CTMGT 05

Hai readers, sebelum nya otor ingatkan ya untuk klik tombol like dan favorit. Jangan lupa tinggalkan komentar ya.

Oh iya otor sedang ikut lomba You Are A Writer Season 8, mohon doanya ya.

...****************...

"Brak.....!"

Dharma menggebrak meja dengan kuat. Semua yang ada di ruang rapat pun kaget dan wajah mereka nampak pucat pasi, keringat dingin membasahi kening mereka padahal suhu di ruang itu masuk dalam kategori dingin.

Suryo sang aspri yang sudah paham betul perangaian tuannya meminta Dante untuk menutup rapat. Dante mengangguk patuh, dan paham betul dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Satu demi satu para kepala staf meninggalkan ruang rapat, beberapa mereka menghembuskan nafas lega walau ada juga diantaranya yang penasaran dengan apa yang akan terjadi. Namun mereka tak mau ambil pusing, biarlah itu jadi urusan para bos pikirnya.

Dorman yang tau diri pun tidak beranjak dari tempat duduknya, ia memilih diam dan mendengarkan apa yang akan kakak nya katakan nanti.

"Dante, kamu kembalilah ke ruangan mu dulu nak. Paman ada yang mau dibicarakan dengan ayahmu." Dharma memberi intruksi kepada Dante. Dia tidak ingin mempermalukan adiknya di depan putranya sendiri. Dante mengangguk dan berlalu. Namun ia tak benar-benar pergi. Ia masih berada di depan ruang rapat itu.

"Huft....Dorman, apakah kamu tidak bisa dewasa barang sedikit. Aku tidak pernah mempermasalahkan kau mau bermain main dengan para wanita murahan itu. Tapi setidaknya tahu situasi dan kondisi. Ini masih di kantor, di ruang rapat juga. Apa kamu mau mempermalukan dirimu sendiri. Lihatlah anakmu, dia begitu cerdas dan pekerja keras apa kamu tidak malu dengannya?" Sejenak Dharma menghentikan ucapannya, butuh tenaga ekstra untuk berbicara dengan adiknya itu.

"Berubah lah, kamu sudah tidak muda lagi. Kasian papa selalu mendengar ulah mu yang semakin tua malah semakin tidak benar. Ku dengar beberapa kali ada wanita yang mencari mu ke kantor. Ingat Man, di sini kantor bukan hotel bukan juga tempat kencan. Jagalah sedikit wibawa mu itu. Jadilah manusia yang lebih berguna."

"Halah bang, sebelum abang mengajariku menjadi manusia yang berguna, lebih baik abang mengajari anak abang dulu. Tuh si Juna, bukankah dia juga kerjaannya hanya main saja. Lihat saja, kerjaan dia cuma naik gunung bersama genk nya itu." Bukannya menyadari akan kesalahannya Dorman malah membicarakan Arjuna.

"Urusan anak ku biarlah aku yang mendidiknya, kamu tidak perlu mengingatkan aku. Aku yakin Juna tau apa yang dia kerjakan."

"Heh, sebegitu yakinnya abang. Kita lihat saja nanti. Dan untuk urusanku akan ku urus sendiri." Dorman kembali berucap.

"Terserah, aku sudah mengingatkan. Ingat papa punya banyak mata. Kalau suatu hari nanti papa bertindak, jangan salahkan aku." Ancam Dharma sambil keluar dari ruang rapat. Didepan ruang raoat Dante terlonjak kaget. Dharma tersenyum, ia tahu kalau sedari tadi keponakannya itu ada di depan pintu. Ia menepuk pundak Dante pelan sambil berkata, "Jadilah anak baik, jangan seperti dady mu." Darma pun berlalu, memutuskan untuk pulang ke rumah menemui istrinya. Sedangkan Dante, ia kembali masuk ke ruang rapat sambil memandang sinis Dorman.

"Dad, berhentilah jika masih menginginkan uang. Kalau dady tidak berhenti main main, Kakek pasti akan mengeluarkan dady dari DCC." Setelah mengucapkan itu Dante pun berlalu, sungguh ia sangat muak dengan dady nya itu.

"Sialan!!!, badjingan, brengsek, semua orang memang brengsek. Bahkan anakku pun berani mengancamku. Awas saja kalian semua. Argh!!!" Dorman berteriak frustasi sambil mengacak rambutnya dengan kasar.

...****************...

Di depan cermin Gendis tengah memoles wajahnya bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan Ratih. Hanya menggunakan pelembab wajah dan lipglos. Mereka berjanji akan pergi ke warung seblak "Endes" Yang baru saja launcing. Saat keluar kamar, nampak sang ibu tengah berada di ruang keluarga sambil merajut.

"Mau ke mana kak?" Tanya Asri kepada putrinya.

"Mau ketemu Ratih bu." Jawab Gendis pelan sambil menggulung rambutnya dan

ia masukkan ke dalam topi.

Asri memandang anak perempuannya itu dari ujung kepala samapi ujung kaki. Gendis yang dilihati oleh ibunya merasa tidak enak, emang ada yang salah ya sama aku, gumam gendis sambil menaikan alisnya menatap sang ibu.

