Di Toko Roti

"Pesanan Ibu Ratna sudah beres, siap diantar!" Aliyah bermonolog sembari mempersiapkan pesanan yang lain.

Aliyah bersyukur toko rotinya rame. Mulai dari pesanan seperti milik Bu Ratna yang akan digunakan untuk acara ulang tahun anaknya. Pesanan dari pelanggan lain untuk acara aqiqah, lamaran, dan pengajian. Sampai dengan pelanggan yang datang ke tokonya untuk membeli roti.

Aliyah melihat jam tangan hitam kecil yang melingkar di tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul sebelas.

Aliyah berjalan dari dapur toko roti menuju tempat kasir tempat dimana Atika berdiri.

"Atika ini kamu yakin mau mengantar pesanan milik Bu Ratna?" tanya Aliyah kepada Atika.

"Iya Mbak Al, biar aku aja!" jawab Atika.

Aliyah tidak menjawab apapun. Justru berjalan mendekat kepada Atika.

Aliyah menyentuh kening milik Atika. Dengan cermat juga dia mengamati wajah Atika.

"Kamu masih pucat loh. Lagipula Mbak juga memberikan izin kalau kamu masih mau beristirahat di rumah." ujar Aliyah.

"Biar Mbak saja yang mengantarkan kalau begitu!" lanjutnya.

Atika bergegas menahan Aliyah. "Jangan Mbak. Ini kan tugasnya Atika. Gapapa kok, Atika udah sehat. Ini lipstick nya belum diombre aja, jadi kelihatan pucat." Atika berusaha menjelaskan jika dirinya baik-baik saja. Sudah sehat dan siap bekerja kembali.

Atika adalah karyawan toko rotinya yang berusia 22 tahun. Atika sudah menjadi karyawan di toko roti milik Aliyah sejak usianya sembilan belas tahun. Sejak dia lulus SMK.

Empat tahun bekerja bersama Aliyah juga bukan waktu yang sebentar. Aliyah tidak hanya menganggap Atika sebagai karyawan, tapi juga sebagai adik.

Atika yang mungil dan cantik sangat rajin dan komitmen sebagai karyawan. Aliyah sangat menyukai hasil kerja Atika.

Di toko roti milik Aliyah bukan hanya Atika saja yang menjadi karyawan.

Ada satu karyawan lagi yang bernama Cika. Dia berusia sembilan belas tahun. Cika baru bekerja sekitar satu tahun yang lalu.

Cika menggantikan karyawan lama yang resign karena mau fokus merawat cucu. Karyawan lama itu bernama Mbak Sus, yang sudah bekerja sejak ibunya Aliyah masih hidup. Mbak Sus juga yang mendampingi Aliyah untuk bisa mengelola toko roti. Cika adalah keponakan Mbak Sus.

"Jangan Bu Aliyah, biar Cika saja yang mengantar. Ini kan sudah siang. Katanya siang ini Bapak akan kemari. Nanti kalau tidak ada Ibu, terus bagaimana?" sahut Atika sambil memindahkan beberapa roti dari nampan ke etalase roti.

Cika memang memanggil Aliyah dengan panggilan ibu. Sudah berulang kali Aliyah meminta agar Cika memanggil dirinya dengan panggilan Mbak saja seperti cara Atika memanggil dirinya.

Akan tetapi Cika menolak. Entah mengapa Cika merasa nyaman jika memanggil Aliyah dengan panggilan Ibu.

Aliyah juga tidak mempermasalahkan panggilan ibu tersebut. Selagi para karyawannya nyaman, Aliyah bahagia.

Biasanya tugas mengantar pesanan memang Atika. Selain itu dia juga yang membantu Aliyah dalam hal perbakingan. Sedangkan tugas Cika adalah melayani pelanggan dan menjadi kasir juga.

Aliyah memiliki cita-cita jika toko rotinya ini nanti akan besar dan memiliki banyak karyawan. Ada yang bisa menggantikan Aliyah di dapur, ada yang khusus menjadi kasir, dan ada yang khusus melayani pelanggan jika ada yang meminta bantuan.

Terkait dengan suaminya yang akan datang, Aliyah membenarkan perkataan Cika. Siang ini dia ada janji dengan suaminya. Hafiz akan datang kemari.

"Kamu yakin tahu rumah Bu Ratna?" tanya Aliyah.

Cika datang dari desa. Dia juga tipikal orang sulit memahami jalan.

"Bu Aliyah ih, Cika kan udah satu tahun tinggal di daerah sini. Masa iya enggak hafal." jawabnya sambil terkekeh.

Aliyah ikut terkekeh.

Gadis muda ini sangat ceria, lugu, dan bersemangat dalam bekerja.

Aliyah sangat gemas dengan Cika. Aliyah juga sangat menyayangi Cika. Aliyah menganggap jika Cika adalah adik bontotnya.

