Bab 4

"Gimana mas hari pertama kamu di toko papa?" tanya Kina saat suaminya baru saja pulang.

"Senang, dong. Toko nya lumayan rame. Dan sekarang bukan toko papa kamu lagi. Tapi udah jadi milik aku. Tadi papa kamu sempat telepon waktu aku dalam perjalanan berangkat ke toko, papa kamu udah serahin toko itu sama aku."

"Serius, mas?"

"Iya, kalau kamu gak percaya kamu bisa tanyain aja sama papa kamu."

"Bukan gak percaya, mas. Aku ikut senang aja dengarnya. Itu artinya papa emang percaya sama kamu. Kamu harus bisa jaga amanah papa, mas."

Agam melirik istrinya begitu wanita itu mengatakan kata amanah.

"Tapi sekarang toko itu udah sepenuhnya jadi milik aku, sayang."

"Iya, mas. Aku harap kamu bisa memajukan usaha amanah dari papa."

Agam berdecak, dari tadi Kina terus saja membahas soal amanah.

"Udah ah, aku mau mandi. Tolong siapin air hangatnya, ya."

"Iya, mas. Tunggu sebentar, ya."

"Hm."

Kina melipir menuju kamar mandi sementara Agam menjatuhkan dirinya di sofa kamar. Pria itu menghela napas dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Tidak berapa lama, Kina kembali.

"Udah, mas."

Agam membuka matanya yang semula terpejam. Kemudian bangun dari duduknya.

"Aku siapin baju kamu, ya. Habis itu aku siapin makan malam buat kita."

Pria itu hanya merespon dengan anggukan, sebelum kemudian masuk ke kamar mandi.

Kina hendak mengambil pakaian Agam yang sudah ia tata dari koper ke lemari. Namun lamgkahnya urung begitu mendengar suara notifikasi pesan masuk yang bersumber dari ponsel yang tergeletak di sofa.

Kina tak begitu memperdulikan suara notifikasi pesan masuk tersebut. Namun suara notifikasi pesan itu kembali terdengar. Kina jadi penasaran, siapa yang mengirim pesan ke ponsel suaminya hingga berkali-kali.

Kina melangkah ke arah sofa untuk melihat siapa orang yang terus menerus mengirimi pesan ke ponsel suaminya. Perlahan tangan wanita itu bergerak mengambil ponsel tersebut dan melihat chat yang masuk dari layar kunci.

Riski:

Kemana aja?

Kina menghela napas lega begitu melihat nama yang tertera di layar tersebut. Mungkin itu teman Agam.

Kina menaruh kembali ponsel tersebut di tempat semula, ia membalikan badan dan hendak melangkah menuju lemari.

Ting ...

Begitu mendengar ponsel kembali mengeluarkan bunyi notifikasi pesan masuk, Kina membalikan badan guna mengecek kembali siapa pengirim chat tersebut.

Riski:

Sayang, kamu kemana aja, sih? Kenapa lama banget balas chat aku?

Deg!

Jantung Kina seketika berhenti berdetak, wajahnya menegang dan aliran darahnya seolah terhentj.

"Sayang?" Kina kembali membaca chat yang terlihat di layar kunci dan memastikan siapa pengirim chat tersebut.

"Namanya Riski, tapi kenapa chat mas Agam dengan kalimat 'sayang' ya?" pikir Kina.

Kina tidak ingin berpikiran yang buruk-buruk dulu, siapa tahu itu teman suaminya yang berusaha menjahili.

"Enggak, aku enggak boleh mikir yang macam-macam tentang mas Agam. Ini pasti salah satu teman dari circle mas Agam yang sedang bercanda." Kina berusaha untuk tetap berpikiran positif.

Tiba-tiba ponselnya mengeluarkan dering panggilan video call dengan nama Riski yang tertera di layar.

Kina menoleh ke arah kamar mandi, memastikan jika suaminya masih lama. Ia beranikan diri menjawab video call tersebut dengan tangan gemetar.

Kina menggeser tombol hijau dan muncul seseorang di balik layar.

"Halo, sayang ..." ucap seseorang di balik layar yang ternyata itu seorang wanita.

Kina membungkam mulutnya dengan mata yang membulat sempurna. Ia langsung mematikan panggilan tersebut dan melempar ponsel itu ke atas sofa.

Kina menggeleng keras. "Enggak, ini enggak mungkin. Mas Agam bukan pria yang seperti itu. Jelas-jelas nama yang tertera itu 'Riski'. Dan ini pasti cuma akal-akalan temannya mas Agam dengan tujuan nge prank."

Kina berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja ia lihat itu tidaklah benar.

_Bersambung_

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***