Suryo menghisap putung rokok tembakau. Lalu perlahan menghembuskan asap putih yang mengepul dari mulutnya. Tatapan intens Suryo tak pernah lepas dari Darell sejak Diana memperkenalkan pria itu.
Sudah sepuluh menit berlalu, tak ada pembicaraan di antara Suryo dan Darell. Pria lanjut usia itu terus memandang Darell seolah tengah menilai apakah pria itu pantas menjadi suami cucunya atau tidak.
Mulai merasa bosan, Diana pun menegakkan punggung dan membuka suara.
"Eyang, jadi apakah Eyang akan menikahkan kami? Aku dan Darell sepakat untuk menikah secepatnya."
Mendengar kata secepatnya, Suryo tersentak. Dia menjejalkan putung rokok yang sudah pendek ke dalam asbak. Lalu beralih memandang Diana.
"Apa Eyang tidak salah dengar? Bukankah selama ini kamu tidak mau menikah, lalu kenapa tiba-tiba ingin menikah secepatnya?"
Raut wajah Diana tampak biasa saja. Dia sudah menebak Suryo pasti akan memberikan pertanyaan semacam itu dan dia pun sudah menyiapkan jawabannya.
"Sebenarnya aku dan Darell telah lama pacaran, Eyang. Hanya saja Diana tidak menceritakan pada siapapun. Setelah dipikir-pikir, nasehat Eyang ada benarnya. Diana harus melawan trauma Diana di masa lalu dan memulai hidup baru," jelas Diana sangat menyakinkan.
Bahkan Diana sengaja meraih tangan Darell dan menggenggamnya erat di hadapan Suryo agar kakeknya itu percaya jika dia dan Darell menjalin kasih.
Sementara Darell termenung ketika dia mendapati ucapan Diana ada yang sedikit mengganjal di benaknya. Satu hal yang Darell simpulkan, Diana memiliki trauma.
Tapi trauma seperti apa? Darell pun tidak tahu.
Suryo melirik tautan tangan Darell dan Diana. Lalu melempar pandangan ke Ranti yang duduk di sampingnya.
"Siapa nama lengkapmu?" Suryo bertanya.
"Darell. Hanya Darell," jawab Darell singkat.
"Orang tuamu masih ada?" Suryo kembali melempar pertanyaan layaknya seorang wartawan.
Sesaat Darell terdiam. Mendengar kata orang tua, mendadak membuat Darell melamun.
"Orang tua saya sudah lama meninggal."
Ucapan Darell tidak sepenuhnya bohong. Ibu Darell memang meninggal saat dia berusia tujuh tahun dan dia juga memiliki ayah yang sudah dianggapnya mati setelah malam kelam itu.
Diana sendiri tersentak mendapati kedua orang tua Darell telah tiada. Dia menoleh cepat pada pria yang ada di sampingnya.
Ada rasa iba namun juga perasaan lega. Karena itu artinya Diana tak akan memiliki drama dengan mertua.
Ya, meski di dunia ini tidak semua mertua jahat, tapi dari cerita teman-teman Diana yang telah mengarungi bahtera rumah tangga, kebanyakan dari mereka memiliki masalah dengan mertua.
"Eyang turat prihatin," ucap Suryo dengan sepenuh hati. "Lalu apa pekerjaanmu sekarang, Darell?"
"Saya seorang kuli bangunan."
"Apa?"
Bukan Suryo ataupun Ranti yang berteriak, melainkan Diana.
Dengan mata terbelalak, Diana melempar pandangan pada Darell. Dia tak mengira Darell berprofesi sebagai kuli bangunan.
Bukan maksud Diana menghina kuli bangunan, tapi dia hanya tak percaya jika pekerjaan kuli sama sekali tidak merusak ketampanan seorang Darell.
Diana heran. Namun, yang lebih terheran adalah Suryo dan Ranti.
"Kenapa Diana? Bukankah kamu dan Darell sudah mengenal lama, seharusnya kamu sudah tahu kalau Darell seorang kuli?" Ranti bertanya penuh selidik.
Mampus lah aku. Ucap Diana dalam hati sambil menelan saliva.
"Begini, Eyang. Darell baru saja keluar dari pekerjaannya yang lama dan Diana belum tahu kalau Darell sekarang bekerja sebagai kuli," kata Diana berbohong.
Dia mengusap tengkuknya karena salah tingkah, lalu menyenggol lutut Darell, memberi isyarat agar pria itu membenarkan perkataannya.
"Iya kan, Darell?"
Darell mengangguk dan terpaksa menjawab, "Iya, benar, Eyang."
"Oh begitu," Ranti menganggukan kepala.
Kemudian Diana mendekatkan kepala ke telinga Darell.
"Kenapa kamu menjawab jujur? Bisa-bisa Eyang tidak akan menyetujui pernikahan kita," bisik Diana dengan nada geram.
"Kamu tidak bilang sejak awal," balas Darell yang berkata tanpa menggerakan bibir.
Diana menghela nafas pasrah. Kalau sampai rencananya gagal, itu artinya Tiara dan Razka harus mencari pria lain yang bisa diajak menikah kontrak dengannya.
Dan itu tidaklah mudah. Bahkan bisa jadi Suryo akan dapat mengendus tipu muslihat Diana.
"Eyang setuju saja jika kamu ingin menikahi Diana, asalkan kamu bisa bertanggung jawab, memperlakukan selayaknya istri dan dapat membimbingnya dengan penuh kasih sayang," tutur Suryo.
Diana tersenyum lega. Karena kekhawatirannya salah. Ternyata Suryo merestui hubungan dia bersama Darell.
Namun, detik berikutnya, senyum Diana pudar ketika menyadari jika pernikahannya bukan atas dasar cinta dan yang lebih parah lagi Suryo tidak tahu kalau pernikahan Diana dan Darell hanya sebatas pernikahan kontrak.
"Nanti Eyang akan mencarikan hari baik untuk hari pernikahan kalian."
Tiara yang sejak tadi menguping dari balik pintu ruang tamu, berjingkrak riang. Jika Diana akan segera menikah, itu artinya Tiara pun akan diperbolehkan menikah oleh Suryo.
Segera Tiara lari ke kamar untuk melaporkan hal ini pada Razka.
*
*
*
Setelah perhitungan yang matang, hari pernikahan Diana dan Darell akan diselenggarakan pada tanggal sepuluh bulan depan.
Tak seperti pasangan pengantin pada umumnya, Diana dan Darell tampak biasa saja menunggu hari pernikahan mereka.
Diana hanya menghubungi Darell sesekali jika ada sesuatu yang harus mereka bicarakan terkait pesta. Selebihnya dua insan yang sebentar lagi dipersatukan oleh pernikahan kontrak itu tak pernah berkomunikasi atau bertemu.
Sebab Diana sangat sibuk bekerja di butik miliknya. Sedangkan Darell? Entahlah. Diana pun tidak tahu apa yang dilakukan calon suaminya itu
Seperti sekarang ini, Diana tengah menggambar sketsa rancangan busana yang merupakan pesanan dari seorang artis. Di tengah kegiatannya, tiba-tiba Diana teringat akan pesta pernikahan yang hanya menunggu satu minggu lagi.
Perhatian Diana terusik. Dia melempar pandangan ke luar jendela di mana awan kelabu menghiasi langit sore.
"Hanya tiga bulan setelah Tiara menikah, kamu akan bercerai, Diana. Kamu pasti bisa melewatinya," gumam Diana memberi semangat pada dirinya sendiri.
Kemudian, tiba-tiba pintu ruangannya terbanting keras hingga menimbulkan suara gebrakan yang membuat Diana terlonjak kaget.
Lebih kaget lagi dengan sosok orang yang berdiri di ambang pintu.
Diana melototkan mata dan seketika berdiri.
"Kamu? Mau apa kamu datang kemari?" teriak Diana penuh amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Yana Rizky
🥰🥰🥰
2023-08-28
0
Nana
vote untuk kakak 😍 biar makin semangat
2022-10-28
0
Nana
egois kamu tiara 🙁
2022-10-28
1