"Pokoknya semua urusan beres. Biar Cika yang ngerjain ya!" lanjut Cika dengan ceria.

Aliyah mengangguk sembari tersenyum.

"Nanti hati-hati. Kalau ada penjahat langsung teriak. Aku jadi takut kamu diculik orang!" ujar Aliyah dengan serius. Akan tetapi niatnya hanya bercanda.

"Mana Cika kecil lagi. Nanti dimasukkan ke dalam karung ilang deh!" sahut Atika.

Aliyah tertawa mendengarnya. Cika memang mungil. Kedua karyawannya ini memiliki badan yang mungil. Atika tinggi badannya 155 cm, sedangkan Cika 152 cm.

Sebenarnya Aliyah juga tidak terlalu tinggi. Aliyah memiliki tinggi badan 161 cm.

"Mbak Atika, masa jaman sekarang kalau nyulik pakai karung? Seenggaknya pakai mobil lah biar elit!" jawab Cika sambil cemberut.

Atika dan Aliyah tertawa.

"Lah iya, nanti bawa karungnya juga pakai mobil. Emangnya karungnya mau digotong? Lagian siapa yang kuat gotong kamu Cika? Udah gede!" jawab Atika sembari tertawa.

Atika masih cemberut. "Nggak usah pake karung. Seenggaknya matanya ditutup, bibirnya ditutup, gitu aja biar keren. Kayak di sinetron itu loh Mbak!"

Aliyah tertawa sembari menggelengkan kepala.

Aliyah sebagai pencetus topik tentang penculikan dari awal sudah mengira jika pembahasan ini tidak akan berhenti begitu saja.

Cika dan Atika suka saling meladeni setiap topik yang ada.

Apapun dibahas oleh mereka. Mereka berdua memang satu frekuensi.

Setiap harinya suasana di toko tidak pernah serius dan sepi. Aliyah, Atika, dan Cika juga tidak pernah bertengkar.

Aliyah juga menjadi atasan yang sabar untuk para karyawannya. Dia tidak pernah meninggikan nada bicara dihadapan karyawannya.

Aliyah juga selalu mengawali kalimat "boleh minta tolong" setiap ingin menyuruh karyawannya dan "terima kasih" jika karyawannya telah melakukan tugasnya.

Aliyah juga tidak segan untuk meminta maaf jika dirinya melakukan kesalahan.

Aliyah sebagai atasan yang rajin dan disiplin membuat para karyawannya juga rajin dan disiplin tanpa Aliyah meminta.

Setiap hari suasananya hanya diisi dengan keceriaan dan candaan. Mereka bertiga saling menyayangi.

Aliyah ingin sekali toko roti ini semakin besar dan sukses bersama mereka berdua.

"Keren kayaknya deh kalau Cika diculik sama duda keren yang tajir!" Bukannya berakhir, justru Cika berucap demikian. Wajahnya senyum-senyum sambil membayangkan.

Aliyah dan Atika saling berpandangan. Aliyah menggeleng-geleng.

"Culik adek dong om. Adek sukanya sama yang om-om nih!" celetuk Atika sembari tertawa.

Cika tertawa malu mendengar perkataan Atika. Malu tapi mau seandainya benar-benar ada.

"Cika Cika, ada-ada saja kamu ini." ucap Aliyah.

"Ya kan pengen. Tapi pengennya kayak yang di novel-novel gitu. Aw, enak banget deh kayaknya." jawab Cika.

Aliyah tertawa.

"Halu mah bebas. Silahkan halu nggak papa. Walaupun di dunia nyata juga nggak seindah itu!" ucap Aliyah yang masih tetap tertawa.

Cika langsung cemberut. "Iya Bu, nggak seindah itu. Masa iya Cika usah sembilan belas tahun tapi masih jomblo?"

Aliyah menahan tawanya. Lalu Aliyah langsung menoleh kepada Atika.

Dilihatnya Atika tersenyum nyengir sambil menggaruk tengkuknya.

"Saya juga Mbak!" ucap Atika.

Aliyah tertawa terbahak-bahak. Atika dan Cika ini memang masih jomblo sampai sekarang.

Aliyah yang sudah menikah jadi merasa senior jika dihadapan mereka.

"Gapapa, jodoh terbaik akan hadir diwaktu yang tepat!" ucap Aliyah kepada mereka berdua.

Akhirnya candaan mereka berhenti saat ada pengunjung yang datang.

Mereka langsung bekerja sesuai tugas masing-masing.

Atika melayani pelanggan. Aliyah berdiri di meja kasir. Sedangkan Cika bersiap untuk mengantar pesanan milik Bu Ratna. Pembagian tugas yang bisa sewaktu-waktu berubah selagi Aliyah tidak sedang sibuk di dapur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!