"Ya Tuhan, mudahkan pekerjaan ini... Kuatkan hamba dari godaan lelaki tampan yang berjalan di depan hamba ini," batin Melisa seraya terus memandangi tubuh tinggi tegap yang tengah berjalan di depannya.
Riland tolehkan kepala melihat Melisa yang berjalan tepat dibelakangnya. "kamu ngomong sama saya ?" Tanya nya karena ia merasa mendengar sesuatu.
"nghh..nggak kok, Pak," jawab Melisa tergagap. "selain ganteng ternyata dia punya kekuatan super," batinnya dalam hati.
"Ohhh, berarti saya yang salah dengar dan please panggil Riland saja karena saya bukan bapakmu," lanjutnya lagi. Sedikit merasa kesal karena Melisa tak juga menurutinya.
"ahh sorry," sahut Melisa sembari tersenyum penuh sesal.
"Its oke, mungkin karena masih baru ya belum terbiasa," lanjut Riland memaklumi dan ia pun kembali fokus pada langkahnya.
"Jangankan Riland, panggil ayank juga aku mau," batin Melisa. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan berusaha mengusir pikirannya sendiri yang mulai tak karuan. Bagaimana mungkin dirinya bisa begitu tertarik pada sang boss padahal baru saja bertemu.
Keduanya berjalan meninggalkan area toko dan memasuki sebuah ruangan yang didalamnya terdapat banyak rak yang berisikan baju bertumpuk-tumpuk masih dengan plastik yang menutupinya. Melisa yakin jika itu adalah gudang penyimpanan.
Setelah itu keduanya menaiki tangga menuju ke lantai 2 yang merupakan suatu ruangan terbuka tanpa ada ruangan lainnya. Di sana terdapat beberapa meja kerja dan Melisa yakin ini adalah tempat yang digunakan sebagai kantor.
"Dan ini meja kerja kamu," tunjuk Riland pada sebuah meja kayu berwarna coklat tua yang di atasnya sudah terdapat beberapa tumpuk berkas dan sebuah kursi beroda di balik meja tersebut.
"Oh ok," jawab Melisa seraya berjalan mendekati meja kerja yang kini menjadi miliknya.
Tepat di seberang meja kerjanya terdapat sebuah meja lainnya dengan ukuran lebih besar. "itu meja siapa ?" Tanya Melisa sembari menunjuk apa yang ia maksud.
Riland tolehkan kepala mengikuti arah telunjuk Melisa. "Oh itu meja kerjaku," jawabnya.
Melisa yang mendengar itu cukup terkejut. "Ya Tuhan, apakah ini jodohku? Sampai kerja pun harus deketan begini ?" Batinnya lagi. Ia senyum-senyum sendiri memikirkannya.
"Tapi tenang aja, sebentar lagi aku mau buat penyekat untuk memisahkan ruang kerja kita. Jadi kamu bisa kerja tanpa merasa diawasi,"
"Gak masalah sih sebenarnya, aku rasa aku bisa kerja dalam satu ruangan sama ba... Eh Riland," sahut Melisa.
"Ok, cool... Bagus kalau begitu," kata Riland menimpali.
"Jadi apa saja yang harus saya kerjakan hari ini ?" Melisa tak ingin membuang waktu untuk berbasa-basi. Ia ingin segera melakukan kewajibannya sebagai pegawai baru.
Riland yang mendengar itu melengkungkan senyumnya, ia senang dengan semangat yang dimiliki Melisa dan merasa menerimanya sebagai karyawan adalah hal yang tepat.
"Mmm tugasmu sebagai pengelola toko yaitu...," Riland pun menjelaskan dengan perlahan agar Melisa dapat mengerti job desk yang harus dikerjakannya.
"Apa kita akan bekerja berdua saja ?" Tanya Melisa setelah Riland menjelaskan apa saja yang harus dilakukannya di hari ini.
"Seharusnya ada 3 orang lagi selain kita, tapi karena pandemi kemarin ada dua orang yang terpaksa berhenti dan kini telah memiliki pekerjaan yang baru. Sedangkan satu lagi sebagai kasir namun hari ini dia gak masuk karena kurang sehat," jelas Riland dan Melisa pun mengangguk paham kenapa laki-laki itu berada di balik meja kasir ketika ia datang.
"Terus kalau kamu di sini, siapa yang jaga di bawah ?" Tanya Melisa.
Pertanyaan Melisa menyadarkan Riland bahwa tak ada siapapun yang menjaga tokonya. "Aahhh shiit !!" Makinya pelan. "Kamu udah ngerti kan harus ngapain ?" Tanya nya.
"Ya, aku udah ngerti," jawab Melisa tanpa ragu.
"Kalau begitu, aku turun ya," ucap Riland sembari berjalan menuju tangga yang akan membawanya kembali ke lantai satu namun ia menghentikan langkahnya sebelum menuruni tangga. "Kamu bisa turun kebawah kalau ada yang mau ditanyakan dan toiletnya di sebelah sana," jelas Riland sambil menunjuk pada sebuah pintu.
"oghey," jawab Melisa seraya mengangkat kedua jempolnya, mengisyaratkan jika ia akan baik-baik saja.
Riland yang melihat itu tersenyum lega dan kali ini benar-benar melangkahkan kakinya menuruni titian tangga satu persatu.
***
"Aarrgghhh," erang Melisa sembari merentangkan tubuhnya yang terasa kaku. Tak lupa ia pun memukul pundaknya yang terasa pegal.
Jam di dinding menunjukkan pukul 12 siang, sudah 3 jam ia berjibaku dengan pekerjaannya yang baru. Perutnya pun sudah berbunyi meminta untuk segera diisi.
Tepat 3 jam pula Melisa sudah menyelesaikan semua tugas yang Riland berikan tadi. Ia pun memutuskan untuk pergi ke lantai bawah dan menemui bossnya untuk meminta izin makan siang.
Terlihat Riland sedang berbincang dengan seorang anak remaja yang tengah membayar 2 potong hoodie yang dibelinya.
"Yang promo diskon kapan lagi, Bang ?" Tanya anak laki-laki itu.
"Mmmhhh, mungkin weekend ini. Pantengin terus ya akun Instagram dan Facebook dari toko ini, pasti dikabarin kok," jawab Riland seraya menyerahkan satu paper bag bertuliskan "The RH Store" beserta uang kembalian.
"ok, thanks ya Bang," anak remaja lelaki itu meraih kantong kertas dan uang kembalian yang Riland berikan dan berlalu pergi.
"Mmh, tugas yang kamu berikan udah aku selesaikan," ucap Melisa hingga Riland pun menolehkan kepalanya.
"Benarkah ? Wow itu cepat juga," puji Riland sedikit tak percaya.
"Ternyata masih banyak barang stok lama ya, aku udah rekap semua dan nanti mau cek dengan ketersediaan yang ada sesuai jumlahnya apa nggak," lanjut Melisa.
"Hu'um... Pandemi ini benar-benar membuat penjualan merosot tajam. Ini saja aku baru mau bangkit lagi," sahut Riland menimpali.
Melisa mengangguk paham dan membenarkan.
"Aku mau ngadain sale besar-besaran untuk menghabiskan stok lama. Jual rugi deh kayanya," lanjut Riland lagi dengan wajah sedih yang tak bisa ia tutupi.
Melisa kembali menganggukkan kepalanya untuk menanggapi apa yang bosnya itu ucapkan.
"Kamu mau makan siang ? Duluan aja, kita makan giliran biar toko tetep ada yang jaga. Di pinggiran sini banyak penjual makanan kok,"
"kamu gak makan ?" Tanya Melisa.
"Mau tapi kan toko gak bisa ditinggalin begitu saja," jawab Riland.
"Mau aku belikan ?" Tanya Melisa lagi.
Riland terdiam dan berpikir untuk sesaat hingga ia akhirnya menjawab. "Boleh deh Nasi Padang pake rendang ya, banyakin kuahnya," jawab Riland kemudian sembari memberikan satu lembar uang seratus ribu rupiah pada Melisa.
"Ok," Melisa pun meraih uang berwarna merah itu.
"kamu juga sekalian dari situ aja, aku traktir makan siang sebagai ucapan selamat datang," lanjut Riland dan Melisa pun tersenyum sembari berterimakasih.
***
Disinilah mereka berdua makan siang bersama di ruangan yang gunakan sebagai stok penyimpanan. Larut dalam pembicaraan, Riland pun memutuskan untuk memberikan tanda "closed" pada pintu tokonya.
Padahal mereka baru saja bertemu dan berkenalan tapi keduanya begitu asik saling berbicara tentang banyak hal.
Karena pekerjaan Melisa di hari itu sudah selesai, selebihnya ia habiskan waktu membantu bossnya di bagian penjualan.
Bisa Melisa lihat dengan jelas bagi setiap konsumen perempuan yang datang ke toko pasti akan menatap berbeda pada bossnya itu dan ia tak bisa menyalahkan mereka karena Riland memang sangatlah sedap untuk dipandang.
Tak hanya karena wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang nyaris sempurna tapi kepribadiannya yang supel juga menambah daya tariknya sebagai seorang laki-laki.
Baru kali ini Melisa bisa merasa begitu kagum pada seorang lelaki yang baru saja dikenalnya.
***
"Aku pulaaaang," ucap Melisa ketika memasuki kostnya yang ia tinggali bersama Agni teman kuliahnya dulu.
"Mel, kamu langsung kerja ?" Tanya Agni begitu antusias dan juga ikut merasakan senang karena temannya itu bisa mendapatkan pekerjaan.
"Iya ! Tak menyangka bukan ? Dan tak hanya itu....," Jawab Melisa menjeda ucapannya.
"Ayoo aku traktir batagor buat merayakannya," Melisa menarik tangan temannya itu untuk ikut dengannya dan berbelanja makanan.
***
"Setiap liat dia pikiran aku traveling kemana-mana," jelas Melisa seraya menyendokkan batagor ke dalam mulutnya. Saat ini ia sedang menceritakan bagaimana hari pertama ia bekerja dan boss barunya yang sangat hot itu.
Agni mendengarkan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "gayamu traveling kaya yang tau aja, pacaran aja kamu belum pernah !" Sahut Agni sambil tertawa geli.
"Iiisshhh, jangan rusak haluku," sahut Melisa seraya mencebikkan bibirnya kesal. Ia memang tak pernah mempunyai hubungan khusus dengan lelaki manapun. Bukannya tak ada yang mau, bukan juga karena ia tak mau tapi selama ini Melisa sibuk belajar agar nilainya tak turun. Sebagai mahasiswi yang menerima beasiswa ia harus melakukan itu semua.
"Sebaiknya kamu buang jauh-jauh pikiran mu itu, jangan sampai naksir sama boss mu sendiri. Bakalan ribet nantinya," ucap Agni menasehati.
Melisa yang mendengar itu mengangguk paham namun dalam hati ia berkata lain. "Maaf, telat... Aku udah naksir dia dari pertama kali lihat,"
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉
job desc kak... bukan job desk... masukan dikit boleh yaakk.. 😊
2023-07-16
2
Ris Andika Pujiono
up yg banyak dong kak 🥰🥰🥰
2023-05-06
0
HARTIN MARLIN
lanjut lagi thor ceritanya
2023-02-25
1