"Sungguh? Apa kau sungguh baik baik saja??" tanyanya lagi.
"Iya aku baik baik saja dan aku mengucapkan terima kasih karena kau sudah menolong ku, aku berhutang budi padamu" sahut ku sembari beranjak dari kasur atau ranjang kecil ini.
Aku mulai berjalan menuju ke depan pintu UKS ini, di iringi dengan pikiran ku yang masih banyak menyisakan tanda tanya untuk diriku sendiri. Aku tidak menyangka dan sungguh aku benar benar takjub karena ternyata Tuhan mendengarkan doa apa yang barusaja ku panjatkan padanya.
"Hei.. Kau yakin?!!" kini ia berdiri dari kursinya dan melirik kearah ku yang sekarang sedang memegang ganggang pintu.
"Iya aku baik baik saja, maaf jika sekarang perilaku ku sedang tidak sopan karena sekarang aku harus segera pergi ke kelas dan aku juga ingin berterima kasih karena kau, aku masih punya harapan untuk tetap terus berada di samping ibu ku."
"Apa kau akan membelikan ku ice cream?" tanyanya.
Pertanyaan itu membuat ku kembali melihat kearahnya.
"Apa??".
"Aku bilang, apa kau akan membelikan ku ice cream coklat atau vanila?" tanyanya lagi yang mulai berjalan menghampiri ku.
"Tentu, jika kau menginginkan nya, aku bisa memberikannya padamu."
Kini dirinya berada tepat di depan ku.
"Benarkah? Lalu jika aku ingin berteman denganmu, apakah boleh?" tanyanya lagi.
"Hahahaha kau mengemaskan, tapi maaf 2×2" sahutku yang membuatnya bingung sembari memiringkan sedikit kepalanya ke samping.
"2×2.. Apa maksudnya?".
"2×2 yang artinya maaf aku tidak suka" sahutku yang terakhir sebelum mulai berjalan keluar dan menjauh dari ruangan itu.
Bukan maksud ku untuk bersikap tidak sopan pada orang lain, hanya saja aku berpikir akan lebih baik jika aku tidak memiliki hubungan dengan siapapun untuk sekarang.
****
Hembusan angin di lorong yang sepi ini semakin menyesakan untuk ku, apa tempat seperti ini bisa di sebut dengan sekolah. Suasananya yang amat mencekam seakan akan awan gelap sedang menutupi area sekolah ini.
Di tambah tiupan angin yang menghempaskan helai demi helai rambut ku yang berwarna hitam pekat ini, membuat hatiku semakin amat tertusuk, sudah lama sekali saat terakhir kali aku memotong rambut ku dan sekarang rambut ku sudah sepanjang ini, bagian belakang punggung ku bahkan sudah tertutup karena rambut ini.
"Eun Bin? Kau benar Eun Bin murid dari kelas 12 kan? Bisakah kau membantu Ibu sebentar?" pintanya.
"Iya baik Bu" sahutku sembari menghampirinya yang sedang membawa banyak sekali buku di tangannya.
"Biar saya saja yang membawakan nya Bu."
"Terimakasih Eun Bin."
Dikelas.
Langkah kaki ku yang tidak jauh berada di belakang Ibu Sehyong sembari membawa buku yang bertumpuk ini ternyata mulai menarik perhatian anak anak yang berada di kelas.
"Terimakasih Eun Bin kau bisa duduk ke bangku mu sekarang."
"Baik."
Aku mulai berjalan menuju bangku kosong di pojok kiri di barisan keempat dan mengistirahatkan badan ku sembari duduk dengan posisi yang nyaman di sana.
Mataku kembali menelaah ruangan kelas ini ketika Bu Sehyong sudah mulai memberikan pembelajarannya di depan.
Tapi tiba tiba, seketika mata ku terfokuskan pada sepasang mata yang sudah pernah aku lihat sebelumnya, saat aku berniat untuk menatapnya tanpa sengaja ternyata ia menyadarinya dan membalas tatapan ku yang membuatku langsung memalingkan kembali wajah ku.
"Huhh.. Apa yang ku lakukan!!" ucapku dalam hati.
Pembelajaran kembali berjalan dengan normal sampai tidak terasa sekarang jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, awan sore memang yang terbaik, tidak panas dan tidak terlalu dingin.
Sesaat setelah bel pulang berbunyi, "Eun Bin apa kau mau ikut kami pergi berbelanja lalu setelah itu kami akan pergi ke karaoke."
"Aku? Maaf aku tidak ikut" sahutku sembari memasukan peralatan belajar ku ke dalam tas.
"Apa? Mengapa? Kita akan bersenang-senang ayolah."
"Iya Eun Bin ayolah.. Kami sedang kekurangan orang jadi kau bisa ikut bersama kami jika kau mau" sahut yang lainnya.
"Maaf aku harus segera pulang." aku bergegas meninggalkan kelas dan berlari menuju tangga.
Bagaimana bisa aku mempercayai orang lain sekarang, aku tidak bisa mempercayai siapa pun sekarang, aku harus mengumpulkan bukti dan mencari tahu kebenaran apa yang sebenarnya terjadi pada kematian Chin Sun.
Saat bus terakhir singgah di halte aku segera masuk dan duduk di sana. di balik kaca jendela ini aku dapat melihat tetasan air hujan yang perlahan demi perlahan mulai turun membasahi aspal jalan, tenang dan nyaman. Perasan ini membuatku mulai mengantuk dan tak kuasa untuk menahan kedua kelopak mata ku yang kian semakin meredup ini.
Apa aku bisa merasakan perasaan ini lagi nanti? Apa aku boleh istirahat sebentar? Apa aku masih harus berjuang? Apa aku boleh merasakan hal yang sama seperti yang orang lain bisa rasakan? Apa aku akan baik baik saja sekarang? Apa aku bersalah? Apa aku sanggup menerima tantangan ini.
Pertanyaan demi pertanyaan yang kian muncul di kepala ku ini semakin membuat ku mengantuk, aku tidak sanggup jika harus memikirkan nya terlalu dalam lagi karena aku tahu itu hanya akan membuat ku semakin terluka dan merasakan sesak yang akan jauh lebih sakit dari sebelumnya.
Entah sudah berapa lama aku tertidur di bus ini tapi yang jelas sekarang adalah halte tujuan ku dan aku harus segera turun dari sini.
Saat aku mengangkat kepala ku keatas dan menatap langit untuk sebentar ternyata aku baru menyadari bahwa hujan sudah mulai berhenti, yang artinya aku bisa mulai berjalan untuk sampai ke rumah. Namun, dengan sangat tiba tiba.
"Aghhh" rintihku.
Aku menahan sakitnya genggaman seseorang. Tiba tiba ada sepasang tangan yang meraih ku dari arah belakang yang membuat ku amat sangat terkejut, sosok itu membawa ku berjalan dengan sangat cepat menuju sebuah gang sempit yang tidak jauh dari rumah ku juga.
"K—kau? Apa.. Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan ku!!".
"Diam lah" ucapnya sambil menutup mulut ku dengan tangan kanannya dan menyandarkan ku ke tembok ini dengan posisi yang sangat membuat ku tidak nyaman.
"K—kau gila!! Apa yang kau lakukan?".
"Bukan aku tapi kau" gumamnya yang tidak terlalu keras namun bisa terdengar jelas di telinga ku.
"Apa? Aghh lepaskan aku!!".
Aku menggigit tangannya semampu yang ku bisa, matanya menatap ku sambil terus merintih kesakitan dan aku sendiri pun juga bisa melihat area tangannya yang sebelumnya aku gigit itu mulai menunjukkan perubahan warna.
"Hei apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau menggigit tangan orang lain seperti itu" ocehnya.
"Bukankah kau yang gila sekarang? Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau mengikuti ku!! Hei jawab pertanyaan ku."
Saat aku mengoceh padanya, perilaku nya yang sekarang aku lihat memang menunjukkan keanehan, bahkan saat aku berbicara padanya matanya tidak bisa fokus dan selalu melihat kesana kemari seperti sedang di awasi atau bahkan mengawasi, entahlah aku merasa dia benar benar aneh.
"Hei mengapa kau tidak mendengarkan ku!! Jawab pertanyaan ku!!". Aku yang sudah tidak tahan dengannya mulai menaikkan nada bicaraku.
"Apa kau berniat untuk bunuh diri?" ucapnya yang begitu tiba tiba dengan mata yang sekarang menyorot ku dengan tajamnya dan itu berhasil membuatku terkejut.
"A—Apa?? Kau.. Kau benar benar sudah gila rupanya!!!".
"Apa kau berniat untuk bunuh diri? Apa yang salah denganmu? Dan mengapa kau selalu memikirkan hal hal buruk seperti itu??" sambungnya lagi yang semakin membuat ku tidak habis pikir dengan semua ucapannya yang sangat tidak masuk akal di kepala ku ini.
"Bagaimana mungkin aku berencana untuk membunuh diriku sendiri, apa kau memang sudah gila? Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu pada orang lain."
"Aghh.. Maafkan aku karena telah mengagetkan mu, sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan dengan mu, aku tidak yakin bahwa kau bisa mempercayai nya atau tidak bahkan aku sendiri pun masih berusaha untuk memberanikan diriku agar bisa mengatakan nya sekarang karena aku harus benar benar mengatakan ini sebelum semuanya terlambat" ucapnya yang mulai menekankan setiap kalimatnya.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" .
Aku yang mulai penasaran dengan seketika mulai mencoba mendengarkan ucapannya lebih dalam lagi. Meski di satu sisi ada rasa tidak peduli ku padanya namun di sisi lain ada rasa penasaran ku yang muncul karna ucapan yang barusaja ia lontarkan yang seolah-olah membuatku ingin mendengar lebih banyak lagi apa yang akan di bicarakan nya.
Karena sekarang yang ku lihat adalah ekspresi wajahnya yang menjadi sangat serius itu membuat ku kian penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Arvilia_Agustin
Udah mampir ni ka
2024-06-10
0
Ai
mampir lagi
2024-04-29
0
Lisa Z
tinggalkan jejak dulu ya, nanti aku baca satu satu
2023-11-17
0