(1)

...Saat tragedi itu mengikat kita...

...Harus nya aku sadar...

...Bahwa aku telah terpesona...

...Akan dirimu....

Selamat membaca !!!

"Happy birthday sayang...." Ucap seorang wanita paruh baya sambil membawa kue tart coklat ke hadapan seorang gadis kecil yang tengah menonton televisi.

"Wahhhh mommy!" teriak gadis itu melompat dari sofa menuju sang ibu.

"Make a wish Dan tiup lilin nya ya," Sang ibu berjongkok untuk mensejajarkan posisinya dengan putrinya.

"Suatu hari aku ingin tinggal di Villa indah yang damai!"

('dan aku berharap hidup bahagia bersama orang yang ku cintai'-lanjut nya di dalam hati.)

Lilin ditiup, dan sebuah senyuman serta cengiran khas anak kecil terpampang di wajahnya.

"Harapan yang bagus. Semoga hal itu terwujud dan tercapai!" sang ibu membimbing sang anak ke meja makan.

Mereka menyantap kue dengan tawa dan senyum bahagia. Sang ibu bersyukur dia bisa melihat putri nya tumbuh. Meskipun bukan darah dagingnya, ia tetap mencintai gadis kecil itu karena dia sudah merawatnya sedari bayi.

('Tumbuhlah dengan baik'- batin wanita itu saat si gadis kecil meniup lilin.)

"Katakan apa yang kau inginkan?" tanya sang ibu dengan senyum lebar yang terlukis di wajahnya. "Taman bermain! Aku ingin ke taman bermain bersama mommy seharian!" jawab sang anak penuh semangat. "Tapi mommy kan harus kerja," jawabnya.

Wanita itu terdiam sejenak mendengar keinginan sang anak, kemudian dia melirik jam tangan yang telah menunjukkan angka 6:30, itu artinya 30 menit lagi ia harus berangkat ke kantor, jika tidak ingin terlambat.

"Mommy selalu bilang begitu. Aku mohon hari ini saja,".pinta gadis kecil itu.

Si gadis kecil memasang wajah memelas, berharap permohonannya kali ini akan di kabulkan oleh sang ibu. Sang ibu yang melihat anaknya memohon dengan wajah memelas, akhirnya lulus dan mengikuti keinginan sang anak.

Selama ini, dia cukup sibuk berperan dalam 2 pekerjaan sekaligus, kemudian menjadi single parent di waktu yang bersamaan. Sehingga waktu yang ia habiskan bersama putrinya sangat terbatas atau bisa dikatakan jarang.

Kali ini, rasanya sang ibu sangat ingin mengabulkan permintaan putrinya. Entah kenapa, ia merasa berbeda, hanya saja dia sangat ingin memenuhi keinginan putrinya itu, seolah ia akan merindukan sesuatu.

"Mommy tanya sama bos mommy dulu ya. Kalau bos mommy bilang boleh, maka kita akan pergi. tapi kalau tidak boleh, berjanjilah tidak akan sedih?". Sang ibu mencoba bernegosiasi dengan si gadis kecil, dia tidak bisa menjanjikan sesuatu yang belum bisa dia pastikan, dia takut mengecewakannya.

la tau betul boss nya sangat sulit memberi nya izin libur karena ia adalah tangan kanan untuk mengurus perusahaan sekaligus sekretaris nya.

"Mommy Hanny pasti diizinkan," celetuk sang anak.

('Semoga saja' batin wanita itu berharap.)

Wanita itu bernama Hanny, bekerja sebagai sekretaris sekaligus tim penyidik serta merawat seorang anak dari temannya yang telah wafat beberapa tahun yang lalu. Dengan perasaan cemas dan penuh harap, Hanny mengeluarkan ponsel dari dalam tas, kemudian mencari nama bos tempat ia bekerja.

"Halo pak selamat pagi, begini pak saya mau minta izin cuti 1 hari boleh pak?" tanya Hany to the point, tanpa basa basi. Karena bos nya tidak suka basa basi

"sungguh? Terima kasih banyak pak!" ucap Hanny meski panggilan sudah di akhiri oleh bos nya.

Kali ini ia merasa semuanya dipermudah. Tak biasanya bos langsung berkata 'baiklah.'

Meski diakhiri kalimat. "Nikmati hari liburmu. Mungkin ini yang terakhir!"

la paham maksud bos jika ia libur hari ini maka ia tidak mendapatkan libur lain lagi. Mungkin konsekuensi dari mengambil cuti libur secara mendadak, dan disaat perusahaan tengah sibuk. Tapi itu bukan masalah, tujuan hidup nya hanya untuk membahagiakan kan putri kecil nya.

"Hore... mommy bakal nemenin Zara seharian!" teriak anak kecil tersebut melompat kegirangan.

Hanny tersenyum saat melihat sang anak kegirangan hanya karena hal kecil, mungkin mulai sekarang dirinya harus memperhatikan hal hal kecil yang mungkin ada di sekitarnya. Terutama mengenai Zara.

"Nah, sekarang Zara siap siap sama Narita. mommy tunggu di sini, sekalian mau mengirimkan pekerjaan mommy kepada bos, ya?"

"Siap mommy. "

Seharian ibu dan anak itu menghabiskan waktu bersama, memenuhi keinginan dari gadis kecil, hingga tak terasa malam telah menjemput. Mereka menutup perjalanan mereka dengan makan di sebuah restoran yang sangat digemari oleh gadis kecil itu.

"Mommy, kenapa menggendongku?" tanya gadis kecil itu saat tubuh kecilnya di gendong dari mobil hingga mereka memasuki rumah.

Hanny memandang gadis kecil yang ada di dalam gendongannya. Dia tidak merespon untuk beberapa saat, dan hanya menatap gadis itu dengan seksama.

"Ada apa mommy?" tanya gadis kecil itu.

Hanny masih menatap gadis kecil yang biasa dipanggil dengan sebutan Zara itu. Kemudian seulas senyum terulas di bibirnya. ('Dia sangat peka, sama sepertimu Zena' batin Hanny.)

Sebenarnya, ia pun pun tak mengerti, kenapa ia menggendong Zara saat masuk kedalam rumah. Padahal, biasanya Zara akan berjalan secara mandiri dan ia hanya perlu menggandeng tangan gadis kecil itu

Kali ini berbeda. Entah kenapa ia merasa ia tak ingin melepaskan pelukannya, ia ingin tetap merasakan kehangatan dari gadis kecil yang ada dalam dekapannya saat ini, seakan ada perasaan akan kehilangan. Perasaan yang mengatakan bahwa ia tidak bisa memeluk anaknya ini lagi. Dirinya secara tiba-tiba, merasa takut kehilangan, tapi dia tidak tau apa yang membuat dirinya cemas.

"Mommy, Zara sayang mommy," ujar sang anak menelusupkan wajahnya di ceruk leher Hanny.

Kepala gadis kecil bernama Zara itu bergerak gerak, berusaha mencari kehangatan dari leher Hanny.

"Mommy jauh lebih menyangi mu," ucap Hanny dengan tulus.

Hanny kembali melangkah sambil sesekali bergurau bersama Zara. Sehingga mereka tiba di dalam kamar sang anak. Setelah bersih bersih, Hanny menidurkan Zara. Mungkin karena kelelahan, Gadis kecil itu langsung terlelap, bahkan tanpa dibacakan dongeng.

"Semoga kebahagiaan menyertaimu sayang," ucap Hanny mengecup kening sang anak.

Belum selesai ia mengecup kening Zara, terdengar suara bel.

"Siapa yang bertamu di jam segini?" gumam Hanny.

la pun bangkit dari ranjang sang anak. Sebelum meninggalkan kamar, ia memastikan bahwa sang anak sudah di selimuti dengan benar. Barulah setelah itu, ia meninggalkan kamar untuk membuka pintu untuk tamu yang datang.

Ceklek..

Pintu, terbuka menampilkan seseorang yang tak asing. Itu bos nya.

"Silahkan masuk pak."

"Narita, tolong buatkan kopi," pinta Hanny kepada asisten rumah tangganya.

"Baik nyonya..." terdengar sahut dari dapur.

Mereka melangkah menuju sofa. Setelah beberapa saat saling terdiam, akhirnya Hanny angkat bicara.

"Jika saya boleh tahu apa gerangan bapak datang ke rumah saya malam-malam seperti ini?" tanya Hanny.

Si bos tak menjawab dengan kalimat, tapi ia hanya menaruh map berwarna merah ke atas meja dengan tenang.

Celaka!

Hanny menjadi panik, sedangkan lelaki berstatus sebagai bos itu nampak tenang.

TBC

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Lanjut gak nih ?

Aduh, kira- kira apa isi map tersebut ya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!