Karin membuka pintu yang memang belum terkunci itu. Ia berjalan santai seolah seperti tidak melakukan apapun, padahal dirinya pergi dari pagi dan baru pulang sekarang. Ia tidak tau bahwa orang tuanya sangat khawatir karena saat di telpon nomer Karin tidak aktif.
"Karin, akhirnya kamu pulang sayang" seru mamanya Karin saat ia sudah sampai di ruang tengah.
"Mama, kayak aku ngga pernah pulang malem aja" sahut Karin berpura-pura cemberut
Mamanya pun mencubit lembut pipi Karin dan memeluk nya. Lalu menuntun Karin menuju sofa yang ternyata ada dua orang yang sepertinya Karin kenal.
"Karin, apa kabar mu sayang" seru salah seorang dari mereka yang mungkin seumuran dengan mama Karin. Dan yang pria sepertinya lebih muda daripada papa Karin.
"Karin baik" jawab Karin ragu. Melihat ekspresi Karin perempuan yang masih terlihat muda itu hanya tersenyum lalu menghampiri Karin.
"Kau lupa dengan Tante Karin?" Tanya wanita itu membelai lembut pipi halus Karin.
"Tante....." Karin menatap ragu ke arah wanita itu. Ia masih lupa.
"Ma, biarkan Karin duduk dulu, dia pasti lelah" ucap pria yang tadi duduk di sebelah wanita itu.
"Oh iya, ayo duduk dulu nak. Tante sungguh rindu dengan mu" ucap wanita itu lalu menuntun Karin untuk duduk di sofa. Lebih tepatnya ia ingin agar Karin duduk di sebelah nya.
"Karin, ini adalah Om Jaka dan juga Tante Sarah. Kau lupa nak?" Ucap pak Bram, ayah dari Karin.
"Om Jaka dan Tante Sarah..." Karin menatap dua orang yang memang tidak asing itu bergantian. Lalu.
"Ya ampun... Ini Tante Sarah, mamanya kak Aldo?" Seru Karin saat sudah berhasil mengingat wanita di sampingnya itu.
Sementara orang tua Karin dan juga pak Jaka hanya tersenyum. Mereka maklum jika Karin sedikit lupa dengan pak Jaka dan juga Bu Sarah. Sebab saat Karin berusia tujuh tahun pak Jaka dan Bu Sarah juga anak lelaki mereka yang bernama Aldo harus pindah ke luar kota karena urusan pekerjaan pak Jaka.
"Tante apa kabar? Udah lama loh Karin ngga ketemu sama Tante. Tante makin cantik aja" seru Karin lalu memeluk erat Bu Sarah.
"Tante baik, kamu juga sekarang sudah besar. Udah pintar dandan jadi makin cantik" ucap Bu Sarah mencubit lembut pipi Karin.
Pipi Karin pun bersemu merah saat orang yang dulu pernah ia impikan menjadi ibu nya itu memuji dirinya. Disaat masih berumur tujuh tahun Karin sudah bermimpi untuk menjadi perempuan yang akan menikah dengan anak lelaki Tante Sarah.
"Om Jaka juga apa kabar?" Tanya Karin lalu menghampiri pak Jaka untuk mencium tangan Om Jaka.
"Om baik, kamu sudah semakin cantik sekarang Karin. Jika Aldo melihat mu pasti ia akan jatuh cinta dengan mu" ucap pak Jaka. Dari saat Karin masih kecil ia sudah menaruh hati kepada bayi Karin agar kelak ia bisa menjadikan Karin sebagai menantunya.
"Jaka, anakku masih muda ia bahkan belum genap dua puluh lima tahun" sahut pak Bram.
"Aku hanya bercanda Bram. Dulu saat mereka masih kecil aku sangat memimpikan Karin menjadi menantu ku. Tapi sekarang mereka sudah dewasa. Biarkan mereka memilih jalan mereka dan kita sebagai orang tua tinggal mengarahkan saja. Bukankah begitu Bram?"
"Ya kau benar, ngomong-ngomong dimana putra mu?"
"Putra ku sekarang entah dimana..."
"Jawaban apa itu Jaka"
"Benar mas, Aldo kabur entah kemana. Semua ini gara-gara mas Jaka" sahut Bu Sarah lalu menatap ke arah suaminya
"Bagaimana bisa jeng" tanya Bu Siska, mama Karin.
Sementara Karin hanya menjadi pendengar setia untuk sesi cerita yang mungkin akan panjang ini. Membicarakan tentang lelaki bernama Aldo. Ia sungguh penasaran bagaimana rupa Aldo. Dulu ia sangat bermimpi bisa bersama dengan kak Aldonya itu, namun seiring berjalannya waktu dan Karin tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang telah menarik hatinya. Rasa suka pada Aldo pun kian memudar bahkan mungkin sudah tidak ada. Selain karena mereka tidak pernah bertemu , Aldo pun tak pernah mencoba menghubungi Karin. Sebab itu Karin menganggap bahwa Aldo mungkin sudah melupakan dirinya.
***
Gita sudah sampai rumah dan ia pun segera masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Saat ia pulang orang tua sudah tidur beberapa saat yang lalu kata mbok Na, asisten rumah tangga di keluarga Wijaya.
"Ahh segarnya... Seharian ini aku ngga mandi" ucap Gita saat ia sudah selesai mandi dan sudah memakai piyama bersiap untuk tidur.
Sementara di bawah. Tepatnya di tempat tidur untuk para pembantu dan juga supir. Seseorang kini sulit memejamkan matanya, fikirannya masih berkelana mengingat masa-masa kecil yang menyenangkan untuk di ingat. Bukan masa lalunya, namun seseorang di masa lalunya.
"Kamu lihat, bahkan untuk dekat dengan dirimu. Kakak rela menjadi supir di keluarga Wijaya. Agar kakak bisa melihat mu setiap hari karena kakak tau kamu sahabat dari Gita" ucap nya bermonolog sambil memandang selembar foto gadis cantik yang sedang tersenyum. Bahkan Aldo merasa gadis itu tersenyum padanya.
"Selamat tidur gadis cantik milik kakak" lanjutnya lalu mencium foto itu dan ia pun bergegas untuk tidur.
***
Malam semakin larut, namun bukannya merasa mengantuk dua insan yang sedang saling melepaskan has*at itu justru bertambah semangat. ******* yang saling bersahutan membuat mereka bersemangat untuk saling mendapatkan sebuah kepuasan. Padahal si wanita itu tengah hamil. Namun hal itu justru membuat nya ingin melakukan hal itu lagi dan lagi.
"Aahhh...." Erangan panjang mereka terucap bersamaan menandakan bahwa kegiatan panas di malam yang dingin itu sudah berakhir.
Si pria ambruk di samping wanita yang juga merasa sudah sangat lemas tenaganya pun sudah terkuras habis karena pertempuran hangat mereka.
"Kau selalu hebat sayang" ucap pria itu menatap lembut perempuan yang bukan istrinya itu. Ya hubungan mereka adalah hubungan terlarang.
"Kau juga sangat hebat. Kau selalu bisa memuaskan diriku" jawab si wanita lalu mengecup manja bibir pria yang ada di sampingnya.
"Baiklah ini sudah malam, waktunya tidur," lelaki itu pun menutup tubuh polos mereka dengan selimut tebal agar mereka tidak kedinginan.
"Ya. Selamat malam sayang" ucap wanita itu lalu memeluk tubuh pria di sampingnya. Si pria pun juga ikut tertidur, tubuhnya juga merasa lelah.
***
Di sebuah kamar yang berada di rumah mewah milik keluarga Santi. Kini Angga sedang mondar-mandir di kamarnya. Ia selalu melihat ke arah jam yang bertengger di dinding. Sudah pukul setengah satu dini hari. Namun kenapa istrinya belum juga pulang. Meskipun tidak ada rasa cinta sedikitpun di hati Angga untuk Santi, namun ia juga khawatir jika wanita yang mengandung anak nya itu belum pulang di jam segini. Ia pun meraih telepon genggam nya lalu menghubungi nomer milik istrinya.
Tuut... Tuuut. Tuut....
Ia membanting telepon itu ke atas kasur. Jawaban yang sama. Padahal nomer telepon Santi aktif dan tersambung lalu kemana perempuan itu sehingga tidak mengangkat teleponnya. Ia melihat jam lagi, sudah hampir jam satu dini hari. Ia pun naik ke atas kasur bersiap untuk tidur. Perset*n dengan Santi besok Angga masih harus bekerja. Karena dirinya yang hanya menjadi karyawan biasa akan dipotong gaji jika sampai terlambat semenit saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments