Nenek Berpulang

Dalam perjalanan pulang Aruna kembali merasakan cemas. Keringat dingin terus keluar dari keningnya. Dia meremat kedua tangannya saking tegangnya.

"Ya Tuhan... Apa yang terjadi? Kenapa aku secemas ini?" batin Aruna.

Ardiaz walau fokus mengemudi tapi dia sangat menyadari kecemasan Aruna.

"Semua pasti baik-baik saja" kata Ardiaz menenangkan Aruna.

Aruna menganggukkan kepalanya tapi hatinya masih saja merasa cemas.

Perjalanan yang biasanya cepat malah terasa sangat lama bagi Aruna.

Entah kenapa dia takut terjadi sesuatu pada Neneknya.

Sebelum berangkat nenek berpesan pada Aruna untuk berhati-hati dan menjaga diri. Tatapan mata nenek saat mengatakan itu terlihat sangat sedih.

"Ya Tuhan, lindungilah nenek hamba" batin Aruna mendoakan neneknya. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang terjadi pada sang nenek.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang, Aruna tiba dirumah. Di depan rumah dia sudah disambut Bibi Fraya. Tetangga mereka yany sangat baik. Bibi Fraya sudah nampak menangis.

Dia berlari menghampiri Aruna yang baru saja turun dari Ayglo milik Ardiaz.

"Kenapa bi?" tanya Aruna takut-takut.

"Nenek tiba-tiba pingsan, sekarang sedang ditangani dokter di dalam" jawab Fraya sesenggukan.

Deg.

Jantung Aruna bergemuruh hebat. Dia ketakutan cemas dan takut terjadi sesuatu yang buruk pada neneknya.

Aruna berlari dengan kencang ke dalam rumahnya. Ardiaz pun ikut menyusul bersama Fraya.

Di dalam kamar dokter sedang memeriksa keadaan nenek. Aruna bersimpuh di kaki neneknya, dia menggenggam tangan sang nenek berusaha untuk menggunakan Zanna untuk menyembuhkannya. Tapi terlambat. Baru saja Aruna menggenggam tangan sang nenek. Neneknya sudah berpulang. Nenek seolah menunggu kehadiran cucunya sebelum dia menghembuskan nafas terakhir.

Tubuh Aruna menegang.

"Nenek" teriaknya cukup kencang.

Walau dokter belum mengatakan kalau sang nenek sudah meninggal. Dia sudah tau kalau neneknya telah berpulang melalui Zanna yang dia miliki.

Sang dokter menatap iba pada Aruna. Dia sangat mengerti perasaan Aruna saat ini.

Aruna sudah terduduk sambil menangis tersedu-sedu.

"Nenek...." Aruna menangis sambil terisak.

Ardiaz turut merasakan sakit yang Aruna rasakan. Dia mendekati Aruna dan memeluk sahabat baiknya itu.

"Nenek... Hu...hu...." Aruna terus saja menangis. Dia sebatang kara sekarang. Selama belasan tahun hanya hidup dengan sang nenek yang bekerja siang dan malam untuk menghidupi sang cucu.

Fraya meluruhkan tubuhnya. Dia tidak menyangka kalau Nenek akan berpulang secepat ini. Dia sudah menganggap nenek seperti Ibu kandungnya sendiri.

Dokter kembali memeriksan keadaan nenek.

"Maaf tapi nenek sudah tiada" kata sang dokter.

Aruna kembali menangis. Rasanya seluruh dunia membenci dirinya. Pertama orang tuanya yang meninggal secara misterius, dan sekarang sang nenek yang baik-baik saja lalu tiba-tiba saja meninggal dunia. Aruna mengira ini adalah kutukan dari Tuhan karena Aruna memiliki kekuatan Zanna yang harusnya dia tidak miliki. Sebagai gantinya dia harus kehilangan orang-orang yang dia sayangi.

Setelah mengucapkan belasungkawa sang dokterpun meninggalkan kediaman Aruna.

Ardiaz masih memeluk tubuh Aruna. Dia juga sama sedihnya. Selama berteman dengan Aruna , nenek memperlakukannya dengan baik. Dengan keterbatasan yang dimiliki tetapi nenek tetap menjamu Ardiaz dengan baik saat bertamu kesini. Nenek juga sering memberikan petuah-petuah dan saran bila Ardiaz mengalami masalah dengan keluarganya.

Keluarga Ardiaz memang dari kalangan kelas atas. Ayah Ardiaz menjadi asisten pribadi Qabil di kota Galen sedangkan Ibunya merupakan anak dari Qabil dari kota Laiz. Jumlah kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Ardiaz memang tidak terhitung jumlahnya.

Ardiaz sering diperlakukan tidak baik oleh Ayahnya karena Ardiaz sering membangkang. Ayah Ardiaz ingin anaknya juga seperti dirinya menjadi abdi negara. Sedangkan Ardiaz lebih senang menjadi pebisnis daripada abdi negara. Perbedaan cara berpikir itulah yang membuat dia dan Ayahnya sering berselisih paham. Neneklah yang sering menasehati Ardiaz untuk lebih memahami orang tuanya dan lebih penurut.

Dan sekarang orang yang seling membimbingnya pun telah berpulang. Dia yang bukan siapa-siapanya saja merasa sangat sedih, apalagi Aruna yang hanya memiliki nenek dalam hidupnya. Sangat hancur perasaan Aruna.

"Aku sendiri Diaz...aku tidak punya siapa-siapa" kata Aruna sambil terisak. Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana perasaan Aruna saat ini.

"Kamu tidak sendiri, ada aku. Aku akan selalu ada buat kamu" kata Ardiaz berusaha menghibur sahabat baiknya itu. Suka duka sudah mereka lalui selama 3 tahun berteman dan Ardiaz berjanji akan selalu menjaga Aruna. Baginya Aruna adalah keluarga yang harus dia lindungi.

Setelah bisa sedikit mengontrol luka batinnya, dengan dibantu oleh Fraya dan Ardiaz, Aruna melakukan pemakaman untuk nenek sesuai adat Galen.

Mayat Nenek akan dibakar kemudian abunya ditabur ke laut.

Tetangga dan pemuka agama membantu proses pemakaman nenek yang penuh dengan air mata. Walau sudah menunjukkan pukul 8 malam tapi proses pemakaman tetap dilaksanakan.

"Jangan menangis. Nenek akan berat meninggalkanmu dan akan memerlukan waktu lama untuk proses pembakaran" kata Ardiaz. Mereka sudah berdiri tidak jauh dari tubuh nenek yang sudah dibakar menggunakan alat khusus.

Dia memeluk tubuh Aruna yang tidak berhenti menangis. Kalau bisa kering, mungkin air mata Aruna sudah sangat kering karena dari tadi sore terus menangis.

Selama kurang lebih satu jam proses pemakaman itu telah berakhir. Sekarang tinggal Aruna, Ardiaz dan Bibi Fraya yang duduk di atas Ayglo tengah menabur abu nenek di atas laut.

"Maafkan aku nek selama ini belum bisa menjadi cucu yang baik. Semoga nenek mendapat tempat terbaik disisi Tuhan" kata Aruna sambil menabur abu nenek dengan perlahan.

Selesai penaburan abu mereka pun kembali ke rumah Aruna.

"Tidurlah. Aku akan disini sampai kamu tidur" kata Ardiaz saat sudah sampai di depan rumah Aruna.

Aruna menggeleng.

"Aku tidak apa-apa. Kamu pulanglah. Kamu pasti capek. Aku bisa sendiri" Aruna berusaha tersenyum menunjukkan kalau dia baik-baik saja di depan Ardiaz.

"Bibi yang akan menemani Aruna malam ini, kamu tidak perlu khawatir" Fraya berucap karena paham bagaimana perasaan Ardiaz.

Ardiaz pun mengangguk.

"Aku pulang ya" pamit Ardiaz sambil mengelus rambut Aruna dengan sayang. Aruna pun mengangguk dan berusaha tersenyum. Dengan berat hari Ardiaz pun meninggalkan rumah Aruna menuju Ayglo nya terparkir. Saat hendak masuk ke dalam Ayglo miliknya, Aruna setengah berlari menghampiri Ardiaz.

"Diaz... Terima kasih banyak" kata Aruna yang sudah berdiri dibelakang Ardiaz.

Ardiaz membalik tubuhnya. Dia perhatikan wajah Aruna yang nampak pucat itu, walau dia berusaha tersenyum tapi nampak jelas kesedihan di raut wajahnya.

Ardiaz mendekat dan memeluk sahabatnya.

"Kamu kuat, kamu pasti bisa hadapi ini semua. Aku akan selalu ada buat kamu" kata Ardiaz masih dengan memeluk tubuh Aruna.

Aruna kembali menangis dipelukan Ardiaz. Aruna tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya kalau tanpa Ardiaz.

"Terima kasih Ardiaz" kata Aruna terisak.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

pluto stbl

pluto stbl

aku ikut sedih

2022-11-26

0

lihat semua
Episodes
1 Pulau Osmond
2 Sehari Bersama Diaz
3 Sehari Bersama Diaz (2)
4 Nenek Berpulang
5 Andrea
6 Ardiaz
7 Ardiaz Menghilang
8 Patah Hati
9 Selamat
10 Selamat Tinggal
11 Selamat Tinggal (2)
12 Menghilang
13 Menjelaskan
14 Marahnya Harmony
15 Tak Bisa Marah
16 Davina dan Arsenio
17 Bertemu Ardiaz
18 Zanna
19 Berpisah lagi
20 Arsenio Berubah
21 Seperti Biasa
22 Baron
23 Lulus
24 Merayakan
25 Pindahan
26 Ketahuan
27 Ada Syaratnya
28 Resmi
29 Mana kamar ku?
30 Pengantin Baru
31 Ciuman Pertamaku
32 Bingung
33 Panggil Aku Nio
34 Entah apa namanya
35 Hari Pertama
36 Tugas
37 Dijemput
38 Jangan-Jangan
39 Kamu cemburu?
40 Menjelaskan
41 Maaf
42 Saudara
43 Sejak kapan?
44 Bertemu Ardiaz
45 Bertemu Ardiaz (2)
46 Marah
47 Mengakhiri hubungan
48 Menyalahkan
49 Istri
50 Taman Usha
51 Ushi
52 Fakta Baru
53 Satu kesempatan
54 Jelaskan padaku
55 Pengirim Surat Digital
56 Mencari Mario
57 Tidak menemukan
58 Pasrah
59 Mencari tau
60 Menghilang
61 Memohon
62 Semoga Bertemu
63 Team Elang
64 Rindu
65 Maafkan Aku
66 Demam
67 Pesisir Pantai
68 Ushi sakit
69 Bertemu Ushi
70 Penolakan
71 Jatuh Cinta
72 Pemilihan Kapten
73 Kenapa?
74 Ikhlas
75 Sama saja
76 Serangan mendadak
77 Runtuh
78 Bagi tugas
79 Tak Diduga
80 Tidak menyangka
81 Perayaan
82 Hari Bahagia
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Pulau Osmond
2
Sehari Bersama Diaz
3
Sehari Bersama Diaz (2)
4
Nenek Berpulang
5
Andrea
6
Ardiaz
7
Ardiaz Menghilang
8
Patah Hati
9
Selamat
10
Selamat Tinggal
11
Selamat Tinggal (2)
12
Menghilang
13
Menjelaskan
14
Marahnya Harmony
15
Tak Bisa Marah
16
Davina dan Arsenio
17
Bertemu Ardiaz
18
Zanna
19
Berpisah lagi
20
Arsenio Berubah
21
Seperti Biasa
22
Baron
23
Lulus
24
Merayakan
25
Pindahan
26
Ketahuan
27
Ada Syaratnya
28
Resmi
29
Mana kamar ku?
30
Pengantin Baru
31
Ciuman Pertamaku
32
Bingung
33
Panggil Aku Nio
34
Entah apa namanya
35
Hari Pertama
36
Tugas
37
Dijemput
38
Jangan-Jangan
39
Kamu cemburu?
40
Menjelaskan
41
Maaf
42
Saudara
43
Sejak kapan?
44
Bertemu Ardiaz
45
Bertemu Ardiaz (2)
46
Marah
47
Mengakhiri hubungan
48
Menyalahkan
49
Istri
50
Taman Usha
51
Ushi
52
Fakta Baru
53
Satu kesempatan
54
Jelaskan padaku
55
Pengirim Surat Digital
56
Mencari Mario
57
Tidak menemukan
58
Pasrah
59
Mencari tau
60
Menghilang
61
Memohon
62
Semoga Bertemu
63
Team Elang
64
Rindu
65
Maafkan Aku
66
Demam
67
Pesisir Pantai
68
Ushi sakit
69
Bertemu Ushi
70
Penolakan
71
Jatuh Cinta
72
Pemilihan Kapten
73
Kenapa?
74
Ikhlas
75
Sama saja
76
Serangan mendadak
77
Runtuh
78
Bagi tugas
79
Tak Diduga
80
Tidak menyangka
81
Perayaan
82
Hari Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!