Episode 3
Pohon Al Khuda. Pohon yang bisa menumbuhkan hal misterius itu.
Azza mencoba menyentuh itu. Akan tetapi ...
Wuuush!
Sebuah panah menyambarnya. Dirinya tampak tertusuk hal itu. Panah api itu tampak rubuhnya menancap juga di pepohonan itu yang kini mulai mengikatnya.
Lalu, partnernya tampak berhasil membebaskan azza. Kemudian, maju satu orang yang punya panah api itu.
“Dia adalah salah satu bawahan dari bos tempat ini,” ujar teman azza yang baru itu. Dia tampak memamerkan kekuatan api yang ganas itu. Azza lalu mencabut panah itu. Dirinya lalu beregenerasi lagi. Semuanya sembuh di sana.
Xavi tak muncul dalam hal ini. Azza lalu mencoba maju.
Hyaaaaa!
Berteriak saat akan menyerang.
Hyaaaa!
Azza dengan powernya itu maju ke arah penjagal itu. Di mana dia adalah salah satu bawahan bos tempat ini.
Hyaaaa!
Azza meninjunya.
Lalu, orang itu menghindarinya. Tanah itu tertinju azza dan hancur.
Blaaaaar!
Orang itu terkekah geli.
“Siapa ini yang datang? Manusia dari penyiksaan rendah?” ujar orang itu.
Lalu, tampak teman azza yang juga mahkluk penyksa. Sepertinya tersinggung.
“Jangan lancang kau bocah!” ujar orang itu marah.
Lalu, sang musuh pun tampak menatapnya.
“Kau Billy! Orang yang dibuang dari perkumpulan bos. Maka dari itu kau berada di level bawah sendirian. Huahahahaha!” orang itu tertawa terbahak-bahak.
Billy tampak sangat kesal dan marah karenanya.
“Kurang ajar!”
Namun, azza tampak menendangnya.
Buaaaar!
Sang musuh tampak terbanting dan mendarat jauh dari keduanya.
“Siapa dia?” tanya Xavi. Kemudian, orang itu. Si mahkluk penyiksa juga tampak menceritakan.
“Untuk menentukan siapa yang menjadi penghuni ruangan rendah di levelku. Beberapa orang di level atasnya yanh merupakan bawahan dari bos itu. Melakukan sebuah tantangan dan pertarungan. Tantangan itu adalah dengan berusaha menumbuhkan buah api. Saat itu aku berhasil melakukannya. Namun, hal itu direbut oleh orang yang tadi,” jelas penyiksa itu. Yang diketahui bernama Billy.
“Jadi orang itu. Sudah membuatmu kesepian ya?”
Lalu, entah kenapa azza kini sedikit merasakan gejolak tidak enak itu. Sang penyiksa menatap itu darinya.
“Apa kau ..... kesepian juga?” tanya orang itu.
“Aku tidak tahu. Apa itu kesepian. Tapi, perkataanmu sama seperti apa yang pernah aku rasakan,” jawab azza sebelum maju ke arah orang itu yang melesatkan panah-panah ke arahnya.
Hyaaaaaaa!
Azza menatap geram padanya.
“Kurang ajar!”
Blaar blaaar balar blaaar!
Set set set set!
Tampak, azza pun menghindarinya dan juga mengambil tombak kegelapannya itu.
Trang trang trang trang trang!
Si penyiksa temannya tampak terkesan dengan hal yang tadi itu.
“Hal yang pasti ingin aku rasakan adalah, hal yang belum pernah kurasakan. Namun, itu adalah gambaran yang lebih ke .....”
Azza bergerak lagi. Menghindar dan meanngkis semua panah api yang datang. Sangat membuat lawan kesal itu.
“Hal itu adakah hal yang pernah kau rasakan. Di mana tenggorokan dan hati ini terisi dengan hal itu. Rasa lapar dan kekenyangan. Aku ingin merasakannya lagi, kehidupan!”
Trang trang trang trang!
Mata teman azza makin kagum mendengar itu.
‘Jadi, dia itu ...’ batinnya.
Terlihat, azza yang melesat balik ke arah lawannya itu.
Hyaaaaa!
Dia berteriak di udara itu.
‘Saat itu, sebenarnya aku diberi sebuah informasi tadi malamnya. Di mana aku selalu dikelilingi oleh orang-orang yang tak menerimaku namun sebaliknya’ batin azza dan mulai menyerang dengan tombak itu.
Sreeet!
Kakinya mendarat di tanah.
‘Ada satu dua orang yang mengasihiniku. Mereka tak tergantikan. Walau bagaimanapun. Aku harus membalas perbuatan mereka. Hingga saat ini, aku pun bertujuan untuk tetap hidup. Saat itu, entah bagaimana harus bisa merasakannya. Informasi itu datang dari ......’
‘Hati Ilahi’
Hyaaaaaaaa!
Cling!
Tampak, tombak miliknya kini berubah warna menjadi putih.
Xavi tak percaya dengan itu. Begitu pun dengan kawannya yang ada di sana. Dia menyilangkan tangan karena cahaya itu amat silau.
Musuhnya juga begitu.
“Cahaya bodoh apa ini?” teriaknya tak tahan.
Dia lalu lari ke belakang.
“Rasakanlah dari kekuatan hatiku ini!”
Duaaaaar!
Semuanya usai. Sang penjagal pemanah api tampak terkapar. Lalu, terlihat banyak panah api yang ditinggalkan.
“Panah ini terbuat dari buah pohon itu. Yang direbut dariku waktu itu,” ujar Billy saat itu. Lalu, dengan itu. Kini, panah itu menjadi milik dari azza.
Tap tap tap tap tap!
Tak berselang lama.
Datanglah empat orang lainnya.
“Hahahahahaha!”
Beberapanya tampak tertawa di sana. Azza lalu waspada.
“Sepertinya di neraka ini. Terjadi hal yang menarik,” ujar seseorang yang berambut panjang itu.
Heh!
Satu orang lainnya tampak terkekeh di sana.
“Itu orang-orang lain, yang levelnya jauh di atas ku dan orang yang tadi. Mereka sangatlah kuat,” ujar Billy sangat takut.
“Heh, ternyata si gendut itu. Mau apa kau kemari?” tanya satu orang berambut pendek dan naik ke atas itu.
“Sepertinya kau ingin kembali ke atas sini ya? Dengan cara membunuh salah satu bawahan bos?” tanya satu orang lain. Dia tampak berambut panjang dan lebih kurus dari yang lain.
Si gendut Billy. Tampak dia lebih berani dari yang tadi. Dia tampak emosi dan pancingan mereka.
“Aku tak sudi lagi untuk kembali,” ucapnya marah.
“Lalu?” tanya orang berambut panjang yang sama.
“Aku hanya ingin mengikuti orang ini.”
Billy menunjuk azza yang menatap mereka dengan tatapan waspada. Dengan bersiap tempur. Panah api dan tombak kegelapan ada di tangannya.
Heh!
Satu orang melihat azza.
“Anak manusia. Dengan tombak Auxilian Hell dan panah api yang terbuat dari buah api ya?”
Mereka semua memandang ke arah pemuda 16 tahun ini.
“Heh!”
Lalu, semuanya maju menyerang.
Wuuush!
Tampak, salah satu dari mereka menyemburkan bola api besar ke arah azza. Lantas, Billy tampak membuat dinding api yang lebih kental bentuknya.
“Mereka sangat kuat! Aku serius! Kita mundur!” ucap Billy.
“Kau ketakutan? Padahal tadi sangat bersemangat,” ujar Xavi.
“Apa yang kau katakan?”
Bilpy yang belum paham dan tahu Xavi. Lantas heran dengan itu dia mengira itu kata keluar dari mulut teman barunya yang menarik itu.
Lalu, azza tanpa pikir langsung terjun dari atas itu.
Wuuuush!
Kelima orang itu tampak memandang ke arah bawah sana.
“Heh!”
Tap tap!
Azza lalu tiba di sebuah penyiksaan lain. Di mana di sana semua yang disiksa adalah laki-laki muda. Mereka semua tampak dipanggang di bagian kelaminnya itu dan berbagai penyiksaan lainnya. Tampak ada beberapa pohon gersang di sekitar sana.
Lalu, Billy mengajak mereka berlari lagi.
Wuuush!
Setelah itu. Lima orang itu turun dan sepertinya terus akan mengejar mereka semua.
Tap tap tap tap tap tap!
Datanglah Azza bersembunyi di suatu gua yang sempit. Lapu saat itu Xavi memberitahu dirinya.
“Akulah orang pertama yang membantunya. Aku adalah orang yang paling bawah,” ujar Xavi.
“Sayang sekali aku tak paham mengenaimu dan posisimu itu,” sahut Billy yang terlihat tak tertarik. Dia lebih memilih melihat ke luar.
Azza melihat keluar gua yang tertutupi beberapa halangan tipis layaknya daun-daun merah itu.
‘Sementara kita aman’ batin azza.
Lalu, mereka masih bersiaga untuk saat ini. Hingga azza memastikan itu aman.
“Di sini adalah tempat penjagal lain. Mereka semua disiksa dengan cara yang sangat sadis milik mereka. Disebut Keburo,” jelas Billy.
“Hmmm.”
Azza membalas dengan gumaman dan anggukan kepala. Mereka tampak terus berjalan.
“Untuk menghadapi mereka. Kita tak perlu repot-repot melawan,” ujar Billy.
“Apa kau tahu kekuatan mereka?” tanya Xavi.
“Mereka semua lemah terhadap kekuatan suci. Namun, hal itu tak nampak jika kita di neraka. Maka dari iti. Sebaiknya kita ke ujung neraka. Di mana kita bisa mengambil kekuatan itu,” jelas Billy.
“Apa harus seperti itu?” tanya Xavi.
“Tapi, sebelum itu. Kita harus mendapatkan ijin dulu dari naga Helios.”
Tampaknya Xavi diabaikan oleh Billy.
Azza tampak bergumam.
“Tapi, bisakah kita dengar dulu sesuatu yang lain?” tanya azza.
“Apa itu?”
Xavi lalu menjawab hal itu.
“Aku beritahu ini. Manusia ini, punya kekuatan untuk menyerap kehidupan. Jadi, kita mungkin tak usah lama-lama harus ke ujung neraka.”
Mata Billy tampak terbelalak.
“Kekuatan jenis apa itu?”
Lalu, azza dan temannya itu tampak mencoba menyerap beberapa penjagal yang lemah.
Wuush!
Lalu, tampak kemampuan mahkluk penjagal itu yang bisa keluar sangat jauh itu. Kini, didapat oleh azza.
Waah!
Teman barunya tampam ceria melihat itu.
“Dengan menyentuh target! Azza bisa menyerap kehidupan mereka. Itu mencakup semua hal,” ucap Xavi.
“Jika tahu begini dari awal. Kita tak perlu harus kabur-kaburan. Ayo kita susun rencana ulang!” teriak Billy semangat.
Azza tampak heran dengan itu.
“Bukankan mereka semua temanmu? Kau serius untuk membunuh temanmu?” tanya Xavi pada Billy.
“Kau lihat sebelum ini kan? Satu orang itu juga sudah terbunuh,” jawab Billy yang kali ini tak mengabaikan Xavi. Dia memaksud pada si pemanah api itu.
“Oh, baklah!”
Tap tap tap tap tap tap tap!
Lalu, tampak mereka pun mendatangi sebuah gua neraka itu. Di mana di belakang sana. Banyak gejolak api dan manusia-manusia yang dibakar.
“Tuan Demos! Aku Billy, apa kau masih mengingatku?” Billy berkata di depan seseorang yang duduk santai itu. Tampak warna orang itu merah seperti darah dan daging.
“Kau? Si kerdil yang dilaporkan oleh mantan kakak-kakakmu?” jawab orang itu.
“Ya!”
Orang itu masih tenang.
“Apa maksudmu membunuh salah satu bawahanku?” tanya orang itu.
Lapu, Billy mendongakkan kepalanya.
Kemudian, dia hentakan tangannya itu. Orang itu membelalak.
“Mini Divine!” teriak si kerdil itu.
Membuat suatu sinar ungu bermacam itu membentuk suatu di sana. Menghalangi ruang yang nyata.
Kemudian tampak lambang sinar itu melintang-lintang membentuk bentuk bintang yang diselimuti cahaya ungu di tempat itu.
“Untuk apa kau melakukan ini?” tanya orang itu yang kini sepertinya mulai marah. Dia mengeluarkan pedang merah yang berjatuhan cairan-cairan merah dari dirinya itu.
Pedang algojo.
Wuuush!
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments