Malam harinya, Flo masih duduk bersandar meratapi nasibnya yang berada di dimensi berbeda. Ia masih belum terbiasa dengan semua yang ia alami, mulai dari bentuk tubuh, warna kulit, status, dan juga mengenai kisah menyedihkan dari tubuh permaisuri yang di tempatinya.
Jujur Flo merasa nyaman dengan tubuhnya yang sekarang. Terasa ringan dan mudah saat bergerak.
‘Huh! Pantas saja mereka sangat terobsesi dengan tubuh kurus begini. Aku merasa mudah menggerakkan tangan tanpa harus mengeluarkan tenaga besar.’ Batin Flo sambil memperhatikan dengan seksama lengannya yang mungil.
Berbicara soal status, Flo masih tak habis pikir dengan statusnya yang telah bersuami. Untuk apa ia masih dipertahankan menjadi seorang permaisuri jika keberadaannya tak dianggap sama sekali oleh seluruh kekaisaran? Mengapa ia tak diceraikan saja atau di bawa ketempat orang tuanya? Apa karena kekuatan surat perintah kaisar terdahulu begitu kuat hingga kaisar pun tak berani membantah?
Dan satu hal lagi! Ia menikah diusia masih 17 tahun? Kalimat apakah yang pantas untuk kaisar itu karena telah menikahi anak kecil?
Apakah ia telah disentuh kaisar bedebah itu ataukah masih tersegel? Semoga saja ia masih berada di opsi 2. Sungguh, demi segala nama dewa yang ada di dimensi ini Flo tak sudi jika disentuh pria bajingan sepertinya.
“Kemana para dayang itu? Perutku sudah memberontak ingin diberi asupan.” Ujar Flo sambil memperhatikan segala sisi ruangan berharap menemukan salah satu dayang yang menemaninya tadi.
Ruangan yang menurut versi Flo nyaman, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, ditambah suasananya yang tenang membuatnya merasa nyaman meski nampak kumuh.
“Permaisuri sedang mencari apa?” Tanya dayang kecil Wen yang mana mengejutkan Flo.
“Ya Tuhan! Kau mengejutkan ku saja dayang kecil.” Kaget Flo sambil mengelus pelan dadanya.
Dukk...
“Tolong ampuni hamba yang rendahan ini permaisuri. Hamba memang pantas dihukum.” Ujar dayang Wen sambil membenturkan dahinya ke lantai tanah.
Bekas luka di dahinya begitu kentara menandakan sudah ratusan bahkan ribuan kali ia melakukan hal bodoh dengan menyakiti diri sendiri.
“Hei!! Apa yang kau lakukan? Berhenti melakukan hal bodoh seperti itu. Apakah kau kira aku ini patung dewa yang kau sembah? Sudah cukup!” Tegas Flo merasa tak nyaman dengan perlakuan dayang Wen yang sangat berlebihan.
Dayang Wen pun menurut dan segera berdiri tak lupa tangan mungilnya menyeka air mata yang tak kunjung berhenti.
“Aku lapar! Apakah tidak ada makanan?” Tanya Flo.
Dayang Wen menelengkan kepalanya ke kanan sambil menyipitkan matanya. Astaga! Dayang Wen baru ingat jika permaisuri mengalami cidera ingatan.
“Maafkan dayang ini permaisuri, tetapi kakak Wan dan Kakak Fuo belum kembali dari istana. Apakah permaisuri sudah tidak bisa menahan lapar?” Tanya dayang Wen sedih.
“Apa yang mereka lakukan disana malam begini? Dan bukankah ini masih lingkungan istana kaisar bukan?” Tanya Flo yang menganggap jika ruangan itu masih diaekitaran istana.
Dayang Wen meneguk ludahnya kasar mendengar pertanyaan Flo.
‘Ya Dewa!! Aku takut jika permaisuri marah ditambah permaisuri bagaikan orang yang berbeda. Huhu... Kakak cepatlah kembali!’ Batin dayang Wen gusar.
“Hei! Pertanyaanku belum kau jawab gadis kecil.” Seru Flo melihat keterdiaman dayang Wen.
“I-itu... Sebenarnya kakak Wan dan kakak Fou selalunya bekerja di istana kaisar untuk mendapatkan makanan. Sedangkan aku disini bertugas untuk menemani permaisuri agar tak kesepian.” Jelas dayang Wen yang mana membuat Flo semakin bingung.
