“Mah, Dad, aku berangkat dulu yah. Sudah siang, taksi onlineku sudah datang.”
Davina yang baru datang langsung menyambar roti isi yang tersedia di meja dan tak lupa menyeruput susu coklat kesukaannya hingga tandas. Setelah gelas itu kosong, ia lalu mencium Aberlie dan juga Bram yang tak lain adalah Mamah dan Daddynya.
“Habiskan dulu makananmu, Sayang,” sahut Aberlie yang sudah tak heran lagi dengan kelakuan putrinya yang berbanding terbalik dengan putranya yang notabenenya saudara kembar dari Davina.
Davina memiliki saudara kembar laki-laki bernama Devano Hanoraga yang berperan sebagai kakaknya. Devano sangat tampan, tapi sifat dan sikapnya sangat dingin sama seperti Daddynya, Bram Hanoraga. Devano sangat mencintai kerapian, semua miliknya harus terlihat sempurna dan tak boleh terlihat berantakan sedikit pun.
Saat ini Devano berkuliah di Harvard University businiss school yang berada di Amerika Serikat (AS). Bram meminta putranya itu untuk melanjutkan studynya di negeri paman Sam tersebut. Sebab, Devano adalah ahli waris atas dirinya kelak, sedangkan Davina menolak untuk bekerja kantoran seperti Daddynya, ia lebih suka menjadi karyawan paruh waktu sebagai pelayan di Cafe milik sang Mamah.
“Taksiku sudah menunggu, Mah. Aku pamit yah, bye. Muah... muah.” Davina pergi setelah mencium tangan dan juga pipi kedua orang tuanya sambil masih mengunyah dan membawa roti isinya.
Taksi onlinenya sudah menunggu di perempatan jalan yang tak jauh dari mansion tempatnya tinggal. Sopir taksi hanya mengetahui kalau gadis yang selalu menjadi langganannya tersebut adalah seorang asisten rumah tangga yang bekerja untuk biaya kuliahnya. Sebab, Davina memang mengatakan demikian pada semua orang yang bertanya siapa dirinya jika keluar dari mansion mewah tersebut.
Hanya orang-orang yang bekerja di Cafe Mamahnya saja yang mengetahui kalau dirinya putri dari Aberlie, tapi tidak yang lain. Namun, Davina meminta semua karyawan sang Mamah untuk tak mengatakan pada orang lain jika dirinya putri pemilik Cafe dan juga pemilik perusahaan berlian nomor satu di kota X.
“Pak, jalan yah,” ucap Davina saat ia sudah berada di dalam mobil, Davina duduk di kursi depan samping pak sopir, ia mengambil napasnya panjang dan menghembuskannya kasar karena ngos-ngosan.
“Terlambat lagi yah, Neng?” tanya sopir taksi yang sudah melajukan mobilnya.
“Iya nih, Pak. Maklumlah yah, namanya juga pelayan, jadi harus mengerjakan pekerjaan dulu baru bisa berangkat kuliah,” sahut Davina berbohong padahal ia terlambat bangun, ia masih mengatur napasnya sambil memakan roti isi yang tadi ia bawa saat keluar rumah.
“Semangat yah, Neng. Nanti kalau sudah lulus juga pasti bisa kerja yang enak kok,” timpal Pak sopir memberi Davina semangat.
“Hehe, makasih yah, Pak. Ini juga sudah enak kok, kalo pulang kuliah kan kerja di Cafe milik Ibu, yah biarpun jadi pelayan juga sih, hehehe.” Davina terkekeh garing dengan sandiwaranya yang selalu ia tutupi jati dirinya, karena ia tak ingin memiliki sahabat yang hanya memandang orang dari kedudukan dan materi saja. Sikap dan sifat Davina menurun dari Aberlie, sang Mamah.
Mobil berhenti di depan gerbang kampus tempat Davina berkuliah. Ia turun setelah memberikan ongkos taksinya. Davina berjalan menuju kelasnya karena memang ia tak pernah berkumpul dengan teman-teman lainnya kecuali dengan Boy, Dan dan Riris, teman sedari kecilnya yang tak lain anak dari sahabat Mamah dan Daddynya.
“Woi, ngelamun ajah kamu, kesambet loh nanti.” Boy yang baru datang menggebrak meja depan Davina membuatnya terkejut.
“Astaga, kamu yah ngagetin aku ajah, kalo aku jantungan bagaimana coba,” dengus Davina kesal dengan tingkah tengil sahabatnya itu.
“Kalo jantungan yah tinggal dibawa ke rumah sakit Papahku ajah, beres kan,” sahut Boy dengan entengnya. “Eh, si Riris mana? Kok belom dateng?” sambungnya bertanya ke mana teman satunya lagi.
“Au, belom dateng kali dia. Coba deh kamu telepon dia,” jawabnya memberi titah dan anehnya langsung dijalani oleh pria tengil yang selalu tak bisa diam tersebut.
Boy merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih miliknya. Saat ia akan menghubungi sahabat satunya, ternyata Riris baru saja sampai. Gadis feminin tersebut datang dengan ngos-ngosan seperti habis lari maraton.
“Sorry gaes, aku terlambat. Bangun kesiangan tadi, dan parahnya Mommy dan Daddy malah belum bangun juga,” ucapnya dengan napas yang tersengal-sengal.
“Ah, Tante sama Om mah sudah gak aneh kalo jam segini belom bangun. Kayak gak tahu saja bagaimana santainya mereka,” sahut Davina dengan santai.
Tak lama jam mata kuliah dimulai, mereka mendengarkan penjelasan dosen dengan seksama agar nantinya dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen tersebut. Sekitar jam sebelas lewat, mata kuliah selesai. Davina bersama dengan Boy dan juga Riri keluar menuju kantin kampus untuk makan siang.
“Hai, Dan. Udah lama?” sapa Boy duduk di sebelah cowok berkacamata yang juga teman mereka sedari kecil bernama Dan sambil membawa semangkuk bakso ditangannya.
Dan tak satu jurusan dengan Davina, Riris dan juga Boy, karena ia mengambil jurusan kedokteran. Berbeda dengan Boy yang notabenenya anak seorang dokter dan pemilik rumah sakit malah tak ingin mengambil jurusan kedokteran. Boy lebih tertarik dengan kuliner sama seperti Davina dan Riris, mereka bertiga bercita-cita untuk mendirikan resto mewah bintang lima miliknya sendiri suatu saat nanti.
“Baru mau nyaplok nih,” sahut Dan sambil memakan makanan empat sehat lima sempurnanya.
“Vina sama Riris mana?”
“Tuh lagi nunggu mie ayam mereka,” tunjuk Boy dengan dagunya dan Dan pun menoleh pada kedua gadis sahabatnya.
Tak lama kedua gadis tersebut datang membawa makanan dan minuman mereka duduk bergabung bersama dengan dua pria tertampan di kampusnya.
“Kalian itu suka sekali makan makanan yang mengandung banyak lemak dan gak sehat seperti itu, coba sekali-kali makan sayuran dan minum susu pasti kalian akan selalu sehat.” Dan menggelengkan kepalanya saat melihat menu makanan ketiga sahabatnya.
“Favorit kita kan berbeda, Dan. Kalo kamu suka makan makanan sehat dan bergizi, kalo kita yah senangnya makan makanan seperti ini, rasanya tuh kalo gak makan begini gak Indonesia banget,” sela Davina sambil menyeruput es jeruknya.
“Sudah makannya gak sehat, minumnya dingin lagi, nanti yang ada lemaknya bakalan menumpuk ditubuh kamu loh,” sahut Dan tanpa kesal sama sekali karena yang dinasihati malah berkilah.
“Tenang saja, nanti aku olah raga kok,” sahut Davina kembali, ia memang suka sekali ngegym saat sore hari setiap hari minggu. Sedangkan Riris dan Boy hanya asyik menikmati makanan mereka tanpa menggubris Davina dan Dan berbicara. Dan memang sangat perhatian terhadap teman-temannya.
“Yah terserah kamu deh,” akhirnya ujung-ujungnya Dan akan kalah jika Davina sudah membuka suaranya membela diri.
Mereka makan makanan favorit mereka dengan sesekali bercanda dan tertawa membicarakan sesuatu yang seru menurutnya.
...
jangan lupa like, komen, vote, rate lima, fav da hadiahnya yang bayak yah🙏😊
Salam hangat dariku
Tetap somplak dan jangan waras, oke
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Arie Chrisdiana
thor bgmn kbrnya si Aliva dan Aron ya, apakah ada kisah lanjutannya thor????
2023-10-30
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
seneng kl punya sahabat yg pengertian sama kita 🤗🤗🤗
2023-07-15
1
mekha_chan
mampir lagi nih thor 🤭🤭
2022-12-01
1