BAB 5. BERTEMU KEMBALI

Sudah 1 minggu aku tidak mendengar kabar dari brianna maupun dimas, dan aku juga sudah tinggal di apartement yang aku beli sendiri. hanya saja, aku belum mengambil semua barang-barangku di rumah itu.

kejam? iya aku memang kejam. tapi, tidak sekejam mereka berdua yang telah menusuk aku dari belakang.

dan aku berusaha untuk tidak mengingatnya lagi. karena semakin aku mengingat semakin aku merasakan sakit hati.

setiap hari aku hanya pergi mengurus butikku, dan pulang ke apartement. hanya itu aktifitasku saat ini, apalagi memang saat ini aku sedang membuka cabang baru di bandung. jadi aku sering bolak-balik jakarta-bandung untuk mengontrol butikku itu.

hari ini aku sedikit terlambat datang ke butik. karena, aku merasa lelah sekali 1 minggu ini pulang balik bandung dengan membawa mobil sendiri.

aku memilih tidur lagi, namun tidak lama kemudian aku tersadar dari tidurku karena mendengar handphoneku berbunyi. aku melihat nama yang tertera di layar handphoneku ternyata sekretarisku yang menelepon.

aku pun segera mengangkatnya, "halo, iya ada apa mira?" aku bertanya padanya.

"ibu, ada seorang pria yang mencari ibu, katanya dia ada perlu penting dengan ibu?",

"siapa?" tanyaku padanya,

"dia tidak mau menyebutkan namanya, dia hnya bilang kalau dia akan menunggu sampai ibu datang."

haa...siapa yang datang mencariku dan seolah memaksaku harus segera menemuinya, "baiklah, aku akan segera ke sana." aku pun segera mematikan sambungan teleponku.

aku segera mandi dan bersiap untuk pergi ke butik. aku segera menaiki lift menuju basement untuk mengambil mobilku.

tidak butuh waktu lama aku sudah sampai di butik. karena memang jarak dari apartement ke butik tidak terlalu jauh.

"selamat pagi ibu", tegur mira kepadaku.

"pagi mir, mana pria yang kamu bilang sedang menungguku?" tanyaku,

"dia sedang ke toilet ibu, sebentar kalau dia kembali dari toilet, aku akan mengantarkan dia ke ruangan ibu" jawab mira.

aku pun segera masuk ke dalam ruanganku dan menunggu pria itu.

tidak lama terdengar bunyi ketukan pintu,

TOKK..TOKK..TOKK..

aku pun segera menyuruhnya untuk masuk. "ibu, ini tamunya yang mau bertemu dengan ibu." jawab mira,

aku pun segera melihatnya dan aku terkejut, "kamu...? apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku padanya.

"kamu lupa kalau kamu masih ada hutang padaku?" jawab pria itu.

"hutang? apa maksudmu dengan hutang?" tanya ku lagi,

"ya ampunnn arianna, kamu ini pura-pura lupa atau gimana sih? kamu ingat tidak jas armani aku yg sudah kamu rusak dengan muntahan kamu itu? dan kamu pun sudah berjanji untuk menggantinya." jelas pria itu padaku.

hmmm...aku ingat kalau aku memang pernah merusak jas mahalnya. tapi, kenapa sih dia masih mengingatnya? aku pikir dia sudah lupa.

"apa kamu berpikir kalau aku akan lupa dengan kejadian itu?" jawabnya padaku.

aku sedikit terkejut karena dia dapat menebak pikiranku ini.

"tidak juga!" aku menarik sedikit nafasku dan akhirnya aku menyerah.

"okelah, mira tolong antar pak johannes untuk melihat- lihat jas armani koleksi kita. biarkan dia memilih yang paling bagus, dan tidak usah menerima pembayaran darinya. karena nanti aku yang akan membayarnya." pesanku pada mira.

"aku tidak mau kalau dia yang mengantarkanku, aku mau kamulah yang harus memilihkannya untukku." lanjutnya?

"ohh...come on, kamu tidak lihat kalau aku sedang sangat sibuk. jadi, tolong jangan membuang waktuku yang berharga ini!"

"oh...jadi begini caramu memperlakukan orang yang telah menolongmu?" ucapnya dengan sinis padaku.

aku merasa sangat jengkel menatap pria di depanku ini.

dia sepertinya ingin memancing emosiku di pagi ini. aku menghela nafas panjang, "baiklah aku akan memilihkannya untukmu." aku tidak mau moodku hari ini jadi berantakan hanya karena berdebat dengan pria ini.

aku pun mengajaknya keluar dari ruanganku dan segera mengajaknya ke lantai dua untuk melihat koleksi jas armani yang aku punya.

aku menyuruhnya duduk di sofa, dan aku segera memilihkan beberapa jas armani yang bagus untuk dirinya.

"ini kamu bisa mencoba beberapa jas di kamar ganti itu", aku menunjukkan kamar ganti padanya. "kamu bisa memilihnya sendiri mana yang menurutmu bagus dan cocok untuk ukuran badanmu." lanjutku padanya

johannes pun segera mengambil beberapa pilihan jas dariku dan pergi menuju kamar ganti.

aku menunggunya selama 20 menit, dan tidak lama dia keluar dari kamar ganti dengan membawa jas-jas itu.

"aku ingin semua jas-jas ini dibungkus" perkataannya membuat aku terkejut dan hampir pingsan.

aku pun melotot padanya, "se...semuanya?" tanyaku padanya.

"kamu gila ya? atau memang kamu sengaja ingin membuatku bangkrut!" seruku padanya. bagaimana aku tidak kesal harga jas armani ini kan sangat mahal.

"hahahaha...ekspresimu lucu sekali" dia pun tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

aku pun tambah jengkel padanya dan juga merasa aneh karena baru hari ini aku melihat dia tertawa seperti itu.

"kenapa kamu tertawa? apa ada yang lucu!" kesal sekali melihat wajah tertawanya itu yang seperti mengejekku.

"aku rasa kamu hampir pingsan mendengar aku meminta semua jas armani ini untuk dibungkus. lagian, jas sebanyak ini tidak masalah kan untukmu, toh kamu juga kaya dan cukup terkenal." ejeknya padaku.

biar kaya dan tapi aku tidak mau membuang uang cuma-cuma hanya untuk membeli jas tidak berguna ini.

kalau untuk pacarku yang mungkin aku masih mau, tapi dia kan bukan siapa-siapaku?

"kamu tenang saja arianna, aku hanya memintamu untuk mengganti satu jas saja dan untuk yang lainnya aku akan membayarnya sendiri." tegasnya padaku tapi, kali ini dengan ekspresinya yang kembali datar.

"ahhh...syukurlah, aku pun menarik nafasku dengan lega. aku pikir dia akan memintaku membayar semuanya ini." ucapku dalam hati.

aku pun segera mengambil semua jas dari tangannya dan memberikan pada kasir untuk dihitung dan dibungkusnya, kecuali satu jas itu yang aku bungkuskan sendiri karena itu memang gratis untuk dia.

setelah selesai semuanya aku pun bergegas kembali ke ruanganku tapi langkahku terhenti karena panggilan dari johannes, "arianna, kamu mau ke mana?"

"ya aku mau kembali ke ruanganku? kan, tugasku sudah selesai dan juga hutangku sudah lunas padamu." jawabku padanya

"jadi begitu caramu menghargai tamu kehormatanmu ini!" sinisnya padaku.

"kamu nih sebenarnya mau apa sih?" jawabku dengan sangat kesal padanya.

"bukannya aku sudah menemanimu untuk memilihkan jas yg kamu mau, dan aku juga sudah membungkus semuanya, apalagi yang kurang?"

" kamu harus menemaniku makan siang nona arianna yang terhormat?" jawabnya

"apa...??" makan siang dengannya, aku betul-betul sudah lelah sekali.

"kamu tau kan tuan johannes, aku ini dari tadi hanya menemanimu saja. bahkan pekerjaanku saja belum aku kerjakan sama sekali. kamu sudah membuang waktuku selama setengah hari ini!" ucapku dengan kasar padanya.

"aku mengajakmu makan siang untuk mengucapkan terimakasih karena sudah membantuku memilih jas yang sangat bagus ini" sambil menunjukkan kantong belanjaan yang dia pegang.

"lain kali saja tuan johannes, hari ini aku benar- benar sangat sibuk." ucapku lagi padanya.

aku sangat kesal padanya, sepertinya dia ini ingin memancing amarahku. waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menemaninya, betul-betul sial...!!

dia menatapku dengan tatapan yang sangat tajam, "mengapa menatapku seperti itu?" tanyaku padanya.

aku merasa takut juga dengan tatapannya yang seperti ingin memakanku saja.