Tugas seorang dayang istana kan memang bekerja. Lantas hubungan mereka yang harus bekerja dengan mendapatkan makanan apa?
Melihat keterbingungan Flo membuat dayang Wen menjelaskan secara singkat.
“Tempat permaisuri sekarang ini lumayan jauh dari istana kaisar pusat dan tidak ada pelayan istana yang membawa makanan kepada permaisuri sesuai perintah Yang mulia kaisar. Maka dari itu, kakak Wan dan kakak Fou harus bekerja di istana untuk memperoleh koin dan membeli keperluan bulanan anda.”
‘Kaisar sialan itu benar-benar ingin menyiksa permaisuri Ling dengan tidak memberi makan? Huh! Bajingan itu akan ku beri balasan.’ Batin Flo membara.
Pantas saja motif ruangan itu terkesan suram dan tak ada hiasan selayaknya kamar permaisuri. Cih! Sangat tidak layak untuk diberi ampun.
“Gadis kecil, bisa kau ceritakan aku dulu seperti apa? Bagaimana sifat dan sikapku? Ceritakan juga mengapa aku bisa berada di tempat ini!” Jelas Flo menuntut jawaban.
Sesaat dayang Wen ingin bersuara, tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang mana mengalihkan perhatian mereka berdua.
Sepertinya dayang Wan juga dayang Fuo telah kembali dari istana. Berharap mereka juga membawa makanan untuk permaisuri.
“Syukurlah kakak telah kembali, permaisuri sudah lapar sejak tadi.” Seru dayang Wen sambil mengambil nampan besi berisikan bungkusan daun.
Dayang Wan beserta dayang Fuo lantas masuk dan mengunci pintu kembali. Dilihatnya permaisuri Ling duduk bersandar diatas kasur.
“Maafkan dayang ini telah datang terlambat sehingga membuat permaisuri menahan lapar.” Ujar dayang Wan dan bersiap-siap akan melakukan sujud permohonan maaf.
Melihat gerak-gerik dayangnya membuat Flo bertindak segera.
“Sudahlah! Apakah kalian akan melakukan hal yang bodoh seperti gadis kecil itu? Huh! Sungguh bodoh...”
“---”
“Apa kau membawa makanan? Jujur aku sangat lapar.” Tanya Flo memasang muka memelas.
Dengan segera dayang Wen berlari mangambil nampan besi beserta air minum untuk Flo. Sekembalinya dayang Wen yang hanya membawa satu buah nampan besi beserta gelas membuat Flo mengerutkan dahi.
Pasalnya mereka ada berempat dan mengapa hanya satu nampan yang dibawa olehnya?
“Hei! Mengapa hanya ada satu nampan saja?”
Dayang Wan yang sedang menyajikan makanan untuk Flo pun terhenti. Apakah mereka harus makan bersama? Begitu fikir ketiga dayang.
“Makanan ini untuk permaisuri! Rasanya sangat tidak pantas jika yang rendahan ini ikut bergabung dengan anda.” Seru dayang Fuo sembari menunduk.
Lagi dan lagi Flo berdecak malas. Apakah mereka juga sedang melakukan diet ekstrim seperti sahabatnya Lylia? Tubuh mereka saja bagaikan tengkorak hidup.
Dengan segala paksaan, Flo memaksa mereka untuk ikut makan bersama dengannya. Rasanya cukup aneh jika ia makan seorang diri sedangkan mereka yang mengaku dayang setianya hanya berdiri sambil menatap dia makan?
Huh!! Flo tidak setega itu melihat tubuh mereka yang sangat kurus menandakan kurang asupan.
“Aku tidak menerima penolakan apapun. Dayang Wen!”
“I-iya permaisuri?”
“Segera ambil nampan dan gelas lagi lalu bawa kemari. Aku tidak sanggup melihat tubuh menyedihkan kalian.” Titah Flo membuat dayang Wen segera berlari mengambil nampan lagi.
Jujur saja ia juga sangat lapar karena telah 2 hari tak makan setelah penyiksaan yang diterima oleh permaisuri Ling hingga membuatnya meregang nyawa.
Dayang Wan dan dayang Fuo cukup terharu melihat perhatian junjungannya kepada mereka yang rendahan ini. Hanya permaisuri Ling seorang yang memperhatikan pelayan dengan sangat intens.
Mereka bertiga pun mulai bersiap duduk di lantai sedangkan Flo duduk bersandar di atas kasur. Luka bekas cambukan itu benar-benar membuat Flo tak bisa banyak bergerak.
“Kalian ingin duduk disitu?” Tanya Flo yang diangguki mereka bersamaan.
Flo hanya berdecak malas dengan dayang permaisuri Ling, tubuh yang ia tempati saat ini. Jelas-jelas dalam ruangan itu ada sebuah meja kecil dan 4 buah kursi, tetapi mereka memilih untuk melantai?
“Duduklah di kursi itu! Kalian ini memang benar-benar suka melakukan hal bodoh rupanya. Sudah ada kursi lantas memilih duduk di lantai tanah? Cepat berdiri dan duduklah disana! Setidaknya kalian menjadi orang yang pintar saat bersamaku seterusnya.” Tegas Flo tak ingin dibantah.
Para dayang semakin dibuat terkesima dengan sosok permaisuri Ling yang semakin mendominan dari sebelumnya.
Perubahan ini terjadi secara tiba-tiba hingga mereka agak sulit beradaptasi. Tetapi jujur, mereka lebih suka sikap permaisuri sekarang dibanding permaisuri sebelumnya yang tak berani bersuara.
Dengan segera mereka berdiri dan duduk di kursi dekat kasur Flo. Sumpah demi Dewa! Mereka tak menyesal sedikitpun mengabdi kepada junjungan mereka yang dikenal sebagai permaisuri lemah, lamban, bodoh, dan tak berguna.
Mereka begitu menghormati permaisuri Ling dan hanya dia yang memperlakukan para dayang rendahan seperti mereka bagaikan keluarga.
‘Permaisuri begitu bermurah hati!’
Mereka pun mulai makan dengan hikmat. Flo sebenarnya tak pemilih dalam hal makanan, hanya saja makanan yang ia makan saat ini jauh dari kata makanan layak.
Ingatkan Flo untuk membuat makanan sesuai lidahnya. Cita rasa makanan disini begitu buruk. Jika bukan karena lapar dan menghargai kerja keras para dayangnya, sudah tentu ia tak akan memakannya.
“Esok hari aku diundang ke persidangan bukan? Apakah kalian mau menemaniku bertemu kaisar?” Tanya Flo di sela makannya.
Flo hampir saja lupa jika diundang oleh kaisar. Jujur saja, ia merasa penasaran dengan paras wajah si kaisar bedebah itu. Entah seberapa tampan dirinya hingga permaisuri Ling begitu mencintai pria iblis seperti dia dan bahkan rela disiksa.
“Tanpa permaisuri minta pun kami akan menemani anda menghadap Yang mulia Kaisar. Kami akan berusaha sebisa mungkin melindungi anda.” Jawab dayang Fuo penuh yakin dan diangguki semuanya.
Flo rasanya begitu tak sabar menunggu fajar tiba. Lihat saja, suatu saat nanti ia akan membalas semua perlakuan mereka yang sungguh semena-mena terhadapnya. Dan jangan lupa para tokoh pembantu licik yang begitu ingin melengserkannya.
‘Walaupun usiaku masih muda, tapi aku tau harus bersikap bagaimana. Huh! Hidup di dunia seperti ini mengingatkanku pada drama kolosal yang sering di tonton Lylia.’ Batin Flo mulai memikirkan strategi menghadapi mereka semua di esok hari.
“Ya Tuhan! Entah bagaimana keadaan nenek disana saat mengetahui aku tak ada di rumah? Beliau pasti cemas... Semoga nenek baik-baik saja disana.” Risau Flo yang baru sadar akan neneknya.
Para dayang yang melihat kerisauan Flo akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
“Apakah ada yang mengganggu pikiran permaisuri?”
“Tak apa, hanya saja aku cukup letih dan ingin beristirahat. Kalian habiskan saja makanannya, aku akan tidur dan mengisi tenaga untuk menghadapi para rubah itu besok.” Ucap Flo dan secara perlahan membaringkan tubuhnya.
Dayang Wen pun membantu Flo untuk berbaring dan memasangkan selimut tipis untuk mengurangi rasa dingin.
‘Semoga Dewa selalu melindungi anda, permaisuri.’ Batin dayang Wen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments