...HAPPY READING...
...----------------...
*POV Andara*
"Bajingan kamu Alexander, bangun kamu, aku akan membunuhmu!"
Aku sangat benci kepada pria yang berdiri menyeringai dihadapanku, dia tertawa penuh kemenangan.
"Kalau aku mati, nanti tidak ada yang bertanggung jawab padamu sayang ...," ucapnya menyeringai.
"Lebih baik aku mati, daripada harus menerima pertanggung jawaban darimu. Ingat aku baik baik tuan Alexander yang terhormat. Bahkan neraka sekalipun tidak pantas untuk orang sepertimu."
"Kok neraka... kan barusan aku kesurga ...," ucap Alexander mengejek.
"Menjijikan ...," umpatku.
Kemudian aku berusaha mencari celah agar Alexander lengah dari pengawasannya terhadapku, belum juga aku menemukan kunci pintu.
Alexander sudah menghampiriku dan memaksaku untuk melayaninya lagi.
"Kau mau kemana? jangan harap kau bisa melarikan diri dariku. Duduk tenanglah dan aku akan sangat bahagia," ucapnya membawaku dalam pelukannya.
Dada bidang itu yang masih tidak memakai t-shirt, menimpaku begitu saja dan tangan kekarnya melingkar di pinggangku.
"lepaskan aku Alexander... Radit akan menghabisimu, jika kau ketahuan memperlakukanku seperti ini, lepaskan aku bajingan!" teriakku memberontak.
Namun tetap saja tenagaku tidak mampu mengimbangi tenaganya, yang memelukku sangat kuat dan menggendongku, hingga melemparkan aku kembali ke ranjang yang berukuran besar itu.
"Argggg ... bajingan!" aku memekik merasakan sakit yang luar biasa.
"Argggg ...," kemudian aku berusaha bangkit lagi dan seketika Alex menarikku, berusaha meninabobokan aku lagi.
"Lebih baik kau menyerah Andara. Aku tidak ingin menyakitimu, tidak pahamkah jika aku mencintaimu selama ini," ucapnya terengah-engah.
"Cinta... kau bilang cinta! Hahahaha... kau gila. kau gila ...," lirihku menangis sambil tertawa sambil tertawa.
Bagaimana rasanya ketika keperawatan direnggut oleh orang yang tidak di cintai.
Hatiku hancur bagaikan di tusuk ribuan duri, kehormatanku direnggut oleh orang yang sama sekali tidak pernah aku cintai.
"Dara aku mohon... maafkan aku, aku janji akan bertanggung jawab padamu. Aku mohon menikahlah denganku!"
Perlahan tangan kekar itu menyeka buliran air mata yang membasuh pipiku.
Namun aku kembali menepis tangan itu.
"Simpan saja maafmu, aku tidak membutuhkannya. tidak akan pernah." Hardikku.
Aku mengitarkan pandangan ke sekeliling, berusaha mencari kunci pintu, dan sialnya kunci itu berada tepat di bawah kaki Alexander.
'sial... kenapa nasib buruk ini seolah berpihak kepadaku,' umpatku dalam hati, merutukki diriku sendiri.
"Andara... menurutlah padaku, aku tidak akan memperlakukanmu seperti binatang jika kau memperlakukan aku dengan baik...," ujarnya dan aku sangat membencinya.
"Lepaskan aku dan jangan pernah berharap mendapatkan perlakuan baik, setelah kamu merenggut masa depanku aku tidak akan pernah memaafkan mu Alexander,"
Bukkk... Dengan gerakan cepat kakiku menendang juniornya, yang hanya di balut dengan ****** *****.
"Owh...sial!" umpatnya mengerang kesakitan.
Kemudian aku bangkit mengambil kunci darinya, dan akhirnya aku bisa meloloskan diriku dari cengkeraman iblis yang berparas tampan ini.
Aku berjalan di kerumunan orang banyak, diriku bagaikan wanita malam yang bangun kesiangan habis memuaskan pelanggannya.
Bagian-bagian lekuk tubuhku terekspos, semua orang menatapku heran. Lantaran tatanan rambut ku berantakan, serta bagian gaun ku robek di bagian pinggang, sehingga mengekspos bagian itu.
Aku menyesali pertengkaran ku malam itu, andaikan saja aku pulang dengan Radit mungkin saja pelecehan ini tidak akan pernah aku dapatkan.
Aku berlari ke jalan, keluar dari apartemen megah, tiba-tiba saja ada mobil berhenti tepat di depanku.
"Andara... sedang apa kamu disini?" ucap seseorang dari balik kaca mobilnya.
