Chapter 5

"Aku terlalu egois untuk memiliki anak dan pasangan." ucap Tara.

"Jadi bagaimana kamu menghindari cinta dan berkencan?" tanya Tari penasaran.

Tara melirik ke arah Tari dengan senyuman tipis di wajahnya. "Mudah saja, ada banyak gadis-gadis cantik dan sexy yang siap memuaskanku kapan pun aku mau. Itu kan maksud dari pertanyaanmu? Bagiku cinta hanyalah beban."

'Andai aku bisa memandang cinta seperti itu, tentu hidupku akan mudah,' batin Tari. "Aku iri padamu, karena aku punya mimpi dan harapan akan adanya pria ideal yang sesuai dengan standarku yang akan menjadi pendamping hidupku. Aku menunggunya entah sampai kapan." ucap Tari.

"Sebaiknya kau mencoba metodeku," ucap Tara.

"Metode apa?"

"Kencan satu malam." Tara mengangkat alisnya seolah-olah sedang mengundang Tari.

"Aku tidak bisa tidur dengan pria yang baru aku kenal dan tanpa hubungan apa pun." Tari mengatakannya dengan terus terang.

Tara menghela nafas panjang, kemudian ia terlentang. "Jadi kamu bukan tipe gadis yang seperti itu ya?" ucap Tara.

Tari mendengarnya seperti ada nada kekecewaan pada kalimat yang di lontarkan oleh Tara dan Tari mengerti akan kekecewaan Tara.

"Kalau kau tidak ingin tidur dengan seseorang yang baru saja kau kenal.." mata Tara menatap mata Tari kembali. "Lalu sejauh mana yang kamu mau dan yang kau perbolehkan?"

Tari tak punya jawaban untuk itu, ia berguling terlentang karena cara Tara menatapnya membuatnya ingin berfikir ulang soal kencan satu malam dan membuat Tari tak begitu menentang soal kencan satu malam, ia hanya belum pernah di ajak melakukannya oleh seseorang yang menurutnya layak untuk di pertimbangankan.

'Apakah Tara benar-benar mengajakku berkencan?' batin Tari, ia benar-benar terlalu mudah untuk di rayu.

Tara mengulurkan tangannya, menyambar sudut tempat duduk Tari. Dengan satu gerakan, ia menyeret kursi Tari mendekat hingga membentur kursinya.

Seluruh tubuh Tari berubah menjadi kaku. Tara begitu dekat dengannya, hingga Tari bisa merasakan hangat nafas yang menyibak udara dingin malam itu. Kalau Tari menoleh ke arah Tara, wajahnya tentu hanya beberapa centimeter dari wajah Tari, sehingga Tari memilih untuk tidak menatap Tara, karena kalau itu di lakukannya, kemungkinan Tara akan mencium bibirnya.

Perlahan Tara meletakan tangannya di perut Tari. "Sejauh mana yang kamu mau Tari?" suara Tara terdengar sangat halus dan lembut di telinga Tari.

"Entahlah," bisik Tari.

Jari jemari Tara perlahan mulai merayap ke tepi kemeja hitam yang di kenakan Tari, jari itu kian naik, sampai perut Tari tersingkap. "Astaga," bisik Tari, ia merasakan hangatnya tangan Tara yang menyusup dan mengelus perut Tari dengan lembut.

Ini benar-benar berlawanan dengan akal sehatnya, Tari menoleh ke arah Tara dan menatap matanya yang berbinar dan membuat Tari terpukau akan ketampanan Tara. Tara tampak penuh harap, begitu menginginkan yang lebih dari sentuhan itu.

Tara menggigit bibir bawahnya, saat tanganya mulai naik ke dadanya. Tari tahu, ia pasti merasakan degub jantungnya yang berdetak dengan hebatnya, atau bahkan ia bisa mendengar detakannya.

"Apa ini terlalu jauh Tari?" tanya Tara.

Tari yang terhipnotis oleh Tara, menggelengkan kepalanya dan menjawab "Sama sekali tidak." ucap Tari.

Sembari tersenyum, jari jemari Tara menyusup ke dalam bra hingga bra tersebut sedikit bergeser, menggelitik ringan di kulit Tari.

Begitu Tari memejamkan matanya, bunyi dering handphone yang masuk, mengoyak keheningan malam. Tangan Tara berubah menjadi kaku, sesaat Tara dan Tari saling memandang dan menyadari jika itu bunyi handphone Tara.

Tara menjatuhkan keningnya di bahu Tari. "Brengs*k." Tara langsung mengeluarkan tangannya keluar dari bra dan pakaian Tari, kemudian ia merogoh saku dan mencari handphonenya.

Tara berdiri dan sedikit menjauh dari Tari untuk menerima panggilan itu. "Ada apa Chris?" ujar Tara. Ia mendengarkan dengan seksama apa yang di sampaikan oleh sekretarisnya dari seberang telepon, Tara mencengkram tengkuk. "Bukankah jadwal meetingku dengan Pak Alex besok siang?" tanya Tara. Hening kemudian di susul dengan "Okay, lima belas menit lagi aku sudah di sana. Aku berangkat sekarang!"

Tara menyudahi pembicaraannya dan mengantongi handphonenya kembali. Saat berbalik menghadap Tari, ia agak nampak sedikit kecewa. Tara menunjuk ke arah pintu yang mengarah keluar dari rooftop. "Aku harus...

"It's okay." jawab Tari.

Tara memandangi Tari sejenak, kemudian mengangkat jari telunjuknya "Jangan bergerak!" ia kembali mengeluarkan handphonenya dari sakunya, seolah ingin memotret Tari.

Tari hampir saja protes, namun ia menyadari jika dirinya memakai pakaian lengkap, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Tara memotret Tari yang masih berbaring di kursi santainya. Tari sendiri tak tahu apa rencana Tara dengan foto dirinya, tapi Tari cukup senang di potret oleh Tara, karena itu berarti Tara merasa jika dirinya cukup penting untuk di ingat.

Tara menatap foto Tari di layar handphonenya selama beberapa detik sembari tersenyum, hingga membuat Tari sedikit tergoda untuk membalas memotretnya, namun Tari mengurungkan niatnya, ia merasa tak perlu menyimpan wajah seseorang yang tak akan pernah di jumpainya lagi.

"Senang bertemu denganmu, Dia Tarisma Jingga. Semoga kau bisa menggapai semua mimpi-mimpimu."

Tari tersenyum, sedih sekaligus bingung dengan pria yang baru saja di kenalnya ini. Rasanya Tari belum pernah menghabiskan waktu bersama dengan orang seperti Tara, seseorang yang gaya hidup dan status sosialnya benar-benar berbeda dengan Tari, ia berfikir mungkin dirinya takan pernah menjumpai sosok pria seperti ini.

Tara terlihat seolah bimbang antara desakan untuk mengatakan sesuatu kalimat lagi pada Tari dan keinginan untuk segera pergi menemui sekretarisnya. Ia melirik Tari untuk yang terakhir kalinya, dengan jelas Tari bisa melihat guratan garis kekecewaan di bibir Tara, sebelum akhirnya pria itu berbalik dan melangkah ke arah berlawanan. Tara membuka pintu dan Tari bisa mendengar bunyi langkah ketika Tara menuruni tangga.

Dan akhirnya Tari sendirian lagi di rooftop, tapi herannya sekarang ia justru merasa agak sedih.

Terpopuler

Comments

Khairul Azam

Khairul Azam

aduh dududu mbak tariii Baru kenal udah mau aja diraba"

2024-08-27

0

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

Buset baru bertemu sekali sudah mau Tari dibegonoin🤭

2022-12-19

3

⏤͟͟͞R ⸙ᵍᵏℰℒℒᎽhiatus✰͜͡w⃠

⏤͟͟͞R ⸙ᵍᵏℰℒℒᎽhiatus✰͜͡w⃠

aksi Tara cukup berani buat seorang cowok yang baru bertemu orang asing yang baru di kenal nya, akan kah Tara dan tari berjumpa lagi

2022-12-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!