Empat

...°HAPPY ENDING°...

Alma termenung dikamar nya menatap kasur yang terbungkus dengan sprei bermotif panda. Dirinya sungguh tidak menyangka akan bertemu dengan tokoh tokoh penting sekaligus seperti kemarin.

Apalagi tentang Harley si second lead itu. Yang mengejutkannya adalah sejak kapan Harley punya anak?!

Yang ia tahu dalam novel Harley itu jomblo meskipun umurnya sudah 25 tahun. Pria itu tetap melajang menunggu sang tokoh protagonis wanita.

Tapi kenapa jadi begini?

Hazel.

Benarkah dia anaknya Harley?

Namun jika ingat kembali wajahnya hampir mirip dengan Harley. Atau memang benar Hazel anaknya Harley? Kalau begitu apakah alur novel berubah?

Alma menarik rambut stress, dia terus kepikiran akan hal itu. Apalagi mengingat tawaran yang diajukan oleh Harley kemarin sangat mengusik ketenangan miliknya.

Flashback

" Nona Lyora, saya ingin meminta maaf untuk kelakuan anak saya. Sebagai gantinya anda boleh meminta apa saja yang anda inginkan. Tetapi sebelum itu, saya ingin menawarkan sesuatu." Harley- ayah hazel- langsung mengungkapkan apa yang akan dia bicarakan.

" Tawaran?" Alma membeo. Gadis itu tak pernah berfikir untuk berurusan dengan orang orang yang berkuasa dinovel ini.

" Iya, saya ingin merekrut anda menjadi pengasuh Hazel. Anda tenang saja, saya akan membayar anda dengan nilai tinggi."

Alma terpaku, dia langsung berkedip menyadarkan diri.

" Pengasuh? Maksudnya babby sitter?" Harley mengangguk membenarkan eksistensi Alma. Alma tertawa kecil.

" Maaf sebelumnya tuan, tapi saya tidak ada bakat dalam hal itu." Ujar Alma. Harley terlihat biasa saja seolah tahu itu akan terjadi. " Nona tenang saja, para pelayan disini akan memberikan panduan kepada nona."

Alma merasa kelu untuk bicara, dia kembali menggeleng. "Saya tidak bisa. Saya udah bekerja dan masih sekolah."

" Untuk itu, nona tidak perlu khawatir. Saya akan membayar 3 kali lipat untuk gaji anda. Dan masalah sekolah, nona bisa home schooling."

Sepertinya Alma tahu satu hal.

PRIA INI TIDAK MENGIZINKANNYA MENOLAK!

Menyebalkan!

Alma terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa terlepas dari pria itu.

" Anu... Boleh saya bicara dulu?" Harley menyandarkan tubuhnya pada kursi dan menaikkan alisnya.

" Silahkan."

" Anda tadi berkata, saya boleh meminta apapun yang saya inginkan, benar?" Pria itu tidak menjawab namun mengangguk.

" Boleh saya meminta sesuatu?"

" Katakan." Alma tersenyum kecil. " Saya ingin menolak tawaran anda."

" Ten- apa?" Harley menatap Alma dengan memicing. Sepertinya gadis ini tidak bisa ia hadapi. " Baiklah, tapi tawaran itu akan terus berlaku sampai kamu menyetujuinya."

Alma hanya tersenyum lebar. " Tentu. Tetapi saya pikir itu tidak akan terjadi."

Harley menggeram kesal, gadis ini benar benar.

" Oh ya, saya hanya ingin bilang. Anda tidak perlu sampai merekrut saya seperti ini, saya bisa bermain dengan hazel. Namun tidak untuk menjadi pengasuhnya," Setelah mengucapkan itu, Alma keluar dari ruangan tersebut.

Harley menyugarkan rambutnya, matanya berkilat sesuatu dengan bibirnya terlihat menyeringai.

" Hm, menarik."

Of

Brakk

Prang

Alma tersentak kaget, dia langsung bangun dan keluar dari kamarnya yang berada didekat dapur. Dilihatnya Sagara tengah berlutut sambil memunguti gelas yang pecah.

" Astaga!" Pekiknya. Alma segera mendekati dan menarik Sagara agar menjauh.

" Jangan dipungut, anda bisa terluka. Biar saya saja!"

Dengan cekatan Alma mengambil sapu dan mulai membersihkan pecahan gelas tersebut. Sagara menyandarkan tubuhnya pada meja makan dan memperhatikan Alma.

Seusai selesai, Alma menghampiri Sagara sambil tersenyum khasnya.

" Tuan tidak papa?" Sagara menjawab dengan gelengan, dia memperhatikan anak dari pelayannya.

" Kenapa?" Bingung Alma yang sedari tadi diperhatikan. "Anak itu... Siapa?" Tanya Sagara ragu.

Alma terkesiap dengan pertanyaan itu, matanya bergetar panik. " I- itu.. anu.. bukan- aku-" Sagara mendengus kala Alma gelalapan.

" Lupain! Sebaiknya Lo bikin gue makan. Gue laper," Alma mengangguk, dia langsung melihat kulkas. Dia kembali memandang Sagara dengan ragu.

" Anda ingin makan apa?" Tanya Alma. Sagara yang baru saja duduk dikursi dan membuka ponselnya meliriknya sebelum dia kembali memandang ponsel. " Terserah!"

" Dih, kayak cewek." Batin Alma meluncurkan cibirannya.

...***...

Setengah jam berkutat dengan alat masak, akhirnya makanan siap. Nasi hangat, ayam kecap dengan goreng tahu, tempe dan sambal matah. Alma harap Sagara menyukainya.

" Sendok." Pinta Sagara. Alma menggaruk tengkuknya canggung. Sagara menautkan alisnya. " Mana?" Pintanya lagi dengan tidak sabar.

" Emm, itu.. lebih baik makan pake tangan aja. Biar lebih nikmat." Usul Alma. Sagara semakin memperdalam kerutan di dahinya. " Pake tangan? Lo becanda?!" Sinis Sagara.

Dalam hati alma mengucapkan makian dan juga umpatan pada Sagara. Sejak kapan pria itu semakin menyebalkan?

Dan lagi mentang mentang anak sultan, Sagara tidak pernah makan pake tangan?

" Iya, biar saya praktekkan." Ujar Alma. Tanpa meminta izin, Alma duduk didepan Sagara yang kini menatapnya tajam. Mengabaikan Sagara, Alma mengambil piring dan mengambil nasi beserta lauknya.

Alma mulai makan dengan tangan dan tenang. Bahkan Sagara yang melihatnya menjadi ngiler ingin merasakannya. Dengan ragu dia mencobanya, Alma menganggukkan kepalanya.

" Iya makan aja, gak bakal mati kok."

Satu suap,

Dua suap,

Tiga suap,

Dan terus menyuap hingga piringnya habis tak tersisa. Alma terkekeh melihat Sagara yang begitu menikmati makanannya. Dia mengambil nasi dan menambahkannya ke piring Sagara.

Sagara berhenti makan, hal itu membuat Alma menatapnya takut. " Gue mau sambalnya lagi," perkataanya Sagara membangkitkan senyum lebar di wajah Alma

Alma menurutinya dan menatap Sagara yang begitu rakus menurutnya.

Sagara mengeluarkan suara khas kenyang. Dia sedikit malu apabila ditatap intens oleh Alma. " Melihat anda sendawa, sepertinya Anda cukup puas dengan masakan saya." Ucap Alma tersenyum menanti pujian dari Sagara.

" Hm, lumayan."

Alma mencebik karena tokoh didepannya begitu menjunjung tinggi harga diri dan selalu gengsi itu. Dia mengangguk dan berdiri berniat membersihkan bekas makan.

" Ekhem, besok pagi tolong siapkan bekal buat gue."

Tangan Alma yang hendak mengambil piring terhenti. "Bekal?" Sagara mendengus. " Iya, kenapa?"

Alma mengerjap polos." Bukannya anda tidak suka kalau ibu saya menyiapkan bekal untuk anda?" Sagara berdehem menutupi rasa gugupnya.

" G-gue mau Lo yang bikin! Dan lagi gue udah bilang berhenti bicara formal seperti itu."

Sagara berbalik meninggalkan Alma yang menatapnya datar.

" Dih, anak Dugong."

...***...

Dor dor dor

Alma membuka matanya yang terasa sangat rapat. Dia menguap dan mengucek matanya dengan keadaan masih mengantuk.

" Ck, siapa sih?" Serak Alma. Dia kini tersadar sepertinya mati lampu karena keadaan yang begitu gelap.

Dor dor dor

" Sebentar!" Teriaknya. Dia meraba raba tempat disekelilingnya untuk menuntun ya berjalan menuju pintu.

Setalah membuka kunci dia membuka pintu kamarnya. Betapa terkejutnya Alma kala ia tiba tiba ditubruk oleh pelukan. Nyaris saja dia memekik berteriak, namun tertahan karena tahu siapa pelaku itu.

" To-tolong... Gue takut gelap." Tangan Alma yang ingin memukul itu terhenti. Dia menghela nafas berat, lalu melepas pelukannya.

" Ja- jangan!" Panik Sagara. Alma tetap memaksanya terlepas. Walau dalam keadaan gelap, dia dapat melihat samar samar wajah ketakutan dengan air mata disudut mata remaja itu.

" Duduk disini!" Alma menuntunnya duduk di ranjang. Hendak bangkit namun tangan Sagara menahannya. "Kemana? Jangan tinggalin gue?!" Sebisa mungkin Alma menahan rasa sabarnya.

" Gue ambil ponsel dulu," akhirnya Sagara melepaskan tangannya.

Tetapi Alma lupa dimana dia menyimpan ponselnya, akhirnya dia membuka laci dan mengambil lilin. Setelah menghidupkan lilin dia berjalan kearah Sagara yang sedari tadi diam.

" Nih!"

Sagara tak bergeming.

" Ini, ambil aja. Gue gak papa kok gelap juga." Ujar Alma menyodorkan lilinnya. Namun Sagara tetap diam, hal itu membuatnya frustasi.

Pasalnya dia sangat mengantuk karena baru saja terlelap. Dia juga lelah karena baru saja menyelesaikan PR nya.

" Gue.. mau tidur disini." Cicit Sagara menunduk.

" Ha?" Alma tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

" Gue mau tidur disini." Alma mengorek telinganya takut salah dengar.

" Lo, mau tidur disini?" Tanya Alma. Sagara mengangguk dua kali.

" Disini sempit." Alma mencoba beralasan. Namun ia tidak menyangka Sagara menjawab dengan cepat. " Gue gak peduli."

Alma speechless.

" Yaudah, Lo boleh tidur disini." Alma mengalah. Dia menyimpan lilin dinakas dan mengambil satu bantal dan selimut. Sagara panik, dia langsung menahan Alma yang hendak keluar.

" Lo mau kemana?"

Alma menyerngit heran, " mau tidur lah, ngapain lagi?" Sagara menggeleng.

" Maksud gue, gue mau tidur bareng Lo." Alma bengong. "Heh?! Lo waras? Gila! Gue gak mau!" Pekik Alma kaget.

Dia tidak menyangka Sagara seperti ini.

Sepertinya dia harus menjauhi pria ini untuk mengurangi hal hal buruk yang akan terjadi di masa depan.

" Bukan! Maksud gue, temani gue tidur. Gue gak bisa tidur dalam kondisi gelap." Ujar Sagara pelan.

Alma terdiam.

Dia ingat Sagara punya phobia gelap, kenapa dia melupakan hal itu?

" Yaudah, Lo tidur. Gue tunggu disini, sampai Lo tidur." Sagara mendongkak menatap Alma yang terlihat mengantuk. Dengan cepat dia membaringkan tubuhnya dan menggenggam tangan Alma.

" Jangan lepas sebelum gue tidur, ya?" Alma mengangguk saja. Dia menatap Sagar yang mulai bernafas dengan teratur.

Tangan kanannya terulur mengusap Surai lebat itu. "Kenapa Lo semenyedihkan ini?" Gumam Alma.

" Gue jadi ingin melindungi Lo dari semua takdir buruk itu." Lirih Alma menatap sendu pahatan sempurna didepannya.

...Jangan lupa like jempolnya dan tinggalkan komentar 🙏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!