang jebol dengan menutupinya terhadap lumpur alih-alih batu yang kokoh.
Ini gawat. benar-benar gawat. Wilayah ini benar-benar rentan akan dihancurkan jika pemikiran ekonomi mereka tetap berlanjut seperti ini.
Belum lagi dengan masalah kristal batu sihir. Wilayah ini padahal memiliki sumber pendapatan langka yang jarang ditemui di daerah lain, tetapi mereka sama sekali tidak memanfaatkan hal tersebut lantas menyerahkannya saja dengan harga yang sangat murah kepada para pedagang keliling.
Padahal jika kristal batu sihir diolah dengan baik, maka nilainya akan meningkat secara signifikan lantas akan menghasilkan pendapatan yang sangat besar bagi wilayah yang sangat miskin ini.
Mempertimbangkan hal itu, aku pun memberikan instruksi kepada Curtiz,
“Masalah anggaran prajurit, aku ingin itu dikurangi sebanyak 30 persen lantas dialihkan pada perbaikan benteng. Kemudian mengenai masalah kristal batu sihir, aku ingin itu dikumpulkan lantas diserahkan padaku.”
Aku yang sudah stress disibukkan oleh masalah internal wilayah, tiba-tiba saja dikagetkan oleh peringatan bahaya dari mercusuar pengawas monster.
Di pukul 4 sore itu di kala matahari masih terlihat, monster sudah mulai menyerang.
‘Apa ini? Mengapa para monster sudah menyerang di jam segini? Bukankah ini belum waktunya mereka keluar?’
Dengan pemikiran yang rumit itu, aku turut bergerak menuju benteng pertahanan. Tampaklah dari balik benteng itu, ribuan monster lipan menyerbu hendak memasuki kota dengan menembus benteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
abdillah musahwi
baru sadar suaranya kayak sapi🤔 nih kura-kura peranakan sepertinya
2024-07-12
1
Sarah ajha
Wkwkwkwkekek3, monster pertamanya lipan 🤭
2023-05-08
1
Sarah ajha
Pet nya kayak nama orang
2023-05-08
2