Asri menghela nafas dengan kasar, dia berpikir kapan anak gadisnya itu bisa berpenampilan lebih manis. Pasalnya saat ini gendis tengah memakai celana cargo panjang (celana yang memilik banyak kantong seperti celana blackhawk), kaos dilengkapi kemeja panjang dan topi. Ya, tampilan yang menurut asri tidak ada manis-manisnya. Jika dari belakang malah akan tampak maco seperti pria.

Gendis yang tau apa dalam pikiran ibu nya pun cuma nyengir kuda.

"Kak, kapan kamu bisa tampil manis gitu, seperti gadis-gadis lainnya. Kalau kamu seperti ini terus kapan ada cowok yang naksir dan memperistrimu."

"Ish ibu mah, Gendis nikahnya masih nanti. Tidak mau buru-buru. Lagian Gendis nyaman begini. Ya sudah Gendis jalan dulu ya." Jawab Gendis sambil menyalami tangan ibunya dan berlalu pergi.

Asri hanya bisa pasrah.

20 menit, Gendis sudah sampai di kedai Seblak "Endes", di sana sudah ada Ratih. Ratih juga sudah memesankan Seblak Gendis dengan level pedas banget tentunya karena Gendis penggila pedas.

" Sudah lama nunggu aku nya." Tanya Gendis sambil mendaratkan pantatnya di kursi depan Ratih.

"Belum, baru juga 5 menit, terus aku udah pesan sekalian tuh buat kamu." Jawab Ratih.

"Terbaik" Balas gendis sambil mengangkat dua jempolnya di depan wajah Ratih.

Tak lama pesanan mereka pun datang. Gendis dan Ratih begitu hikmad menikmati seblak "Endes". Tidak ada suara, tidak ada percakapan. Mereka benar-benar menikmatinya sampai tandas.

" Hah... Hah... Hah... " Mereka berdua merasa kepedasan. Di sela-sela meminum es jeruk nya tiba-tiba ratih melihat Maylin ada di luar kedai seblak itu.

"Dis... Dis... Lihat deh. Itu kan Maylin."

"Heh, mana mungkin. Si princes itu mah tidak level makan di tempat seperti. Tau sendiri dia kan High class." Sanggah Gendis tidka percaya.

"Benar. Itu Maylin. Coba lihat kebelakang, arah jam 4." Ratih menunjukkan dengan serius.

Mau tidak mau Gendis pun mengikuti arah jari Ratih, dan benar saja itu Maylin. Tapi di sana ia tidak sendiri. Maylin bersama seorang pria, namun pria itu tidak terlihat wajahnya karena posisi duduknya membelakangi Gendis dan Ratih. Sejenak Gendis penasaran namun detik berikutnya ia mengangkat kedua bahunya tanda tidak perduli dengan mantan teman SMA nya itu.

Setelah puas makan dan minum serta bergosip ria Gendis dan Ratih memutuskan untuk pulang. Saat tengah berdiri secara tidak sengaja ia menabrak seorang pria. Seketika ia mengangkat kepalanya sambil meminta maaf.

"Maaf, mas. Saya tidak sengaja. Ma.. Lho mas Juna." Ucap Gendis kaget. Ternyata orang yang ia tabrak ialah Juna. Panitia OT yang pernah ia ikuti saat libur semester kemarin.

"Lah kamu, mbak Gendis ya. Sama siapa?, Oh sama mbak Ratih, iya sama-sama. Maaf tadi saya juga tidak lihat." Jawab Juna.

"Sudah mau pulang?" Juna kembali bertanya.

"I-iya mas. Sudah dari tadi soalnya." Gendis menjawab gugup entah kenapa tiba tiba jantungnya berdetak lebih cepat. Buru-buru ia mengajak Ratih untuk cepat pergi dari kedai itu. Ia tersenyum kikuk kepada Juna dan melenggang pergi. Juna hanya termangu melihat polah Gendis, ia dapat menangkap kecanggungan yang dirasakan Gendis. Juna yang hendak pergi ke toilet pun urung, ia kembali ke mejanya kembali.

"Lho kak, tidak jadi ke toilet nya." Tanya Maylin. Juna hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Maylin pun kembali diam. Sebenarnya ia sangat kesal dengan Juna, setiap bertemu tidak lebih hanya sekedar makan. Tidak ada obrolan yang berarti, Juna jika tidka ditanya maka dia akan diam saja. Huft... Seperti bicara dengan robot. Kak juna dulu tidak begini, sellau banyak yang diceritakan. Tapi kenapa sekarang jadi diam saja. Kalau tidak ditanya juga tidka bicara, batin Maylin kesal.

TBC

Terpopuler

Comments

Nur Bahagia

Nur Bahagia

juna males ngobrol sama lo may 🤭

2024-10-02

0

MrQues Ques

MrQues Ques

Dari awal smpai skg..Tidka…apa susahnya ngejah TIDAK..bodoh

2024-06-05

0

pengayom

pengayom

sadar

2024-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!