Bismillahirohmanirohim.
Najla pulang dari rumah mertuanya dengan perasaan hancur dia merasa dirinya sudah tak sanggup lagi menampung beban hidupnya saaat ini.
Najla terus menangis tanpa mengeluarkan suara, bahkan Andri keponakannya saja tak mendengar jika tantenya itu sedang menangis.
"Kenapa bisa mejadi seperti ini? Kenapa? kenapa Ya Rabb?" Najla menjerit dalam hati dia sudah tak tahu harus bagaimana.
Selama perjalanan pulang Najla terus bertanya pada diri sendiri, kenapa dia diberi takdir yang tak sedap.
Padahal selama ini kehidupan rumah tangga Najla dan Nathan baik-baik saja. "Apa salahku mas Nathan, sampai kamu tega menduakanku, dengan dalih pergi ke ibu kota untuk meminjam uang agar bisa melunasi utang-utang di kampung, nyatanya kamu menikah dengan orang lain disini!" jerit Najla dalam hatinya.
"Apakah kamu lupa mas Nathan, jika kamu sudah memiliki dua orang anak, dimana hati nuranimu mas!" rasanya jika Nathan ada di hadapan Najla saat ini juga ingin sekali Najla melupakan semua isi hatinya.
Istri mana yang rela dikhianati oleh suami sendiri?, istri mana yang mampu menerima jika suaminya sudah menikah lagi, tanpa memberi kabar, bahkan mengatakan mereka sudah bercerai.
"Aku dan anak-anak sengaja menyusulmu kesini, tapi apa yang kami dapat mas, hanya kecewa dan sakit hati!"
Karena terus meratapi nasibnya, Najla tak sadar jika mereka sudah sampai di rumah.
"Mbak kita sudah sampai"
"Iya Ndri, makasih udah nganter mbak" Andri mengangguk lalu kembali menyalakan motornya.
baru sehari Najla merasa senang berada di ibu kota, hari ini saat berkunjung ke rumah mertuanya niat hati untuk membuat suaminya kejutan malah dia yang terkejut dengan berita yang dia dapat dari mertuanya.
"Koda paling indah, yang aslinya begitu menyakitkan" gumun Najla, sambil berlalu masuk ke dalam rumah kakaknya.
Untung saat pergi berkunjung ke rumah mertuanya Najla tidak membawa kedua buah hatinya. "Jangan sampai Aldo dan Kayla mengetahui hal ini, sungguh malang nasib kalian nak" pikir Najla.
Benar yang Najla pikirkan bukanlah nasib dirinya, tapi nasib kedua buah hatinya yang tak tahu apa-apa tapi sudah di tinggal oleh seorang ayah yang begitu tega pada anak sendiri.
Najla bersyukur setidaknya dia memiliki Aldo dan Kayla yang membuat alasan kenapa dia harus bertahan, tak boleh rapuh begitu saja.
Samapi di dalam rumah Najla langsung memeluk kakaknya. Najla menangis tersedu-sedu di pelukan kakaknya Siti.
Siti tahu pasti ada masalah pada adik bungsunya ini, jadi dia membiarkan Najla menangis terlebih dahulu sebelum bertanya apa yang terjadi dan siapa yang sudah Membuagnya menangis.
Hampir setengah jam Najla menangsi di pelukan Siti, sampai tangis Najla reda barus Siti bersuara. "Ada masalah apa dek?" tanya Siti memastikan, dia tatap wajah adiknya dengan serius agar mau bercerita dengan jujur.
Akhirnya Najla memutuskan untuk menceritakan semuanya pada kakaknya, tentu masih sambil segugan, karena habis menangis, Najla cerita dengan sejujur-jujurnya pada Siti, tidak ada yang dia tambahkan ataupun dia kurangi.
Najla bercerita masih dalam pelukan Siti, Siti benar tak tega dengan sang adik, setelah Najla selesai bercerita suami Siti datang menghampiri kedunya.
Disitu Siti mendiskusikan masalah Najla, dia meminta pendapat suaminya dan persetujuan Najla harus bagaimana setelah ini.
"Begini saja dulu, Najla mau tinggal disini atau bagimanan? Kalau mau menetap disini nanti kakak yang carikan tempat tinggal?" tanya suami Siti memastikan.
"Jadi kamu mau menetap disini atau bagaimana Na?" saat ini Siti bersama suaminya sedang mengobrol serius dengan Najla. Siti kembali mengulangi perkataan suaminya.
Siti harap Najla bisa mengambil keputusan yang tempat untuk dirinya dan kedua buah hatinya yang masih kecil-kecil.
"Akan aku pikirkan lebih dulu kak, lagipula aku baru 3 hari berada disini" jawab Najla tak ada semangat sama sekali.
Siti menghela nafas berat.
"Jangan terlalu lama berpikir Na, kasihan sekolah Aldo, kalau memang mau menetap disini biar nanti suami kakak yang mengurus surat kepindahnya" imbuh Siti.
Najla mengangguk. "Kakak tau pasti kamu tak mau menerima kenyataan ini Na, tapi kakak mohon jangan terlalu larut dalam kesedihan, Kayla dan Aldo membutuhkan dorongan dari kamu Na" lanjut Siti lagi.
"Apa yang dikatakan kakakmu benar Na, jangan terlalu larut dalam kesedihan" timpal Cakra kakak iparnya.
"Iya kak terima kasih banyak" mau bagaimana pun juga Najla harus tetap terlihat kuat dengan keadaan ini. Setelah pulang dari rumah mertuanya satu hari yang lalu Najla sering sekali melamun.
Tiba-tiba Cakra bangkit dari tempat duduknya seraya berpamitan pergi. "Aku pergi dulu ma, masih ada urusan yang harus aku selesaikan"
"Iya mas" sahut Siti, semenatra Najla hanya mengangguk.
Setelah kepergian Cakra Najla dan Siti kembali mengobrol. "Jika aku tinggal dan menetap di ibu kota, tak mungkin aku dan kedua anakku akan terus tinggal disini kak" Najla sadar diri kakaknya juga memiliki keluarga.
Najla tak tau statusnya saat ini apa, apakah dia sudah janda atau bukan?, jika dikatakan sudah janda Najla tak pernah bercerai dengan suaminya, tapi disisi lain mertuanya mengatakan jika suaminya sudah mengakui mereka bercerai.
"Untuk sementara biarlah disini dulu Na, nanti kalau sudah dapat kerja baru tersera kamu Na, mau tinggal dimana aja kakak nggak ngelarang, tapi inget Na kalau cari kerja di ibu kota ini, jangan pilih-pilih kerja asalkan halal ambil aja Na" nasihat Siti.
"Tapi gimana Najla cari kerjanya kakak? Bahkan daerah sini aja Najla nggak tahu" ucapnya lesu.
Kesedihan masih terpancar jelas di wajah Najla, walaupun dia sudah tak menangis lagi, tapi masih bisa dilihat jika Najla, habis menangis dalam waktu yang cukup lama.
"Kalau masalah kerja gampang Na, nanti dibantu sama mas Cakra atau tidak Andri untuk mencari lowongan kerja, kerja jadi buruh pabrik juga tak apa kan Na?" Najla mengangguk, benar kata kak Siti dia tak boleh pilih-pilih kerja selagi itu halal kenapa tidak.
"Tapi kalau aku jadi buruh pabrik gimana sama anak-anak kak?" bingungnya, dia takut Kayla dan Aldo tak keurus.
"Kamu bisa titip mereka sama kakak Na, lagi pula Aldo dan Kayla tak merepotkan, Aldo bisa bermain dengan temannya yang ada disini pulah sekolah, sedangkan Kayla bisa kakak bawa sambil jaga warung. Iya Na lebih baik sekarang kamu temenin kakak yuk" ajak Siti yang bangkit dari tempat duduknya.
"Kemana kakak?" bingung Najla saat Siti susah bangaun dari kursi begitu saja.
Siti tak langsung menjawab pertanyaan Najla, dia balik bertanya lebih dulu pada Najla. "Kayla dimana dulu?"
"Baru juga tidur kak"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments