...MAB by VizcaVida...
...|02. Angel si pekerja keras|...
...Selamat membaca...
...[•]...
Hidup seorang diri tak lantas membuat Angel mengeluh lelah dengan hari-hari yang sudah dilaluinya. Ia bahkan sudah terbiasa mengerjakan semuanya seorang diri, sesuatu yang menurut gadis lain mungkin berat ia lakukan dengan tmringan tanpa keluh. Ayah dan ibunya berpisah sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Berpisahnya sang ayah dan ibu tak lantas membuat Angel menjadi pribadi yang terpuruk dan menjauhkan diri dari orang lain. Dia tumbuh menjadi wanita yang kuat, mandiri dan dewasa. Juga memiliki tata krama yang baik dimata orang lain.
Sejak lulus SMA, Angel memutuskan untuk berhenti menerima uang dari ayahnya, dan memilih kerja sambilan berikut mengumpulkan uang untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah jurusan management, seperti yang ia inginkan. Wajahnya yang rupawan sedikit kebule-bulean cukup membantu dan memudahkannya untuk mendapatkan pekerjaan.
Angel ingin membawa nasibnya lebih baik dan mapan, sama seperti seorang perempuan yang sering ia lihat ketika mengunjungi supermarket tempatnya bekerja, dulu. Ia bahkan memiliki keinginan untuk bekerja di sebuah perusahaan pertelevisian tanah air. Tidak masalah meskipun hanya di bagian tukang pembersihan atau cleaning servis. Semua dimulai dari bawah, prinsip yang ia pegang kuat untuk menjalani hidup agar tetap percaya diri
Tapi mungkin nasib baik sedang berpihak padanya. Angel mendapatkan lebih dari harapannya menjadi seorang cleaning servis, dan menjadi salah satu staff berpengaruh di gedung pertelevisian yang ia titipi daftar riwayat hidupnya. Ia diterima tanpa syarat karena potensi yang ia miliki terbaca oleh salah satu HR dari stasiun televisi yang ia kirimi lamaran pekerjaan setelah lulus S1 universitas swasta kenamaan ibu kota.
Ia bersyukur kepada Tuhan akan pencapaian nya, dan berjanji akan menjadi jemaat yang taat beribadah setiap minggu. Ia juga tidak akan lepas berbuat baik, agar kebaikan juga datang kepadanya.
Angelica Baby Gisamara Rubel, adalah nama yang diberikan oleh Patrick Rubel, sang ayah yang kini sudah kembali ke negara asalnya—Selandia baru, karena telah berpisah dari sang ibu. Sedangkan sang ibu Giara Bella Saphira memilih kembali ke kota asalnya—Surabaya, demi merintis usaha butik yang sejak lama diidamkannya. Mereka tak lagi peduli pada Angel yang hidup sebatang kara di ibu kota, kecuali sang papa yang masih sering menanyakan kabar Angel melalui telepon. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu terlunta tanpa perhatian utuh diusia remaja dan sukses oleh dirinya sendiri, meskipun begitu ia tak pernah menghapus sedikitpun kenangan indah dan kebaikan kedua orang tuanya yang pernah menyayangi dan memberikan pendidikan serta mengajarkan tata Krama yang baik padanya.
Suara pintu berderit dari ruangan CEO stasiun televisi yang menjadi tempat bernaung Angel mengais rupiah. Pria berjas abu-abu tua, berambut cepak rapi yang di pomade seluruhnya ke sisi belakang itu selalu terlihat tampan dan kharismatik. Bagi Angel, pria seperti atasannya inilah sosok yang diidamkan banyak wanita. Karena selain kaya dan tampan, pria ini begitu ramah dan baik kepada seluruh staff yang berada dibawah naungan kepemimpinannya.
“Ada agenda meeting apa hari ini, Ngel?” tanya Louis, si CEO yang menjadi orang paling disegani Angel di tempatnya bekerja ini.
“Ada bertemu dengan salah satu klien di Le Quartier, Senopati, Kebayoran baru, pukul sepuluh pagi, pak.” jawab Angel tanpa ada kesalahan. Ia sudah tidak canggung lagi menjalani pekerjaannya sebagai seorang sekretaris ke dua, setelah Rita.
Dibanding Rita yang sering terjun langsung ke lapangan, Angel lebih terfokus untuk mencatat dan menyusun jadwal atasannya—Louis Furry Hutama, seperti pertemuan dengan klien hari ini.
Louis menghentikan langkah kaki dalam balutan pantofel mengkilat itu tepat didepan meja kerja Angel. Kemudian menunjukkan angel dengan wajah datar dan kening sedikit berkerut. “Sama kamu?”
“Ya, saya yang akan menemani bapak hari ini.” jawab Angel sembari menganggukkan kepalanya canggung bukan main.
“Baiklah. Bawa mobil saya ya, soalnya mobil sama sopir kantor kayaknya mau dipakai hari ini. Biar saya yang nyetir.”
Angel menyesal karena lagi-lagi harus membuat atasannya itu menyetir kendaraan sendiri. Ia akan mencoba ikut les mengemudi jika memungkinkan. Tapi waktu tidak pernah berpihak, karena setelah pulang bekerja dari sini, Angel harus mengurus bisnis online nya yang bergerak di bidang makanan ringan dan kue.
Ya, selain bekerja di stasiun televisi milik keluarga Louis, Angel juga pandai membuat aneka jajanan dan kue kering yang ia pasarkan melalui jejaring sosial yang ia miliki. Pesanan yang ia dapat pun kadang banyak hingga dirinya kurang tidur, kurang istirahat. Mau bagaimana lagi, hidup di kota itu butuh perjuangan dan kerja keras. Atau jika dia bermalas-malasan, dia akan tumbang oleh kerasnya hidup metropolitan.
“Dengar-dengar dari anak-anak, kamu juga punya bisnis kue gitu, ya?” tanya Louis memecah keheningan saat stir kemudi memutar ke arah kanan melewati lampu merah perempatan yang tidak jauh dari gedung pertelevisian miliknya.
“Ah, itu. Iya, pak. Kerja sampingan, dari pada nganggur setelah pulang.”
Louis mengangguk mencoba paham. Sekretaris nya ini memang bukan gadis yang terlihat malas bekerja, melainkan wanita yang gigih dan pekerja keras.
“Jual apa aja?” lanjutnya penasaran.
Ditanya-tanya seperti ini, Angel jadi minder sendiri.
“Ada lah, pak. Kue kering kayak nastar, kastengel, kue kacang. Bahkan ada yang pesan kue tart pun saya jabanin.”
Louis yang memang murah senyum itu, tersenyum mendengar jawaban Angel. “Kamu memang pekerja keras ya?”
Angel tersenyum masam. Keadaan yang memaksanya menjadi gadis pekerja keras dan tidak kenal lelah.
“Ah, ya. Anda bisa menyebut saya seperti itu.” jawab Angel yang langsung mendapat reaksi dari Louis. Pria tampan rupawan itu langsung menoleh ke arah Angel untuk beberapa detik sebelum kembali fokus menatap jalanan yang sedikit padat pagi ini. “Mau bagaimana lagi, pak. Saya hidup sendiri di kota ini. Tidak ada sanak saudara, hanya beberapa teman main yang saya kenal di sekitar apartemen saya tinggal. Tagihan juga banyak, belum lagi biaya hidup yang cukup tinggi.” cerocos Angel diselingi tawa kecil di bibir plum nya. Angel memang memiliki kemampuan public speaking yang lumayan bagus.
“Gaji kamu kerja disini, nggak cukup?” tanya Louis penasaran dengan dahi mengerut. Ia takut pegawai di kantornya tidak makmur dan sejahtera dengan gaji dan bonus yang ia berikan selama ini. “Ah, sorry.” lanjut Louis tiba-tiba merasa salah bicara.
Caca terkesiap. Bukan tidak cukup, tapi dia hanya ingin mengurangi rasa bosan ketika sendirian, selain hal finansial tentu saja.
“Cukup kok, pak.”
Ditengah obrolannya bersama Louis, ponsel Angel bergetar. Ia merogoh nya dari dalam tas bermerk terkenal satu-satunya yang ia miliki, lantas menengok nama yang muncul di layarnya. Daddy.
“Ada telepon? Kenapa nggak dijawab?” tanya Louis setelah membaca gerak-gerik Angel yang terlihat kikuk.
“Ah, tidak. Telepon dari ayah saya. Saya bisa menghubungi nanti setelah selesai bekerja.”
Angel tidak ingin dicap keterlaluan, tidak punya sopan santun kepada atasan, atau lancang menggunakan kesempatan di jam kerja. Apalagi didepan boss nya. Dia bisa dipecat dengan alasan yang jelas kalau nekat.
“Jawab saja, siapa tau penting.”
Angel menunduk. Ia ragu, tapi juga rindu. Sudah hampir dua bulan nomor ayahnya tidak bisa dihubungi. Dia takut terjadi sesuatu pada ayahnya.
“Tidak apa-apa saya bicara sebentar dengan beliau, pak?”
“Silahkan.” jawab Louis dengan bahu berjengit dan telapak tangan terbuka untuk mempersilahkan.
“Maaf, saya permisi mau bicara dengan ayah saya sebentar.” katanya meminta izin yang langsung di angguki Louis.
Mobil berbelok kanan ketika Angel mengeluarkan ponselnya yang sudah diam. Ia menggeser layar ponselnya, kemudian menghubungi nomor milik ayahnya melalui aplikasi WhatsApp yang tidak membutuhkan waktu lama sudah dijawab.
“Dad,” panggil Angel, sedikit menarik rasa ingin tau Louis. “How are you?” kata caca menyapa dengan wajah berbinar bahagia. “I'm worried about you, dad. Are you oke?”
Louis hampir menekuk alis ketika mendengar Angel menggunakan bahasa asing ketika bicara dengan ayahnya.
“I Miss you too.” kata Angel melanjutkan. “No, I'm fine, how about you, daddy?”
Daddy?
Ah, jiwa Daddy seorang Louis tiba-tiba berontak ketika mendengar Angel menyebut kata itu beberapa kali.
“Ah, yeah. But I'm working now. I'll talk to you later.” Angel tersenyum hingga satu gigi gingsulnya tertangkap mata Louis. “Eum. I Miss you too. I Miss you so bad. Bye daddy.”
Angel mengakhiri panggilan dan kembali memasukkan ponselnya kedalam tas.
“Papa mu orang mana?”
Angel terkejut karena Louis tertarik ingin tau darimana asal ayahnya.
“Ah, itu. Ayah dari New Zealand.”
“Oh wow.” pekik Louis tidak menduga dengan bibir mengembangkan senyuman lebar. “Pantas saja wajahmu kayak ada sedikit aksen bule nya gitu.”
”Ah ya?” kata Angel, tersipu karena kalimat Louis terdengar seperti sebuah pujian di telinganya.
“Kalau mama, asli orang sini?”
Mobil berhenti karena lampu merah menyala.
“Ibu asli Surabaya. Ayah dan ibu saya ketemunya di Bali, pak.”
Louis tertawa kecil. “Wah, ceritanya pasti seru.”
Angel tergelak tawa mendengar ke-antusiasan Louis akan perjalanan bagaimana kedua orang tuanya memadu kasih.
“Sepertinya dulu, iya.” jawab Angel masih dengan senyuman diantara tundukan kepalanya yang terlihat sedih. “Tapi tidak pada akhirnya, karena mereka memutuskan bercerai ketika saya duduk di bangku akhir SMP.”
Mendengar itu, ada sedikit rasa sesak dalam hati Louis yang tadinya begitu menggebu-gebu mengagumi kisah kedua orang tua Angel.
“Oh, maaf.”
“Tidak apa, pak. Lagi pula itu sudah lama berlalu. Saya sudah bisa menerima keputusan mereka kok.”
Louis mengangguk canggung karena masih merasa tidak enak.
“Ayah masih sering tanya kabar saya. Tapi ibu sudah lost kontak sejak saya memutuskan untuk hidup sendiri di jakarta.”
Rasa tidak enak dalam hati Louis berubah iba. Ternyata gadis di sampingnya ini memiliki kehidupan yang mungkin bisa di katakan cukup rumit dan tidak seindah kelihatannya. Louis baru saja bisa melihat segaris kesedihan yang begitu nyata dari diri Angel setelah kalimat itu terucap.
“Jadi, kamu hidup sebatang kara, disini?”
Angel mengangguk, dan seketika hari Louis mencelos.
“Iya. Dan saya harus berjuang keras untuk diri saya sendiri, disini.” []
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
VizcaVida
Salah ketik nama, 🙏
2024-04-27
0
Lisa Haruna(Izin hiatus guys)
aku senang bcnya, saling suport Thor
2022-12-02
1
Putu Suciptawati
kayaknya lou mukai ada oerhatin ke angel😀
2022-11-28
1