Terlihat seorang wanita cantik berambut coklat gelap yang menjutai indah dengan mata biru sebiru air laut yang jernih dan tenang, wanita itu baru saja keluar dari area bandara, terlihat wanita itu sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya.
Bahkan beberapa orang yang ada di sana juga sesekali melihat kearah wanita tersebut, wanita itu menyadari jika orang-orang yang ada di sana memperhatikannya, dia mengalihkan kepalanya kesamping dan melihat anak kecil berusia sekitar empat tahunan yang terus saja melihat kearahnya, wanita tersebut menyunggingkan senyum manisnya pada bocah laki-laki tersebut.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik berhenti tepat di depan wanita cantik tersebut.
Terlihat pria tampan keluar dari dalam mobil tersebut dan menghampiri wanita itu.
"Nona Henrietta?" tanya pria tersebut karna dia takut salah mengenali orang.
Merasa namanya di panggil pun wanita tersebut menatap pria yang berdiri tepat di depannya.
"Ya?" jawab wanita yang bernama Henrietta itu.
"Perkenalkan saya Julius, saya di suruh oleh tuan Marco untuk menjemput anda," pria tersebut memperkenalkan dirinya dengan sopan.
Henrietta menatap lekat pada Julius, dia memperhatikan Julius dari atas sampai bawah dan itu membuat Julius sangat gugup.
"Mari nona, saya akan mengantar anda untuk bertemu dengan tuan," ujar Julius setelah menormalkan kegugupannya.
Henrietta masuk kedalam mobil yang pintunya sudah di buka oleh Julius, sedangkan Julius membuka bagasi untuk menaruh koper milik Henrietta.
Julius masuk kedalam mobil dan duduk di balik kemudi, dia mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Di sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan apapun antara Henrietta dan Julius, fokus Henrietta hanya pada jalanan kota New York yang ramai.
Dia baru pertama kali kesini, niat hati hanya ingin mengunjungi sahabat lamanya karna sudah lama tak bertemu, tapi malah tak di sangka ayahnya yang sudah membuangnya malah menghubunginya kembali setelah sekian lama.
Henrietta baru sampai di New York pukul enam pagi setelah melakukan penerbangan lebih dari sembilan jam dan itu membuatnya lelah, di tambah dengan waktu yang berbeda antara Swiss dan New York.
"Sudah berapa lama kau bekerja dengannya?" tanya Henrietta yang akhirnya membuka suaranya.
"Baru tiga bulan nona," jawab Julius.
Sebenarnya Julius bertanya-tanya ada hubungan apa antara bos-nya dengan wanita ini, tapi dia tak berani bertanya karna dia hanya seorang pegawai.
"Kau bekerja di perusahaannya?" tanya Henrietta.
"Iya nona," jawab Julius.
Sudah tiga puluh menit Henrietta menghabiskan di dalam mobil dan itu sangat membosankan.
"Apakah masih lama?" tanya Henrietta.
"Sebentar lagi nona," jawan Julius.
Dan benar saja lima menit kemudian mereka sampai di sebuah hotel mewah berbintang milik keluarga Sergei, keluarga ayah Henrietta yang selama ini menyukai dirinya ataupun ibunya.
"Mari nona," ujar Julius setelah membukakan pintu untuk Henrietta.
Henrietta keluar dari dalam mobil dan berjalan mengikuti Julius yang ada di depannya.
Di tengah perjalanan menuju lift dia bertemu dengan adik dari ayahnya, Henrietta masih mengingat jelas wajah wanita itu, wanita yang selalu menghina ibunya.
Wanita itu menatap Henrietta dengan mata melotot karna terkejut, Henrietta tak menanggapinya dan berjalan masuk kedalam lift yang di dalamnya sudah ada Julius.
TING ...
Pintu lift terbuka dan Julius kembali menyuruh Henrietta untuk mengikuti dengan sopan.
Dan mereka sudah sampai di depan pintu besar, Julius membuka pintu tersebut dan di sana Henrietta dapat melihat pria paruh baya yang baru saja selesai menerima panggilan telponnya.
"Tuan, nona Henrietta sudah tiba," ucap Julius dengan nada suara sesopan mungkin.
Marco langsung mengalihkan atensinya pada wanita cantik yang berdiri di belakang Julius.
"Kau boleh pergi Julius," ucap Marco.
"Baik tuan,"
Julius pun meninggalkan Henrietta yang masih berdiri di belakangnya.
"Masuklah," ujar Marco dingin.
Dengan sangat terpaksa Henrietta masuk kedalam dan mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangan itu setelah Marco menyuruhnya untuk duduk.
Marco menuangkan teh kedalam cangkir kecil yang ada di depan Henrietta dan menaruhnya kembali tempat semula.
Henrietta meminum teh tersebut, dia tak perduli jika teh itu beracun atau tidak.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Marco.
"Sangat baik, sebelum kau menghubungiku," jawab Henrietta.
Marco tersenyum miring mendengar jawaban putrinya.
"Jadi kau langsung kesini setelah aku menghubungimu?" sekali lagi Marco bertanya.
"Tidak juga, tanpa kau hubungi pun aku memang akan kesini, aku kesini bukan untuk bertemu denganmu," sinis Henrietta.
Dia sama sekali tak harus menjaga kesopanan-nya di depan pria yang sudah menghina dan membuang ibunya.