"oke baiklah, aku menerima undanganmu tapi bukan untuk siang ini. besok dulu baru kita makan siang bersama. karena memang hari ini aku harus mengerjakan banyak hal." pada akhirnya aku pun harus mengalah pada pria ini.

akhirnya dia pun setuju dengan permintaanku itu. dia pun segera meninggalkan butikku dan kembali ke perusahaannya.

aku pun segera kembali ke ruanganku dan memesan makan siang lewat aplikasi online. karena memang aku tidak bisa keluar siang ini banyak laporan yang harus aku selesaikan hari ini juga.

apalagi cabang butikku yang ada di bandung minggu depan akan segera diresmikan.

jadi aku harus segera mempersiapkan banyak hal untuk acara peresmian butikku itu.

ketika sedang fokus pada pekerjaanku, tiba-tiba handphoneku pun berdering dan ternyata yang menelepon adalah kedua orangtuaku.

tumben sekali mereka meneleponku? biasanya mereka hanya akan menelepon brianna untuk menanyakan kabar kami berdua.

ya...terkadang aku merasa seperti anak yang tidak dianggap karena memang mereka jarang sekali mau menghubungiku.

jadi kalau kali ini mereka menelepon, itu pasti ada sesuatu? dan aku sudah tau apa itu.

"selam...??" saat aku baru mengangkatnya dan mau mengucapkan kata selamat siang. tiba-tiba, mamaku sudah berbicara duluan dari seberang sana. "arianna, kenapa kamu tidak tinggal di rumah lagi? apa karena kamu merasa sudah bisa mencari uang sendiri, sudah hebat, dan sudah kaya kamu bisa seenaknya!!"

aku tau pasti brianna lah yang mengadu pada mama kalau aku sudah keluar dari rumah.

"apa kamu mau menjadi ****** di luar sana?" Deg...perkataan yang keluar dari mulut mamaku sungguh sangat menyakitkan hatiku.

dia berbicara seolah-olah aku ini bukan anak yang dia lahirkan.

"kelakuan kamu tidak pernah berubah ya dari dulu, kelakuan kamu masih sama saja seperti dulu! kenapa kamu tidak bisa seperti brianna?"

lagi-lagi brianna, brianna, dan brianna? aku muak mendengar namanya.

"arianna, apa kamu mendengar apa yang mama bicarakan. berlakulah seperti perempuan baik-naik, jangan tunjukkan tingkah lakumu yang seperti ****** itu, jangan buat malu keluarga besar kita!!" lanjut mamaku.

"sudah cukup ma!! aku sudah cukup sabar dengan semuanya ini. apa aku pernah membuat keluarga ini malu? apa mama pernah mendengar aku menjual tubuhku di luar sana ma? bahkan sampai pada umurku saat ini aku masih bisa menjaga mahkotaku dengan sangat baik.

dan mama bilang apa tadi? brianna anak yang baik? mama tidak tau saja kalau brianna itu tidak lebih dari ular berbisa, perempuan munafik, sok menunjukkan wajah polos padahal kelakuannya sama seperti pelacur di luar sana!" jawabku dengan sangat keras kepada mama.

"jaga mulutmu arianna! adikmu bukan perempuan seperti itu." jawabnya membela arianna.

"mama tidak tau kalau brianna sudah merebut kekasihku?" tanyaku pada mama

"mama sudah tau. tapi, mau bagaimna lagi, kalau memang dimas lebih memilih brianna, kamu harus bisa mengikhlaskannya bukan malah mencari pelarian di luar sana!"

aku betul-betul kecewa dengan mama, bisa-bisanya dia berkata seperti itu. aku seperti bukan anak kandungnya saja. apa yg diperbuat brianna mau itu salah akan tetap benar di matanya.

sedangkan aku biarpun aku sudah melakukan yang benar tetap akan salah di matanya.

aku sudah sangat lelah dengan semuanya ini.

"arianna, mama tidak mau tau kamu harus segera kembali ke rumah itu?" tegas mama padaku.

"aku tidak sudi kembali ke rumah itu, apalagi kalau aku harus bertemu dengan pengkhianat itu. sudahlah ma, bela terus saja anakmu itu dan jangan pernah lagi meneleponku ma, anggap saja aku ini sudah mati. aku memang anak yang tidak pernah mama anggap sama sekali." aku segera mematikan sambungan teleponku tanpa mau mendengar penjelasan dari mama lagi. aku betul-betul sudah sangat muak.

aku membuang semua barang-barang yang ada di atas meja kerjaku.

hatiku sakit, sakit sekali. kenapa mama tidak pernah membelaku? dari dulu selalu brianna. seolah-olah aku ini bukan anaknya.

Ya Tuhan, aku lelah sekali.

aku pun menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan rasa sesak di dadaku ini.

***Bersambung***

Kasihan ya arianna? sabar ya say, semua akan indah pada waktunya?

jangan lupa like, vote, comment ya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!