Setelah serentetan acara pernikahan kakaknya, Ecca kini tidak punya pilihan lain selain mengambil kasus penelitian di Firma Hukum Quiero yang saat ini dipimpin oleh Belva.
Papi dan Maminya sangat setuju dengan usulan Nuna yang meminta Ecca melakukan penelitian di sana.
Tidak hanya itu, orang tua Belva juga memaksanya untuk mengambil penelitian di sana agar nantinya bisa langsung bekerja sebagai asisten pengacara di firma hukum tersebut.
Akhirnya Ecca saat kembali ke kampusnya untuk mengikuti Tes Semester dan mengajukan judulnya, Dosen pembimbingnya pun langsung menyetujui judul skripsi Ecca dan menyarankan untuk bimbingan secara online.
🌺🌺🌺
Satu bulan setelah pernikahan kakaknya, hari ini Ecca pun mulai melakukan penelitian di Firma Hukum Quiero.
Ia memilih menggunakan blouse putih dan rok span hitam yang pas di lututnya. Tak lupa ia mengikat rambutnya panjangnya tinggi ke atas dan memperlihatkan leher jenjangnya yang tentunya membuatnya sangat cantik.
Setelah memastikan penampilannya di depan kaca, Ecca pun bergegas turun ke bawah untuk bergabung sarapan bersama dengan Papi dan Maminya.
"Wah, anak mami cantik sekali pagi ini!" puji Mami Aleya.
"Ck, bukannya Ecca memang selalu cantik setiap hari Mi?" timpal Papi Mario.
Kecantikan Ecca memang menuruni papinya yang memiliki darah keturunan Belanda-Jawa. Warna kulit Ecca lebih putih dibanding dengan Nuna yang sedikit coklat eksotis menuruni darah keturunan Mami Aleya yang asli Jawa.
Meskipun begitu, keduanya sama-sama cantik dengan ciri khas yang masing-masing mereka miliki.
"Pagi Pih! Pagi Mih!" sapa Ecca sambil mencium pipi kanan dan kiri papi maminya secara bergantian.
"Pagi sayang. Yuk buruan sarapan, biar nanti papi yang anterin kamu ke Firma Hukum Mas Belva," ucap Maminya sambil menyiapkan sandwich untuk Ecca.
"Kenapa pake dianter segala sih? Ecca berangkat sendiri aja deh," tolak Ecca yang tidak mau ribet harus diantar jemput.
"Firmanya jauh dek. Pagi ini juga pasti macet banget. Papi gak mau kamu nanti kenapa-napa di jalan," tukas Papi Mario yang tetap keukeh mengantar putrinya.
"Tapi cukup hari ini aja ya aku diantar jemput sama papi. Besok aku mau bawa motor sendiri aja." balas Ecca.
Setelah menghabiskan sarapannya, Ecca dan papinya pun langsung membelah jalanan kota yang sangat ramai dan padat.
Mereka menempuh perjalanan selama satu jam untuk sampai di Firma Hukum Quiero.
Dengan mantap Ecca pun memasuki kantor milik kakak iparnya itu dan kemudian di arahkan oleh bagian resepsionis untuk langsung menuju ke ruang Belva yang ada di lantai 5.
'Duh, aku kok jadi deg-degan gini ya mau ketemu Mas Belva.' gumam Ecca dalam hati.
Perasaannya terus berkecamuk saat di dalam lift menuju ke ruang kerja Belva. Ini kedua kalinya ia bertemu dengan Belva setelah hari pernikahan kakaknya.
Bahkan kakinya pun terasa sangat lemas untuk melangkah ke ruangan Belva saat pintu lift sudah terbuka.
"Ecca." panggil Om Dion yang baru saja keluar dari ruangannya.
"Kamu baru datang ya? Diantar siapa tadi?" tanya Om Dion, papa Belva yang juga seorang pengacara di Firma tersebut.
Ecca pun langsung mendekat dan menyalami mertua kakaknya itu.
"Diantar sama Papi, Om." Jawab Ecca.
"Kita langsung ke ruangan Belva yuk." ajak Om Dion dan Ecca pun mengikuti langkah Besan papinya itu.
"Oh iya Ecca, nanti kamu panggil Pak Dion ya selama di kantor. Jangan panggil Om untuk profesionalitas kerja."
"Siap Pak Dion,." Jawab Ecca yang langsung mempraktekkan arahan Om Dion.
Dion Quiero pun langsung tersenyum mendengar Ecca yang langsung mengikuti arahannya.
Sesampainya di ruangan Belva, tampak pemilik ruangan itu sedang menikmati nasi padang yang pagi ini menjadi menu sarapannya.