Hidupnya sudah bahagia selama 13 tahun ini, tapi pria ini malah menghubunginya lagi.
"Sepertinya kau hidup dengan nyaman walau aku tak mengirimi-mu uang, ibumu bahkan bisa membuka restoran," ujar Marco yang masih tetap tenang.
Henrietta melihat wajah Marco yang masih saja bisa bersikap setenang itu dan tak ada penyesalan sama sekali, dia sangat muak dengan wajah-wajah seperti itu.
Dulu saat ibu Henrietta mengetahui jika suaminya telah berselingkuh di belakangnya dan bahkan mereka sampai menikah, ibu Henrietta langsung keluar dari rumah yang sepertu neraka itu, dia membawa Henrietta ikut bersamanya dan menggugat cerai Marco.
Marco bahkan tak memberikan uang sepersen-pun untuk biaya hidup Henrietta yang merupakan anak kandungnya sendiri.
Waktu itu Henrietta sudah cukup umur untuk mengetahui semuanya, dan dia sangat membenci pria yang ada di depannya ini, dia bahkan lebih menyayangi anak tirinya di banding anak kandungnya sendiri.
Setelah kepindahan Henrietta dan ibunya ke Swiss Henrietta selalu melihat berita berita yang menampilkan Marco, dimana dia selalu memperkenalkan dan membanggakan Julia sebagai anak kandungnya.
Tapi saat usia Henrietta menginjak 18 tahun dia sudah tak ingin lagi mengetahui segala hal tentang keluarga ayahnya, dia bahkan sering menggonta ganti nomer telponnya.
"Itu karna di bekerja keras untuk menghidupiku," balas Henrietta.
"Kau bahkan semakin mirip dengannya," ujar Marco yang melihat wajah Henrietta yang lebih mirip mantan istrinya.
"Langsung saja ke intinya, jangan terlalu berbasa-basi, kita tak seakrab itu untuk mengobrol sesuatu yang tak penting," ucap Henrietta yang terlalu muak mendengar perkataan pria yang ada di depannya.
"Baiklah jika itu mau-mu," tungkas Marco.
"Aku ingin kau menggantikan Julia menikah dengan kekasihnya," ujar Marco dengan entengnya.
Henrietta hampir tersedak air liurnya sendiri setelah mendengar itu. 'Apa pria tua ini gila?' pikir Henrietta.
Henrietta jelas tahu siapa kekasih Julia, pria kaya berpengaruh dalam dunia bisnis, bahkan pertunangan mereka berdua saja beritakan di hampir seluruh negara.
Walaupun Henrietta tak lagi melihat berita keluarga Sergei, tapi berita tentang pertunangan pewaris Walter dia mengetahuinya, karna pria itu adalah pria yang sangat diminati oleh para wanita di belahan bumi.
"Kenapa harus aku? Nikahkan saja dengan anakmu, bukankah dia kekasihnya?" tolak Henrietta.
"Kau tak bisa menolaknya Henrietta, lagi pula pernikahan ini hanya sementara sampai Julia bangun dari komanya," ujar Marco.
'Ahh ... Jadi anak pria ini sedang sekarat dan dia mengorbankan aku? Dasar tamak,' batin Henrietta.
"Ingat Rietta ibumu masih memiliki hutang nyawa padaku," Marco memberi peringatan pada putrinya.
Bisa-bisanya dia mengancam-nya dengan menggunakan nama mendiang ibunya.
Henrietta mengepalkan tangan dengan menahan amarahnya.
"Jangan pernah membawa-bawa nama ibuku di pembicaraan ini," ujar Henrietta.
"Aku tak akan mengungkitnya jika kau mengikuti kemauanku, kau tak lupakan bahwa aku pernah mendonorkan salah satu ginjalku untuk menyelamatkan ibumu. Ya, walau pada akhirnya ibumu juga tak bertahan lama," ucap Marco.
"CUKUP!!" teriak Henrietta.
"Aku akan mengikuti kemauanmu," pasrah Henrietta, dia tak ingin pria ini selalu mengungkit hutang ibunya padanya.
"Dengan satu syarat," lanjutnya.
"Apa itu?" tanya Marco.
"Dengan aku melakukan ini kuharap kau tak mengungkitnya lagi dan anggap itu lunas, aku dan ibuku tak ada hutang apapun lagi padamu, dan setelah anakmu sadar jangan pernah menemui ataupun menghubungiku lagi, ini adalah kali pertama dan terkahir aku membantumu," ucap Henrietta.
"Baik, itu hal yang mudah," tungkas Marco menyanggupi permintaan Henrietta.
"Sepertinya pembicaraan ini sudah selesai, bersiaplah kita harus segera berangkat,"
Marco berdiri dari duduknya dan meninggalkan Henrietta sendirian di dalam ruangan itu tanpa mengatakan apapun lagi.
Henrietta melakukan ini tanpa ada penyesalan sama sekali, dia melakukannya demi sang ibu.
Saat Marco sudah pergi masuklah dua orang wanita yang akan membantu Henrietta untuk bersiap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
@Kristin
udh favorit ya Thor 🥰
2022-12-05
1
Azizah Dipops
ujung ujungnya mereka bakal nikah terus jatuh cinta, eh si Julia bangun, terus salah paham lagi, Dan pasti gitu lagi
2022-12-03
4
linda sagita
itu namanya ayah gob lokkkk
2022-12-01
1