Ibukota Kerajaan Meeden

Keluar dari Hutan mori, tujuan Meiga tidak langsung ke ibukota kerajaan Meeden melainkan kampung halamannya. Itu adalah wilayah yang sangat subur sebelumnya.

Namun entah apa yang terjadi setelah insiden tersebut, yang pasti telah membuat perubahan besar pada lingkungan sekitarnya.

Itu hanyalah desa yang ditinggalkan, dengan tanah gersang sebagai pijakannya. Meiga menelusuri seluruh sudut desa itu sambil mengingat kejadian tersebut. Apa yang dikatakan pak tua Son saat itu juga masih diingat jelas olehnya.

“Dasar pak tua Son. Aku tahu kau hanya ingin memanfaatkan diriku waktu itu. Sejujurnya aku memang membencimu, tapi mereka sama sekali tidak bisa dimaafkan. Tidak peduli jalan apa yang akan kuambil, kau tidak akan mengeluh kan?” Gumamnya sambil meratapi masa itu.

Perjalanan berlanjut, Meiga memastikan, lokasinya melalui peta khusus yang diberikan oleh Rose kepadanya.

Pada saat perjalanan ke timur, ditengah jalan dia menemukan desa yang bernasib sama dengan desanya.

“Sudah kuduga, ksatria suci hanyalah sekumpulan sampah. Bahkan setelah kejadian itu, bagaimana bisa ada desa lagi yang menjadi korban. Lucu sekali.” Sambil menertawakan para ksatria suci dalam hati, dia melanjutkan perjalanannya.

Bagaimanapun perjalanan ke kerajaan tidaklah singkat tanpa sebuah kendaraan. Semakin sering berhenti , maka akan semakin lama dia sampai ke ibukota kerajaan Meeden.

Siang dan malam seling berganti, namun Meiga tidak kunjung sampai di ibukota. Dia mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Bersandar di bawah sebuah pohon oak, dan mulai terletak disana.

Dibawah pohon yang amat rindang, diiringi dengan kicauan burung dan angin yang sepoi-sepoi, menjadikan tempat itu nyaman untuk beristirahat.

Tapi itu hanyalah istirahat yang singkat. Sebuah teriakan membangunkan tidur Meiga. Sebuah rombongan pedagang kecil terlihat sedang dikepung oleh sekumpulan monster roh jahat. Goblin rider, seperti itulah manusia menyebut jenis monster itu.

Memang goblin hanyalah monster roh jahat yang lemah. Tapi karena mereka selalu berkelompok, itu membuat mereka menjadi merepotkan.

Apalagi dalam kasus ini yang menghadang bukanlah goblin biasa, tapi goblin yang menjinakkan serigala untuk berburu. Hanya dengan beberapa orang petualang kelas bawah sebagai pengawal tidaklah cukup.

Mengetahui hal itu, terbesit sesuatu dibenak Meiga. Jika dia bisa menyelamatkan mereka, mungkin saja dia akan mendapatkan tumpangan menuju ibukota.

“Tetap waspada! Jumlah mereka terlalu banyak, tidak akan mudah menghadapinya jika hanya kita berlima.” Ucap Clair, sang penyihir yang menjadi ketua dari 5 petualang yang mengawal pedagang.

“Clair benar. Walaupun goblin tidak terlalu kuat, jumlah dan dire wolf mereka sangat merepotkan.”

“Selain itu mengapa begitu banyak dari mereka yang bisa sampai disini?” tanya sang ketua rombongan dengan heran.

“Mereka bergerak! Fat, hadang mereka! Lily, berikan efek penguat kepada fat, Re dan Fe terobos formasi mereka!”

“Laksanakan, ketua!”

Clair sudah memimpin mereka dengan sangat baik dan formasi bisa diterobos, namun setelah menerobos apa yang akan mereka lakukan. Itu hanya membuat mereka masuk ke dalam kepungan. Lagipula lawan mereka adalah 27 goblin rider. Tentunya itu bukanlah sesuatu yang bisa dihadapi mereka.

Satu persatu dari mereka mulai terkena serangan. Kepanikan mulai muncul di hati mereka karena situasi yang telah berbalik. Serangan goblin mungkin masih bisa mereka tahan, namun para direwolf adalah monster yang melebihi perkiraan mereka.

“Clair apa yang harus kita lakukan?”

“Tidak ada yang bilang lo, kalau ada monster sekuat ini disini!”

“Clair perintahmu?”

Ketakutan mulai mengusai Clair. Sebagai ketua dia telah gagal. Kehilangan ketenangan dalam perang hanya akan mengantarkan rekan pada kematian.

“Aarhh!” teriak salah seorang gadis rombongan yang ditangkap oleh para goblin.

“Hee, mungkin sudah waktunya bagiku untuk mencari tumpangan ke ibukota.” Sambil meregangkan tubuhnya Meiga berjalan menuju tempat keributan itu.

“Yoo, para monster jelek. Beraninya kalian mengganggu tidur siangku. Kuharap kalian bisa menanggung akibatnya.”

Semua orang disana terkejut dengan kemunculan Meiga. Namun disisi lain mereka juga menemukan harapan.

Menyadari keberadaan Meiga para goblin mulai bergerak menyerangnya. Lalu dengan unique skilk material creation, Meiga menciptakan beberapa belati dan mulai menyerang para goblin.

Sebuah belati yang dilapisi elemen petir dilempar Meiga dengan tepat sasaran. Mengenai para monster itu satu persatu. Namun menggunakan trik itu saja tidak akan cukup.

Dengan metode yang sama, Meiga mengeluarkan sebuah pedang dari item box dan melapisinya dengan elemen petir. Serangan demi serangan diluncurkan oleh Meiga, namun jika bukan skill area tetap akan sulit untuk melawan mereka.

“Merepotkan sekali, terpaksa aku harus menggunakan itu. Paralized Lightning. Dengan ini akan kuakhiri, Moon Slasher.” Sebuah tebasan bertubi-tubi dikeluarkan Meiga dengan sekali tebas. Itu adalah sub skill dari teknik berpedang miliknya, Moon Slasher.

“Kalian tidak apa bukan?”

“Terima kasih telah menyelamatkan kami. Aku Roni, ketua rombongan ini. Anda adalah?”

Meiga terhenti sejenak, tanpa alasan khusus dia merasa membeberkan nama aslinya adalah hal yang tidak baik. Karena itu dia memutuskan untuk menyamarkan namanya dengan mengambil huruf belakang nama depannya.

“Aku Ola.”

“Karena anda telah menyelamatkan kami, mungkin ada hal yang bisa saya lakukan untuk membalas anda tuan Ola?”

“Tuan? Ah, jangan memanggilku seperti itu pak Roni, cukup panggil aku Ola saja. Ngomong-ngomong kalau untuk bantuan, untuk sekarang yang kebutuhan adalah tumpangan ke ibukota.”

“Ah, ibukota ya. Pas sekali tujuan kita sama. Tentu saja, silahkan naik ke kereta kami.”

“Heh, kalau begitu aku tidak akan sungkan.” Tanpa basa-basi Meiga langsung masuk ke kereta dan melanjutkan tidur siangnya.

“Pak Roni, apakah ini akan baik-baik saja? Dilihat dari manapun orang ini mencurigakan lo.”

“Entahlah Clair, tapi jika bukan karena kalian yang gagal menghadapi para goblin rider itu, tidak mungkin aku akan melakukan ini bukan?”

“Ahaha, kau benar pak Roni.” Clair yang tersipu malu mendengar tanggapan pak Roni, mundur pelan-pelan ke posisinya semula.

Semua barang yang berantakan akibat keributan singkat itu telah dibereskan, perjalanan pun mulai berlanjut.

Hari telah menjelang malam, tapi mereka sudah sampai di ibukota. Pak Roni membangunkan Meiga yang tengah tidur di keretanya, dan mengarahkannya ke kediamannya untuk menyantap makan malam dan beristirahat disana.

“Ini enak sekali. Apa nama masakan ini pak Roni?” Reaksi heboh Meiga membuat anggota rombongan heran. Tidak hanya itu, sebuah makanan terkenal itu bagaimana bisa dia tidak mengetahui namanya.

“Ola, apa kau serius tidak mengetahui nama makanan ini?” tanya fat dengan heran.

“Heh, apakah ini makanan yang begitu terkenal?”

“Hahahaha, itu benar tuan Ola. Namanya adalah rendang. Makanan ini telah menduduki posisi teratas sejak kakek buyutku menciptakan makanan ini dulu.”

“Hee, begitu ya. Ngomong-ngomong pekerjaan pak Roni itu apa sih sebenarnya? Kupikir tadinya adalah seorang pedagang keliling. Tapi sampaikan disini, malah menunjukkan sebuah restoran.”

“Hahaha, aku hanya seorang pebisnis biasa. Apapun yang berbau uanglah yang membuatku bekerja keras.”

“Oh iya, ini adalah ibukota bukan. Ini pertama kalinya aku kemari. Apakah pemandangan kota saat malam hari terlihat dengan jelas?” Tanya Meiga penasaran.

“Yang benar saja kau Ola? Jangan bilang kau menguasai teknik bertarung seperti itu tanpa bersekolah di akademi?”

“Entahlah, tidak semua orang harus bersekolah di akademi kan untuk menjadi kuat?”

“Itu juga benar sih. Lalu kalau membicarakan kota pada malam hari, kurasa tidak ada yang menarik.”

“Kurasa itu tidak benar tuan Clair.” Salah seorang gadis anggota rombongan menyela perbincangan mereka.

“Jadi kau ingin bilang bahwa ada tempat yang menarik untuk dilihat dimalam hari di ibukota?”

“Itu benar tuan Ola, jika anda berkenan saya bisa menunjukkannya kepada anda.”

“Wah, serius?”

“Silahkan lewat sini!”

Mereka menuju ke lantai ketiga kediaman pak Roni. Itu adalah pemandangan yang luar biasa. Gemerlap cahaya memenuhi seluruh sudut kota, gedung-gedung yang tinggi terlihat dengan cahaya bulan membuatnya terlihat seperti memiliki aura yang misterius.

Bagi orang lain itu mungkin adalah hal yang biasa, namun bagi Meiga itu adalah pengalaman yang sangat menakjubkan. Dia yang tidak pernah mengenal dunia luar, entah kenapa merasa bahwa dirinya telah terlahir kembali ke dunia yang berbeda. Itu adalah pesona malam ibukota kerajaan Meeden.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

visual gambarnya 👌 ok

2022-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!