Kasmaran

5

Cafe yang terlerak di tepi jalan raya menjadi tempat tujuan Yura pagi ini. Seperti biasanya wanita cantik itu mulai bekerja dengan giat. Terhitung , sudah tiga bulan Yura menjadi karyawan di sini. Dan selama itu juga tidak ada yang tahu kalau Yura telah menikah.

Uang pemberian ibu Azka seluruhnya ia berikan kepada ibu panti. Sedanhkan, uang nafkah yang diberikan Azka dalam bentuk debit card tidak sedikit pun ia pakai. Yura tidak mau tergantung hidup dari pria itu, sebab mereka hanya nikah sementara yang bisa berakhir kapan saja.

"Ra, dipanggil pak Ega." Ica merebut nampan dari tangan Yura. Matanya melirik pintu ruangan Ega yang memang sedikit terbuka. "Belakangan ini pak Ega selalu merhatiin kamu. Kayaknya si bos ada rasa sama kamu."

Yura membekap mulut Ica yang selalu asal bicara. "Hus, jangan bicara yang nggak-nggak. Takutnya ada yang salah paham."

Ica menunjuk ruangan Ega di mana pria itu pun melihat mereka. Sontak, Yura langsung menjatuhkan tangannya.

"Tuh liat, pak Ega ngeliatin kamu terus. Udah sana masuk, jangan buat calon pacar marah." Ica tertawa jahat melihat Yura memlotot padanya.

Akhirnya mau tidak mau Yura masuk ke ruangan Ega yang merupakan pemilik kafe tersebut. Pintu sengaja tidak ia tutup agar tidak ada yang bergosip tentang mereka.

"Bapak panggil saya?" Yura bertanya setelah menghadap Ega. Pria berambut cepak nan tampan itu langsung mempersilakan ia duduk.

"Kenapa masih bicara formal? Ayolah, aku nggak setua itu hingga dipanggil bapak." Ega menopang dagu melihat Yura intens. Jarang mereka hanya terhalang meja hingga ia bisa melihat kecantikan Yura dengan jelas.

"Saya nggak mungkin manggil ibu 'kan?"

Ega tertawa mendengar celetukan Yura." Nggak apa-apa kalau kamu yang manggil. Di mataku kamu nggak akan salah dan tetap akan sempurna."

Ega tentu tidak sedang membual, ia memang telah jatuh hati kepada Yura. Bahkan, jatuh cinta pada pandangan pertama.

Yura tersenyum canggung. Ega adalah orang teramah yang pernah ia temui. Tapi, candaan pria itu malah membuat hatinya was-was. Jika seperti ini orang-orang di luar sana bisa semakin salah paham.

"Ok, saya mau minta tolong sama kamu. Malam ini saya harus menghadiri pesta pernikahan sohib. Dan diwajibkan bawa pasangan. Tapi, masalahnya saya nggak punya pasangan." Ega berpura-pura memasang wajah melas.

Perasaan Yura menjadi tidak enak. "Bapak nggak bermaksud ngajak saya 'kan?"

"Justru karena itu saya manggil kamu ke sini. Kamu sangat cocok menjadi pendamping saya. Dan saya tidak menerima penolakan apapun. Semua sudah saya siapkan jadi please jangan kecewakan saya."

Yura mengela nafas berat dan berucap,"Ini ajakan atau paksaan, Pak?"

"Ayolah, jangan cemberut seperti itu. Saya nggak mau ditertawakan kalau datang nggak bawa patner. Cuma kamu satu-satunya harapan saya."

Akhirnya dengan berat hati Yura menerima ajakan Ega. "Tapi, cuma satu kali ini aja 'kan, Pak?"

Ega mangut-mangut. "Iya, anggap aja ini kencan pertama kita." Pria itu bicara serius dari lubuk hati terdalam. "Mulai sekarang kamu panggil nama saya aja. Dibiasakan biar nggak canggung kalau kita sudah resmi pacaran."

Yura tersedak ludahnya sendiri, ia bisa mati kutu jika berlama-lama di ruangan Ega. Wanita itu pergi tanpa bicara lagi.

Ega tergelak melihat ekspresi wajah Yura saat ia goda, menurutnya Yura sangat menggemaskan dan berbeda dari wanita lain.

"Baru kali ini gue susah deketin cewek. Yura nggak sedang jual mahal, tapi dia memang berbeda. Dan aku jatuh cinta padanya."

Dengan rona bahagia Ega menghubungi Azka untuk mengabarkan jika ia akan datang membawa seorang kekasih.

"Apa, Nyet! Pagi-pagi udah ganggu aja!" ucap Azka ketika panggilan itu sudah tehubung.

Ega sedikit menjauhkan handpone dari telinganya ketika Azka bicara. "Biasa aja ngomongnya, nyet. Nggak usah bentak. Gue punya god news buat lo!"

"Apa? Paling menang lotre!" ketus Azka.

"Sembarangan. Ini lebih berharga dari apapun. Nanti lo akan lihat betapa cantik dan indahnya mahkluk ciptaan Tuhan yang gue gandeng malam ini."

"Cewek mana lagi yang jadi korban lo?" Azka tertawa jahat. "Tobat, lo! Jangan suka php-in cewek!"

"Gue nggak brengsek kayak lo, Azka! Perempuan ini calon ibu dari anak-anak gue nanti. Pokoknya, lo harus datang sama Agata biar gue kenalin sekalian sama cewek lo itu!"

Ega mengakhiri percakapan unfaedah dengan Azka. "Awas aja kalau sampai lo juga naksir sama Yura," decihnya.

***

"Songong banget nih orang!" Azka menyelipkan benda pipihnya di saku celana. Kemudian menekan bel berharap Agata mau membukakan pintu untuknya.

Bak gayung bersambut, pintu langsung terbuka. Agata bersedekap dada melihat Azka.

"Masih ingat kamu datang ke sini?"

Wanita yang sudah hampir satu tahun menjadi kekasih Azka masih marah sebab Azka mengingkari janjinya.

"Tadi malam aku ketiduran, Sayang. Jadi, aku nggak bisa datang untuk makan malam sama kamu."

Azka memang pembohong handal. Sudah jelas-jelas ia makan dan tidur di apartmen istrinya yaitu Yura.

"Alasan. Bilang aja kamu sengaja hindari aku."

Azka merengkuh wajah agata lalu mencium keningnya. "Aku nggak mungkin lupain kamu. Sebagai gantinya gimana kalau malam ini kita dinner di luar."

Kekesalan Agata langsung memudar. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Azka hingga membuat tubuh mereka nyaris tanpa jarak.

"Jangan diulangi lagi. Aku takut kamu bermain di belakang aku. Aku pikir kamu nggak bisa dihubungi karena lagi bermesraan sama perempuan lain."

Azka menelan ludah sebanyak yang ia bisa. Mampus! Tenggorokannya mendadak kering. Tidak tahu harus berkata apa lagi.

Agata bisa membunuhnya kalau tahu dirinya telah meniduri wanita lain yang merupakan istrinya sendiri.

"Kamu masak apa? Aku laper." Azka mengalihkan pembicaraan.

"Kamu nggak ke kantor?" Agata menggandeng tangan Azka masuk. "Duduk dulu biar aku buatin kopi kesukaan kamu," ucapnya seraya berjalan ke pantry.

"Masih ada waktu satu jam lagi." Azka duduk di sofa dan memandang figora foto dirinya dan Agata yang menghias dinding.

Hubungan macam apa ini? Di sini ada Agata dan di sana ada Yura.

Azka memejamkan mata ketika wajah Yura terlintas di benaknya. Mungkinkah ia memang telah terpesona oleh istrinya tersebut? Bahkan, disaat berduaan dengan Agata seperti ini pun wajah Yura datang menghantuinya.

"Kamu sakit?" Agata meletakkan secangkir kopi di atas meja lalu ia duduk di samping Azka.

"Nggak, cuma kepikiran sama Ega. Kamu masih ingat Ega 'kan?"

"Temen kamu yang punya kafe itu? Udah lama kamu nggak ajak aku ke sana."

Jangankan Agata, dirinya saja sudah 3 bulan tidak menginjakkan kaki di tempat itu. Sebab, Ega selalu marah dan memaksanya untuk memutuskan hubungannya dengan Agata. Ya! Ega orang pertama yang menentang hubungannya dengan Agata.

"Ntahlah, sepertinya dia sedang kasmaran." Azka tidak sabar ingin melihat seperti apa wanita yang sudah memikat hati seorang Ega.

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

siapin rahang mengeras dan cemburu azka liat s yura sm s ega

2023-01-01

0

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

yakin lo siap azka........ pingsan ...gw ketawa pling lebar hahahahaha

2022-12-01

1

Kikan dwi

Kikan dwi

bagus ... aku lebih suka Ega... nanti kalau ketemu Azka , Yura jgn ngaku istrinya Azka biar panas tuh Azka Yura nya d ambil temen hahahhahha .... kak vio kapan crazy up ?

2022-12-01

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!