"Sarapan nasi padang lagi?" tanya Pak Dion dan Belva menganggukkan kepalanya.
"Iya nih. Kayaknya Nuna udah mulai hamil deh pa. Jadi gak bisa siapin sarapan. Soalnya dari kemarin mual-mual terus."
Ucapan Belva membuat Ecca langsung terbatuk-batuk seperti orang tersedak. Padahal ia tidak sedang makan atau minum sesuatu.
"Ecca kenapa?" tanya Pak Dion.
Buru - buru Ecca menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa Pak Dion."
Kemudian Ecca pun dipersilahkan duduk di sofa untuk menunggu beberapa data informasi yang ia butuhkan.
'Kak Nuna hamil?' gumam Ecca yang dadanya masih terasa sangat sesak.
'Kenapa cepat sekali? Ck, aku sangat menyesal mengambil penelitian di sini. Tahu gitu aku gak usah menampakkan diri lagi di depan Mas Belva jika semuanya terasa sangat menyakitkan.'
"Ecca, ini data Firma yang kamu perlukan untuk Bab 3 penelitian kamu." ucap Belva menyodorkan berkas yang Ecca butuhkan.
Ecca menerima berkas yang disodorkan oleh Belva dengan sedikit gemetar.
"Sebenarnya kamu bisa melakukan penelitian disini sambil menjadi asisten pengacara. Jadi, kamu juga bisa sambil belajar mengusut suatu permasalahan klien." jelas Belva membuat Ecca mulai panas dingin.
Meski Belva berdiri jauh dari tempat ia duduk, tetap saja aura yang dipancarkan Belva membuat Ecca meleleh bagai es yang di letakkan tepat di bawah terik metahari.
"Iya Pak Belva." jawab Ecca dengan suara yang sedikit bergetar.
"Dan mulai besok, kamu akan menjadi karyawan magang di sini. Jam 7 tepat kamu harus sudah berada di kantor dan tidak boleh terlambat. Untuk gaji, nanti akan saya kasih rinciannya." jelas Belva yang kemudian kembali ke tempat duduknya.
"Baik Pak Belva. Lalu dimana ruangan saya?" tanya Ecca yang terlihat mulai memberanikan dirinya mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Belva.
"Lantai 4 dan temui Ollyta." ucap Belva singkat.
Ecca pun langsung menuju ke lantai 4 dan menemui Ollyta sesuai dengan arahan Belva. Namun saat ia hendak memencet tombol lift, pintu lift terbuka dan tampak Nuna hendak keluar dari lift.
"Ecca." sapa nya sambil memeluk adiknya.
"Kak Nuna." balas Ecca yang sangat terkejut dengan kedatangan kakaknya.
"Aku dengar dari Mami hari ini kau mulai penelitian di sini, jadi aku langsung saja kesini menemuimu." jelas Nuna yang langsung mengamit tangan adiknya dan kembali masuk ke dalam lift.
"Ada satu hal yang ingin aku bicarakan denganmu Ecca. Kita ke kantin yuk, nanti kakak traktir sambil ngobrol."
"Tapi kak, aku diminta Pak Belva untuk menemui Ollyta di lantai 4," sanggah Ecca.
Seketika Nuna tertawa saat mendengar adiknya memanggil suaminya dengan sebutan 'Pak Belva'.
"Dia itu kalo di kantor sama di rumah emang beda ya. Kamu tahu gak dek, kalo di rumah manjanya minta ampun. Tapi kalo lagi kerja, ternyata bisa tegas dan sekeren itu ya."
Ucapan Nuna kali ini secara tidak langsung menohok perasaan Ecca. Pagi ini sudah 2 kali Ecca harus bisa mengkondisikan perasaannya hanya karena ketidakmampuan nya bersanding dengan Belva, lelaki yang sudah lama duduk dalam singgasana hatinya.
Ia pun membuang nafasnya kasar dan memandang ke arah kakaknya.
'Kenapa Mas Belva bisa bersikap hangat, bermanja-manja, dan begitu perhatian dengan Kak Nuna? Tapi sejak dulu kenapa dia selalu bersikap dingin, jutek dan selalu tampak acuh?' gumam Ecca dalam hati.
'Sebenarnya apa yang Mas Belva suka dari Kak Nuna? Kenapa dia lebih suka wanita yang urakan dibandingkan aku yang diam dan anak rumahan?' batinnya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ita rahmawati
masih penasaran 😁
2023-11-30
0
Bunda Alza
lah iya tha, nek karo bojone ki manja sak puole nek ro liyan angkuh ki wis biasa. pancen ngunu kuwi wong Lanang ra sah kaget Ca
2022-11-24
0
Bunda Alza
lah, wong nek wis kesengsem enek ae😅
2022-11-24
0