“Aaa… Sekarang aku agak sibuk….”
“Seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, tanggal operasi pak Roy sudah ditentukan. Mengenai surat persetujuan operasi.”
“Sampai kapan pihak kami harus menunggu? Jika kau terus menghindari panggilanku, itu artinya kau ingin membunuh pasien,” Jane memotong ucapan Tom.
Tom hanya diam dan tahu harus menjawab apa.
“Roy. Bagiku dia sudah mati. Kenapa terus menyelamatkan orang yang sudah mati? Apa kau Tuhan?” ucap Elle yang sangat membenci ayahnya dan menganggapnya sudah mati.
“Apa maksudmu?” tanya Jane.
“Jane. Jika kau begitu peduli padanya, kau saja yang datang kemari,” ucap Ella ketus.
Jane yang kesal dengan ucapan Ella pun langsung menutup teleponnya dan membanting gagang telepon itu.
“Astaga. Dasar wanita gila,” gumam Jane sendirian.
“Jika dia gila, seharusnya datang ke rumah sakit jiwa,” ucap senior Jane yang mendengar gumam Jane di panti jompo itu.
“Bu Rose?” sapa Jane.
“Bisa kulihat riwayat kesehatannya?” tanya Rose.
Jane memberikan beberapa lembaran kertas kepada Rose yang berisi riwayat penyakit yang diderita Roy, ayah Ella.
“Pasien demensia di kamar 109,” ucap Jane.
“Pak Roy?” tanya Rose.
“Dia butuh operasi pengangkatan glioblastoma secepatnya tapi…”
“Walinya tak peduli, bukan?” potong Rose.
Jane hanya menganggukkan kepalanya.
“Dia pasien terlama di rumah sakit panti jompo ini. Wali tak pernah datang berkunjung ataupun meninggalkan pesan. Itu artinya pasien sudah diabaikan.”
“Daripada terus menghubungi wali yang tak bertanggung jawab itu, kenapa tak datangi langsung saja orangnya untuk menyelamatkan pasien?” Rose mengusulkan untuk mendatangi secara langsung.
Jane hanya diam tanpa merespon ucapan seniornya itu.
“Aku tahu kau pasti bisa melakukan itu. Kau sangat profesional, bukan?” ucap Rose.
“Jika kau memberiku libur 2 hari, aku akan mendatanginya sendiri,” jawab Jane.
“Kenapa dua hari? Apa kamu juga akan berkencan dengan kekasihmu?” tanya Rose.
“Bukan begitu,” Jane menggelengkan kepala.
“Sepertinya benar dugaanku. Baiklah, kalau begitu,” ucap Rose.
“Kalau begitu, aku akan pulang dan segera menemui wali itu,” ucap Jane yang segera pergi dari sana.
***
Begitupun dengan Michael yang sudah berada di rumah sakit jiwa, tempatnya bekerja.
Michael mengganti pakaiannya, dan mengenakan seragam khusus untuk perawat, lalu membantu para pasien yang berkebutuhan khusus untuk menyelesaikan permasalahannya.
Saat Michael hendak membuat kopi, salah satu perawat wanita yang ada di rumah sakit jiwa itu mendatanginya.
Perawat wanita itu mengatakan bahwa, seorang pasien telah berbuat ulah dengan mengambil barang milik pasien lain, hingga membuat pertengkaran diantara mereka.
“Pak Michael, mari ikut aku ke ruang istirahat pasien!”
Michael kembali menaruh gelas yang sudah terisi bubuk kopi, lalu bergegas pergi menuju ruang istirahat.
Sesampainya Michael di ruangan itu, terlihat seorang wanita dewasa yang sedang duduk di lantai dan memakan semua makanan di hadapannya dengan rakus.
Para pasien lain pun terlihat kesal dan mengomel sendiri karena wanita itu mengambil semua makanan milik orang lain.
“Sial! Pencuri itu juga memakan semua makanan termasuk milikku juga,” ucap salah satu pasien yang kesal karena diambil makanannya.
Michael pun mendekati wanita itu dan berjongkok untuk mengobrol dan menenangkannya.
“Nona,” panggil Michael dengan sabar.
“Suamiku!”
Wanita itu masih terus mengunyah makanan yang berada di mulutnya dan mengira bahwa Michael adalah suaminya.
Michael menyingkirkan semua makanan yang berada di depan wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments