Pekerjaan yang menggiurkan untuk kesekian kalinya usai sudah.
Pagi yang cerah menyilaukan kulit putih seorang wanita yang saat ini tengah berdiri di depan hotel hendak memasuki taksi yang ia pesan.
“Duh lama sekali Pak? Saya buru-buru loh ini.” ucap Devina saat baru masuk ke dalam taksi.
“Maaf, Non. Di depan tadi ada kecelakaan.” jawab Pak supir sopan.
Devina tak lagi bersuara, ia fokus pada ponsel miliknya. Senyuman tersungging melihat saldo mbangking miliknya.
“Semoga dengan ini cukup dan membuat Ibu sembuh, apa pun caranya Ibu harus sembuh.” gumamnya memeluk ponsel miliknya.
Semua hasil kerja keras Devina selalu ia tabung, meski tidak seluruh. Ia juga harus menjaga penampilan agar tetap menarik.
“Pak nanti singgah sebentar di perempatan itu. Saya mau ke restoran sebentar. Tapi di tunggu yah? Hanya beli makanan saja kok.” Devina ingin membawakan makan yang enak untuk sang ibu.
“Baik, Non.” Pak supir patuh.
Perjalanan pagi itu cukup padat hingga Devina memilih meluangkan waktu untuk istirahat sejenak. Bekerja di atas tempat nyatanya tak seenak yang di katakan orang. Melayani, tentu Devina harus memiliki tenaga ekstra. Bahkan tak jarang ia mengkonsumsi vitamin agar fit.
Tiba-tiba di kesunyian perjalanan, ponselnya berdering.
“Halo,”
“Dev, sore ada lagi nih. Bisa kan? Atau yang malam juga ada. Lu pilih yang mana?” Seorang pria di seberang sana kembali menawarkan pelanggan yang terpilih untuk Devina.
Devina memijat kepalanya, sisa semalam saja tubuhnya rasanya begitu letih karena pria yang baru ia tinggalkan pagi ini bekerja tanpa tahu waktu.
“Yang malam gue ambil. Gue harus ke rumah sakit dulu soalnya. Yang sore jadwalin besok sore bisa kok.” Suara Devina terdengar begitu lelah.
“Oke,” Beruntung Devina bekerja sama dengan seorang teman yang cukup mengerti dan baik.
Setelah perjalanan dan membelikan makan, kini Devina sudah berada di depan pintu ruang rawat sang ibu.
“Pagi, Bu.” sapanya tersenyum melihat sang Ibu yang sudah bangun.
“Dev, dari mana saja? Kamu lembur lagi di hotelnya?” tanya Ibu Devina lemas.
Iya hanya tahu jika anaknya bekerja di hotel sebagai tim audit. Itu memang sesuai dengan jurusan sekolah Devina. Tanpa sang ibu tahu pekerjaan asli anaknya.
Devina bahkan belum pernah mencoba melamar pekerjaan semenjak lulus kuliah.
“Tidak, Bu. Semalam bukan lembur. Tapi ada acara dinner karena manajer di hotel itu lagi ulang tahun. Malam ini baru Devina dapat lembur lagi. Ibu nggak apa-apa yah Devina tinggal kerja?” tuturnya sembari bergerak menyiapkan sarapan untuk ibunya.
“Dev, kenapa beli makanan banyak? Ibu sudah ada jatah makannya, Nak.” sahut sang ibu tidak tega memikirkan anaknya harus kerja banting tulang.
Padahal bukan banting tulang, tetapi banting badan.
“Makanan untuk ibu pasti tidak enak karena kita pakai pelayanan paling murah, Bu. Jadi biar ibu enak makan Devina belikan ini.” Ia duduk lalu mulai menyuapi sang ibu makan.
Di sela-sela makan Devina menatap wajah sang ibu seolah ingin bicara. “Bu, dulu ibu pernah katakan, pria itu punya tanda lahir merah seperti bulan di pinggang kanannya?”
Seketika wajah teduh sang ibu berubah murka mendengar anaknya membahas hal yang paling tidak ia inginkan.
“Devina, hilangkan pembahasan itu. Ibu sudah katakan berhenti membahasnya.” Nada tinggi suara sang ibu membuat Devina takut jika ibunya kambuh lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
AbhiAgam Al Kautsar
selamat berpetualang Devina... Semoga bertemu dengan apa yg engkau cari
2022-10-13
0