Dia adalah Zevania sepupunya Radit, tunanganku.
"Kamu lewat sini?" tanyaku pada Zevania.
"Hanya kebetulan saja, ayo masuk!" ajak Zevania padaku.
Kemudian aku memasuki mobilnya.
Segera pergi meninggalkan apartemen laki-laki brengsek yang bernama Alexander.
Kami berdua terfokus menatap jalanan, sedangkan Zevania terfokus dengan kemudinya.
Susana hening di dalam perjalanan itu, lalu Zevania memulai obrolan.
"Kalau seorang model itu, mau dipakaikan apapun tetap cantik yah! contohnya kamu." ucap Zevania membuka obrolan.
"Hah. Apa kau sedang meledekku Zee," ujar ku.
"Tidak... aku serius Dara, kamu terlihat cantik dengan gaun yang memperlihatkan lekuk tubuhmu, bahkan aku saja sebagai perempuan sangat iri melihat lekuk tubuhmu yang indah ini," puji Zevania terhadapku.
"Terimakasih atas pujianmu nona Zevania, sudah berhentilah memujiku lebih baik fokuslah menyetir!" perintahku mendominasinya.
"What's wrong with you? Andara kau memerintahku!" balas nya dan aku sangat kesal dibuatnya.
"Zevania... sudah hentikan leluconmu! Aku tidak ingin bercandaan!"
"Baiklah-baiklah! Aku tidak akan mengulanginya lagi," ujar Zevania kembali terfokus dengan kemudinya.
Sedangkan aku kembali terfokus memandangi jalanan, yang terlihat macet hari itu.
Aku tidak bisa membayangkan, jika Radit mengetahui kalau aku sudah tidak perawan lagi dan semua itu di sebabkan oleh Alexander, sahabat terdekatnya.
Jujur secara naluri aku menikmati permainan dari Alexander, aku hampir terbuai dengannya.
"Oh sial... kenapa aku bisa berfikiran sampai kesitu!" ucapku dan seketika Zevania menatapku heran.
"Ada apa dengan dirimu? kenapa kau berbicara sendirian?" ucap Zevania menatapku heran.
"Tidak ada apa-apa, bukan urusanmu juga!" sahutku kemudian aku merutukki diriku sendiri.
'Andara stop memikirkan masalah ini, lagipula keperawanan bukanlah tolak ukur dari sebuah hubungan,' batinku.
Dalam sekejap Zevania menghentikan mobilnya, dan menyadarkanku dari lamunan.
"Kenapa kau menghentikan mobilmu?"
"Lihat kita sudah sampai ke rumahmu, apa kau tidak ingin pulang?"
"Ahhahaha... iya aku baru sadar!" ucapku nyengir kuda dan menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Dasar aneh ...," ujar Zevania masih bisa terdengar olehku.
"Aku masih mendengarnya Zee," geram sambil memelototinya.
"Ahahahaha... maafkan aku sepupu ipar," balas Zevania langsung bergegas pergi dengan mobilnya.
Aku berjalan mengendap endap, untuk memastikan jika orang rumah tidak ada yang tahu kalau aku tidak pulang semalam.
Aku mengitarkan pandangan ke sekeliling, tidak ada siapapun di dalam, dan aku memberanikan diri membuka pintu.
KLEK. Sosok pria yang sangat aku hormati dan paling disegani di dalam keluarga, kini berdiri di hadapanku, dengan tatapan mendominasi.
"Dari mana kamu semalam? kenapa tidak pulang kerumah, mana tunangan kamu itu!" tegasnya masih menatapku.
Aku tidak berani menatapnya, karena sorot mata itu sangat mendominasi dan banyak berbagai pertanyaan, yang akan siap terlontar padaku.
'Duhhh... bagaimana ini, aku harus jawab apa! batinku.
"Dara... Daddy mohon, kamu sedikit bertanggung jawab pada dirimu sendiri. Setidaknya kamu disiplin dalam waktu bermain! apa kata tetangga jika anak gadis pulang sepagi ini, kamu tidak takut kelakuan kamu ini akan menghancurkan karir kamu!"
"I iya Dad's ... ma ... maaf!"
"Yasudah! Ayo cepat masuk ngapain kamu masih berdiri di luar," ucap ayahku.
Kemudian aku beranjak memasuki rumah, segera naik ke lantai atas dimana disana terdapat kamarku.
Aku langsung ke kamar mandi dan membasuh diriku yang telah ternodai ini.
Aku sangat kesal dengan semua ini, aku membenci pria bule itu.
"Alexander... aku akan balas semuanya," lirihku terduduk di bawah guyuran air yang terjatuh dari shower.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments