Sesampainya di kediaman, Eiji dan salah satu pengawal membawa Yuoru sampai ke dalam kamarnya. Sementara itu, Ayuna langsung bergegas ke dapur mengambil tempat yang dipakai untuk membersihkan keringat yang sudah membasahi wajah Yuoru.
Setelah mentidurkan Yuoru di ranjang nya, Eiji menyuruh pengawal itu untuk segera kembali ke pintu utama. Sedangkan dirinya membantu melepas seragam dan sepatu yang masih dikenakan Yuoru.
" Yuoru-Sama, Anda harus baik-baik saja. " ucapnya gelisah.
Ayuna datang dengan membawa sebuah tempat yang sudah diisi dengan air dan kain untuk mengkompres Yuoru yang suhu tubuhnya terus naik.
" Tanaka-San, sini letakkan di sini saja! "
Ayuna meletakkan wadah berisi air itu di atas laci tepat di sebelah kiri Youru.
" Saito-Sama, biar saya yang mengurus Yuoru-Sama. Anda juga harus fokus pada pekerjaan yang tertinggal. Apalagi saya mendengar tadi, kalau Yuoru-Sama menyuruh para staf di kantor untuk mengumpulkan laporan ke rumah ini. " saran panjang Ayuna.
" Ah, benar juga. Untung Anda mengingatkan saya tentang itu, Tanaka-San. Kalau begitu, tolong bantu sebentar ya, saya akan segera menyelesaikan masalah tadi. "
" Hai, Saito-Sama. Tidak perlu khawatir. "
Eiji langsung bergegas pergi ke ruang kerja Yuoru untuk menelepon ke kantor. Dia berniat untuk menghentikan tugas yang diberikan Yuoru pada mereka tadi, tetapi para bawahan itu tidak berani membantah perintah dari Komisaris Jenderal mereka. Alhasil, Eiji pun terpaksa akan menunggu satu per satu dari mereka datang ke kediaman dengan membawa hasil laporan tentang kasus yang sedang ditangani langsung oleh Yuoru.
Setelah Eiji pergi, Ayuna menutup pintu kamar dengan perlahan-lahan. Dia tidak mau Yuoru terbangun karena itu. Lalu dia segera mengambil kain yang sudah dibasahi tadi sambil memerasnya hingga tidak ada air yang menetes di kain. Baru lah dia menempelkan kain tersebut ke dahi Yuoru untuk menurunkan suhu panas di tubuhnya.
" Sumimasen, Yuoru-Sama. "
Ayuna sangat lihai dalam berbagai hal tentang pekerjaan di rumah, karena dirinya sudah lahir dan tumbuh dewasa dari desa. Walau begitu, pemikirannya dan orang di kota tidak jauh berbeda, karena Ayuna juga menempuh pendidikan yang baik.
Melihat Jas seragam dan sepatu Yuoru yang berserakan di pinggir ranjang, Ayuna tidak bisa membiarkannya. Dia langsung bergegas meletakkan benda-benda itu pada tempatnya kembali.
Karena Yuoru sedang demam, dia tidak diberi selimut, supaya suhu tubuhnya mudah untuk turun. Kebanyakan orang pasti mengatakan bahwa orang sakit yang harus mengenakan lebih banyak pakaian yang tebal dan memakai selimut saat tidur. Akan tetapi, Ayuna tidak membiarkan Yuoru beristirahat dengan suhu yang semakin panas, itu akan membuatnya tidak nyaman.
Matahari sudah berada di atas kepala, jam menunjukkan pukul 1 siang. Eiji kembali ke kamar Yuoru sambil membawakan makan siang untuk Ayuna yang terus mengawasi Yuoru sejak pulang dari kantor.
Tok...Tok
Eiji masuk dan langsung meletakkan makanan itu di atas laci. " Tanaka-San, sudah waktunya makan siang. Anda harus beristirahat sebentar. Biar saya yang menjaga Yuoru-Sama. "
Ayuna menggeleng. " Tidak. Saya saja, sudah tugas saya. Anda masih banyak pekerjaan, kan? Mumpung saya menganggur, jadi biar saya saja. "
" Arigatōgo, atas makanannya Saito-Sama. Saya akan memakannya nanti. Saat ini tidak berselera, karena suhu tubuh Yuoru-Sama masih tinggi. "
Eiji tidak bisa memaksa keinginan Ayuna. " Hufh, ya sudah kalau begitu. Jangan lupa di makan, saya akan kembali melihat lagi nanti sore. Saya permisi! "
Ayuna hanya menunduk seraya kembali duduk di pinggir ranjang, tepatnya di sebelah tangan Yuoru. Dia menatap Yuoru dengan tatapan datar, tetapi seperti ingin mengatakan sesuatu padanya.
Tak lama kemudian, suara gemuruh dan kilat bergema di langit, menandakan akan segera turun hujan yang sangat lebat. Mendengar itu, Ayuna memastikan dengan berjalan ke arah jendela dan melihat ke langit luar. Ternyata benar, sudah mulai turun hujan dan mungkin akan berlangsung seharian.
" Hujan ini tidak akan berhenti hari ini. " batin Ayuna.
Sementara itu, Remi yang masih berada di sekolah tepatnya di dalam kelas, merasa sangat kecewa dengan adanya hujan hari ini.
" Huh, kenapa harus hari ini? Aku kan mau latihan biola di rumah Oniichan. Aku tidak mau pulang. " gumamnya yang tengah di duduk di kursinya seraya melihat ke luar jendela.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, Eiji saat ini sedang sibuk mengurus staf yang mengantarkan laporan. Sudah ada 5 staf yang bersama datang untuk mengantarkan tugas itu. Sedangkan jumlah dari keseluruhan staf di kantor pusat ada 50 orang, yang bertugas untuk urusan di dalam kantor ada 30 orang, sisanya merupakan staf yang bekerja di pelayanan dan keamanan. Jadi, yang wajib mengirim laporan adalah 30 staf. Tetapi sudah siang dan sedang hujan, baru 5 orang yang datang mengantar laporannya.
Sore hari nya pukul 17.00 ....
Satu pengawal yang mengawas di pintu membantu Eiji meletakkan 20 dokumen yang sudah dikumpulkan. Karena sudah sore dan hujan belum berhenti, Eiji menyuruh pengawal itu untuk meletakkannya di ruang kerja Yuoru supaya bisa diperiksa oleh Ayuna.
" Tersisa 5 dokumen lagi yang belum diantar. Hujan juga belum berhenti. " keluh Eiji.
Tring....tring...
Suara telepon rumah yang berdering, Eiji pun langsung beranjak menuju ke ruang tengah untuk menjawab panggilan telepon itu.
" Biar saya saja yang ke dalam. Kalian tolong tetap tunggu yang datang dengan laporan, ya. " ucap Eiji lalu berlari ke dalam.
" Hai, Saito-Sama. " jawab serentak dua pengawal yang berdiri di pintu.
Eiji menjawab telepon itu dengan napas terengah-engah. " Kon'nichiwa, Saitō Eijidesu. Koko wa raitokomisshonā no teitakudesu. Watashi wa dare to hanashite iru nodesu ka? " tanya Eiji.
" Hai hai. Anata no koe o kiite, watashi wa anata ga eiji-samadearu koto o shitte imasu. " jawab Remi yang menelepon menggunakan telepon di kantor guru.
Sudah dari siang hujan tidak juga berhenti, menyebabkan semua jalan terkena banjir, bahkan untuk berjalan kaki pun sulit dengan genangan air yang sudah hampir mencapai lutut.
" Oh, Remi-San. "
" Hai, ini saya. Eiji-Sama, aku tidak bisa ke mana-mana. Kami semua terjebak di dalam sekolah. " keluh Remi.
" Hufh, mau bagaimana lagi. Kalau sudah hujan seharian seperti ini, kita akan terperangkap. "
" Oniichan, di mana? Bisakah kasih telepon ini padanya? "
" Eeee, Yuoru-Sama sedang beristirahat. Sejak siang dia tidak boleh keluar, Tanaka-San yang menjaganya. " jawab Eiji terpaksa berbohong tentang kondisi Yuoru pada Remi.
Kalau Remi tahu tentang Yuoru yang sedang sakit, dia pasti akan nekat pulang ke kediaman dan akan menangis. Itu sama saja dengan menganggu waktu istirahat Yuoru, akan lebih baik jika dia tidak tahu.
" Emm, begitukah? Baguslah kalau begitu, aku rasa Oniichan memang terlihat lelah akhir-akhir ini. " Remi tidak curiga dengan apa yang dikatakan Eiji.
Eiji mengelus dada karena lega. " Hai, tidak perlu khawatir. Kamu juga harus menjaga diri, jika memang hujan belum berhenti, terpaksa harus menerobos dengan kendaraan. Sampaikan pada supir, untuk tetap mementingkan keamanan diri. Tidak perlu buru-buru sampai di rumah, masih banyak waktu. " sarannya panjang lebar.
" Dō shita no, Eiji-sama? Aku merasa ucapanmu terlalu...perhatian yang berlebihan. Bukankah begitu? " goda Remi.
Eiji langsung terdiam. " Eee, tidak kok. Kan benar harus memperhatikan keselamatan, Yuoru-Sama juga bisa tenang kalau Anda baik-baik saja. " jawabnya terbata-bata.
Remi tertawa dalam hati, " Hai, Hai. Aku hanya bercanda padamu, kenapa langsung kaku begitu? "
Seorang guru perempuan mengetuk tangan Remi, mengisyaratkan gilirannya menelepon sudah selesai, harus gantian dengan yang lainnya. Karena bukan dirinya saja yang harus menghubungi keluarga, semua siswa di sekolah juga akan pulang terlambat karena hujan yang tidak kunjung reda itu.
" Ah, aku sudah harus kembali ke kelas. Eiji-Sama, arigatōgo sudah menjawab telepon ini. Aku tutup teleponnya, bye bye! " pamitnya terburu-buru.
" A..." Baru saja ingin menjawab, Eiji sudah mendengar nada terputus dari telepon. " Huuh, sudah ditutup saja. Terburu-buru sekali. " Ia kembali meletakkan telepon itu ke tempatnya lagi.
Sementara itu, 25 dokumen laporan yang sudah diterima itu segera di cek oleh Ayuna. Dia melihat semua laporan dengan cermat dan sangat berhati-hati, karena satu kalimat saja yang terlewat akan menghilangkan bukti yang mungkin saja berguna untuk penyelidikan.
Dokumen yang sudah diperiksa dan tidak terdapat informasi yang diinginkan, Ayuna meletakkannya di sebelah kanan meja. Sedangkan dokumen yang berguna, diletakkan di tengah, dan dokumen yang sedang diperiksa berada di sebelah kiri. Ya, tentu saja semua dokumen itu harus tetap diperiksa ulang oleh Yuoru nanti, karena penilaian terhadap laporan yang terima tidak sama. Maksudnya, cara pandang antara Yuoru dan Ayuna sangat berbeda, jadi harus diperiksa sendiri oleh Yuoru.
Ketika Ayuna sudah fokus, raut wajahnya sangat mirip dengan Yuoru, terutama gerakan tangan saat membuka lembar demi lembar laporan itu. Seolah Ayuna sudah sangat mengerti dengan pekerjaannya.
Beberapa menit sekali, dia akan pergi ke kamar Yuoru untuk memeriksa keadaan Yuoru. Lalu kembali ke ruang kerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang masih menumpuk itu.
Karena sudah mau malam dan hujan masih mengguyur, Eiji menyuruh pengawal yang berdiri di pintu untuk bergantian dengan yang sedang istirahat di kediaman belakang.
" Kalian pergi lah beristirahat, gantian dengan yang di belakang. " suruhnya.
"Hai, Saito-Sama. " serentak dua pengawal itu, lalu berjalan ke halaman sebelah kiri menuju ke kediaman belakang.
Kediaman terdiri atas, kediaman utama (rumah yang ditempati Yuoru, Eiji, dan Ayuna. Rumah ini berada di depan sebagai pusat dan berada di tengah. Rumah ini juga berfungsi sebagai penerima tamu), lalu kediaman dalam (rumah yang ditempati para tamu. Biasanya dipakai juga untuk acara), dan kediaman belakang (rumah yang ditempati oleh para bawahan di kepolisian mau pun pekerja di rumah).
Selain ada tiga kediaman, ada empat halaman yang masing-masing juga diberi nama halaman utama (depan) halaman ini dipakai untuk memarkir kendaraan, halaman tengah (kiri, kanan) tempat untuk keluarga dan tamu, dan halaman belakang yang dipakai untuk bersantai. Tentu saja sebelum memasuki kediaman, harus melihat dinding yang tingginya mencapai hampir 3 meter mengelilingi kediaman dan sebuah gerbang yang besar menggambarkan betapa megahnya tempat tinggal dari Komisaris Jenderal Raito yang baru. Ya, semua itu pemberian langsung dari Kaisar untuk Yuoru sebagai pemerintah.
Kembali ke cerita...
Setelah menyuruh pengawal untuk bergantian, Eiji segera masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Dia tampak sangat lelah, karena berbaring seperti orang yang baru saja kehilangan energi tubuhnya.
"Hufhh, sangat melelahkan, " keluhnya.
Tidak terasa sudah hampir pukul 8 malam, semua kembali fokus dengan tugas masing-masing walau hujan tak kunjung berhenti. Ayuna juga baru saja menengok keadaan Yuoru, dia menunduk sebagai rasa hormat (meminta izin yang sopan) lalu memegang dahi Yuoru untuk memastikan suhu tubuhnya. Kali ini suhu tubuh Yuoru sudah turun, tetapi belum kembali normal. Setelah itu, dia kembali ke ruang kerja untuk memeriksa laporan yang masih sisa beberapa lagi. Ditambah dengan dokumen yang belum diserahkan, masih ada 5 dokumen laporan yang harus segera diperiksa olehnya.
Akan tetapi, waktunya makan malam sudah tiba. Eiji yang tadinya bersantai langsung bergegas ke dapur untuk mengambilkan makan malam yang sedang disiapkan oleh para pelayan. Dia sangat ingat bahwa Ayuna sedang bekerja keras menggantikan tuannya itu, jadi dia harus bersikap baik pada Ayuna.
Sudah mendapatkan makan malam untuk Ayuna, dia segera mengantarkan makanan tersebut ke ruang kerja Yuoru. Lalu Eiji melihat dari depan pintu, Ayuna tampak sangat serius dalam bekerja, seolah-olah itu adalah bebannya sendiri. Eiji merasa sangat kagum dan menjadi bersemangat lagi.
Ayuna yang tadinya fokus, secara tidak sengaja melihat Eiji yang sedang berdiri di depan pintu dengan membawa makanan. Dia pun langsung menyapa Eiji dan bertanya, " Saito-Sama, ada apa? " Ayuna bertanya seraya berdiri dari kursi.
Eiji langsung tersadar dari lamunannya. " Ah, tidak apa-apa, kok. Saya cuma mau mengantarkan makanan untuk Anda, " jawabnya sambil tersenyum kaku.
Ayuna menatapnya datar. " Hai, arigatōgo, Saito-Sama. Tolong letakkan di meja itu saja dulu, nanti saya akan memakannya. "
" Emmm, ya sudah. Saya letakkan di sini, ya, " jawab Eiji sambil berjalan ke meja kaca yang satu set dengan 4 sofa di pojok sebelah kiri itu.
Setelah meletakkan makanan itu di atas meja, Eiji pamit kepada Ayuna. Dia ingin sekalian melihat Yuoru, sebelum kembali ke depan untuk menunggu beberapa staf lagi yang belum mengantar laporan.
" Eee, Tanaka-San. Saya akan melihat Yuoru-Sama, apakah boleh? " tanya Eiji.
Ayuna sontak menatap serius pada Eiji. " Kenapa harus meminta izin dari saya? Kan Anda adalah atasan saya, saya lah yang harusnya mendengarkan Anda, Saito-Sama. " jawabnya.
Eiji tersenyum, " Ya, secara pangkat di kepolisian memang saya lebih tinggi dari Anda, Tanaka-San. Namun, di rumah ini, Anda adalah orang kedua setelah Yuoru-Sama yang harus dihormati. "
" Kenapa begitu? Bolehkah saya tahu, tentang pandangan posisi saya di rumah ini, Saito-Sama? " tanya Ayuna penasaran.
" Emm, saya juga bingung bagaimana cara menjelaskan kepada Anda. Tapi yang jelas, seperti yang saya katakan tadi, bahwa Anda adalah orang kedua yang posisinya tinggi. Jadi, jika Yuoru-Sama tidak ada di rumah, Anda bisa mengatur semua untuknya, " jelas Eiji panjang lebar.
Ayuna masih tidak mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Eiji padanya. Dia hanya fokus pada tugas yang saat ini sedang dikerjakan nya.
" Ya sudah, saya tidak akan mengganggu Anda lagi. Selamat makan, Tanaka-San. Istirahat lah sejenak, pekerjaan yang belum selesai bisa diselesaikan esok hari. Tidak perlu terburu-buru. " ucap Eiji, lalu berjalan menuju ke kamar Yuoru yang tidak jauh dari sana.
" Ada apa dengan orang itu? " batin Ayuna seraya kembali duduk untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sehabis dari ruang kerja Yuoru, Eiji langsung pergi ke kamar Yuoru untuk melihat keadaannya. Betapa kagetnya Eiji, saat melihat makanan yang dia bawa tadi siang untuk Ayuna, masih utuh di atas laci tersebut. Tanda nya Ayuna sama sekali tidak menyentuh makanan itu.
" Loh, Tanaka-San tidak makan tadi siang? Apakah dia akan baik-baik saja? " batin nya bingung.
Eiji pun memutuskan untuk membawa kembali makanan itu, tetapi sebelum pergi dia memastikan keadaan Yuoru dan melihat keadaan tuan nya itu sudah jauh lebih baik dari tadi siang.
" Syukurlah, Yuoru-Sama sudah mulai membaik. " ucapnya lega lalu segera keluar dari kamar tersebut untuk mengantar kembali makanan yang tadi siang ke dapur untuk di buang.
Sampai pada pukul 10 malam, orang-orang masih sibuk dengan pekerjaannya. Untungnya kediaman aman dari banjir, semua jalan sudah tertutup air karena hujan yang tidak kunjung berhenti. Kalau seperti itu terus, bisa-bisa semua daerah di Ibukota Taiyō akan terendam air dan itu akan menghambat aktivitas masyarakat.
Laporan yang diperiksa akhirnya selesai, Ayuna langsung membereskan barang-barang yang berserakan di atas meja karena pekerjaannya sudah selesai. Setelah membersihkan kembali ruang kerja dengan sedia kala, Ayuna bergegas menuju ke kamar Yuoru untuk melihat bagaimana keadaannya.
Di saat Ayuna baru saja sampai, Dia melihat Yuoru bergerak seperti tidak nyaman dengan sesuatu padahal dia masih tertidur. Dengan sigap, Ayuna langsung menghampiri Yuoru untuk melihat apa yang terjadi.
" Yuoru-Sama, Anda baik-baik saja? Yuoru-Sama? " tanya Ayuna.
Keringat di seluruh tubuh Yuoru, mungkin itu yang membuatnya tidak nyaman. Ayuna langsung mengerti dan dengan segera melepas kemeja yang masih dikenakan Yuoru.
Dia ragu-ragu, takut Yuoru tiba-tiba terbangun dan memarahinya karena tidak sopan. Tetapi, dia berusaha memberanikan diri demi kesembuhan Yuoru. " Sumimasen, Yuoru-Sama. Sumimasen! " ucapnya sambil membuka satu per satu kancing baju Yuoru.
Di saat kancing ketiga hampir lepas, tiba-tiba Yuoru mengambil tangan kanan Ayuna dan menggenggamnya erat di atas dadanya. Sontak Ayuna kaget dan terdiam, jantungnya berdetak sangat kencang karena takut Yuoru akan terbangun karena dirinya.
" Suhu tubuhnya kembali naik? tangannya sangat panas. " batin nya.
Karena tangan kanannya di pegang Yuoru, Ayuna hanya bisa menggunakan tangan kiri untuk membersihkan keringat yang ada di wajah Yuoru menggunakan kain. Dia melakukannya dengan sangat hati-hati dan lembut, supaya Yuoru tidak terganggu.
BERSAMBUNG .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments