Pria di dalam mobil itu menunjukan wajahnya namun dia tidak terlihat seperti kedua anak lelakinya seperti yang di bicarakan oleh Felicia. Karena dia adalah pria paruh baya botak dengan sepasang kacamata berbingkai hitam di hidungnya.
Mata Felicia menatap dengan kecewa dan kepala kecilnya terkulai.
Pria itu memaki dengan beberapa kata tetapi dengan cepat Viona meminta maaf kepadanya dan mengatakan bahwa dia sudah mengenal orang yang salah.
Sambil Menggendong Felicia lalu viona berkata,
" Felicia, sudah yah kita pulang. "
Di tengah malam, Viona mengendarai mobil Yaris bekasnya dan berhenti di depan pintu rumah Sakit Sumber Sehat dengan terburu-buru.
" Hei, jangan parkir disini!! "
Tanpa memperdulikan satpam yang menghalanginya, Viona segera menggendong putri kecilnya yang duduk di kursi sebelah supir lalu masuk ke dalam rumah sakit tanpa alas kaki.
Saat ini Viona tidak dapat mendengarkan apapun dan tak bisa melihat apapun. Seluruh benaknya hanya berfikir untuk mencari pertolongan pertama bagi putrinya!
" Dokter, Dokter!! "
Viona berlari menuju ke UGD dengan putrinya yang di gendong di lengannya, dengan gemetaran di sekujur tubuhnya dia berkata " Tolong selamatkan putriku, cepat dia demam sampai kejang-kejang!!. "
Air matanya berderai jatuh saat dia berbicara.
Dokter buru-buru mengambil anak yang sedang pingsan lalu ia berkata " Tunggu di luar, kami akan memberikan pertolongan pertama untuknya. "
Dengan cepat dokter memberi pertolongan pertama pada Felicia dan perawat yang ada di sampingnya berjalan ke arah viona sambil berkata,
" Maaf bu anda harus melunasi biaya administrasinya dulu, ini dokumennya anak ini harus di rawat inap. "
Viona mengangguk dan berkata " Oke, oke tolong kalian selamatkan putriku. "
Tidak boleh sampai terjadi apa-apa pada Felicia. Bagaimana kalau demam itu merusak otaknya? Saat pulang dari kota Clarke dia masih tampak baik-baik saja namun tak disangka malamnya dia malah demam.
Viona sama sekali tidak berani membayangkannya. Dia berjalan ke loket pembayaran sambil menangis.
Pada saat yang sama terdengar derap langka kaki yang cepat dari arah pintu masuk, sekelompok orang berjas hitam melangkah maju sementara pria yang berada paling depan berpostur tinggi dengan raut muka yang dingin.
Dia mengenakan mantel berwarna hitam yang dikancingkan hingga ke atas dengan cermat, yang semakin menambahkan aura dinginnya.
Paras wajahnya yang tegas dengan mata gelapnya yang tampak sedikit terangkat memperlihatkan temperamennya yang keras.
Bibirnya yang tipis seperti dipahat dengan sempurna dan seluruh tubuhnya memancarkan keagungan dan kemuliaan yang seolah-olah tidak ada satu pun orang yang berani mendekatinya.
Kemanapun dia lewat orang-orang pasti akan memberikan jalan untuknya.
Viona bergegas maju dengan kepala tertunduk, dia sama sekali tidak memperhatikan orang yang ada di depannya.
Tiba-tiba, kepalanya terasa sakit viona tanpa sengaja menabrak dinding cukup keras.
" Aahh... "
Viona langsung kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke satu sisi, Aroma yang familiar menyeruak masuk kedalam hidungnya dan secara refleks pria itu mengulurkan tangannya yang panjang dan memeluk pinggang Viona yang ramping untuk mencegah ia jatuh ke lantai.
" Terima Kasih! "
Viona mengangkat kepalanya, Tataannya bertemu dengan mata hitam yang tegas, untuk beberapa saat Viona membeku.
Pada musim dingin saja Viona merasa tidak sedingin tatapan pria yang ada di depannya, Apakah orang ini terbuat dari Es??
Alex membantu Viona berdiri tegap dengan tanpa ragu dia berkata " Nona, tolong perhatikan jalan saat berjalan jangan banyak melamun!! "
Setelah selesai berbicara Alex melanjutkan langkahnya ke depan dan hanya menyisakan punggung nya yang lebar.
Viona tercengang, sampai Alex berjalan menuju ke arah lift barulah seakan Viona tersadar kembali ke akal sehatnya dengan enggan lalu menoleh dan mengatakan sesuatu.
" Pak, tolong anda juga perhatikan jalannya yah!! "
Jelas-jelas pria itu yang menabraknya, kan??
Benar-benar pria yang dominan.
Alex yang berada dalam lift mendengar ucapan Viona langsung menoleh.
Baru pada saat itu lah Alex memperhatikan bahwa Viona hanya mengenakan piyama kuno dengan rambut yang berantakan serta matanya yang merah dan bengkak karena menangis.
Dia benar-benar tampak menyedihkan sekali, pandangan Alex beralih ke kaki Viona yang tidak menggunakan alas kaki, jari-jari kakinya juga memerah karena kedinginan serta jemarinya tampak ada sebuah luka kecil.
Pintu lift tertutup perlahan, yang akhirnya benar-benar membuatnya hilang dari pandangannya secara perlahan.
Alex Langsung menarik tatapannya dan langsung menuju bangsal VIP yang ada di lantai 10.
Enam tahun yang lalu dia menghabiskan malamnya dengan seorang wanita kemudian pada keesokan harinya, dia menerima kabar dari kepala pelayan bahwa kakeknya sakit parah dan mengalami koma di rumah sakit.
Setelahnya dia memanggil banyak dokter terkenal di dunia namun belum ada satu pun dokter yang bisa menyembuhkannya.
Dan malam ini, kakeknya tiba-tiba kembali sehingga Alex langsung datang ke rumah sakit.
Di depan pintu bangsal tampak seorang pria kurus dan tinggi yang mengenakan jas putih.
Dia adalah Ronald Subroto temannya Alex.
" Alex, kakekmu sudah sadar dan ingin bertemu denganmu!! "
Alex mengangguk sedikit lalu berkata " Aku akan menemui kakekku. "
Lalu Alex mendorong dan membuka pintunya kemudian masuk ke dalam bangsal.
Tubuh kakeknya tampak dipenuhi dengan berbagai macam selang.
Saat dia melihat ada seseorang yang datang lalu dengan sungguh-sungguh ia menatap ke arah Alex lalu dia mengangkat tangannya secara perlahan.
Alex bergegas menghampiri dan menggenggam tangan kakeknya sambil berkata dengan nada bergetar karena merasa senang,
" Kakek, akhirnya kamu siuman!! "
Dia melihat kakeknya mengendurkan genggamannya dan menunjuk ke mulutnya membuat Alex mengerti bahwa kakeknya ingin mengatakan sesuatu jadi Alex mendekatkan telinganya.
Dengan susah paya kakeknya berkata " Menikah, Menikahlah dengan putri sulung dari keluarga Hariss.. Nona Viona Hariss.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments