Happy reading...........
Bunga mengendarai mobilnya sambil menatap jalanan, dengan pikiran yang sedikit melamun. Bunga pun memarkirkan Mobilnya di sebuah taman yang ada di kota, dia ingin sejenak merilekskan pikirannya.
Dengan langkah perlahan, Bunga masuk ke dalam taman, berjalan tanpa arah, menatap setiap orang berlalu lalang. Bahkan ada yang sedang pacaran, tetapi pikiran Bunga saat ini, entah sedang di mana. Dia hanya saja terus berjalan mengitari taman itu, hingga tanpa sengaja dia melihat anak kecil yang berusia 4 tahun, sedang menangis di dekat pohon.
Bunga yang melihat itu pun kasihan, kemudian dia mendekat ke arah anak kecil itu. "Adek... Adek kenapa menangis? Mama sama Papanya mana? Kok Adek sendirian?" Tanya Bunga dengan suara yang begitu lembut, agar tidak menakuti anak itu.
Anak perempuan itu pun mengangkat wajahnya, sungguh sangat imut dipandang, dengan pipi cabi dan mata sipit membuat Bunga begitu gemas melihatnya.
Anak kecil itu pun memeluk tubuh Bunga seketika, kemudian menangis tersedu-sedu. Bunga yang melihat itu pun mengelus rambut indah dan lembut yang terurai panjang setengah pinggang, milik Gadis itu dengan lembut.
"Kenapa menangis cantik? Mama sama Papa kamu mana? Kenapa di sini sendirian?" Tanya bunga sambil mengusap air mata anak kecil itu.
"Tadi Aulola ke sini bersama dengan Papa. Tapi Aulola pergi untuk mengejal kupu-kupu, dan sekalang Aulola tidak tahu di mana Papa belada," ucap anak kecil itu yang bernama Aurora, dengan suara cadel.
"Oh, nama kamu Aurora? Cantik, seperti orangnya," goda Bunga sambil menjawil hidung Aurora dengan gemas, membuat anak kecil itu terkekeh.
"Kita cari Papa kamu yuk! Mungkin Papa kamu juga lagi mencari kamu, dan dia sangat khawatir sama kamu! Ayo, Tante antar."
Aurora pun mengangguk, kemudian Bunga menuntun Aurora menyusuri taman itu untuk mencari sang Papa. Setelah cukup lama, tiba-tiba Aurora berucap sambil menunjuk seseorang yang menggunakan jas dan nampak gagah, walaupun hanya terlihat dari belakang saja.
"Tante cantik, itu Papa Aulola, itu Papa," seru Aurora dengan wajah bahagia saat melihat Papanya sedang celingak celinguk mencari dirinya.
"Ya sudah, yuk kita samperin Papa," ajak Bunga sambil menuntun anak itu menuju ke arah pria tinggi nan gagah yang memakai jas hitam.
"Papa..." panggil Aurora sambil berteriak memanggil pria itu.
Mendengar namanya dipanggil, pria tampan itu pun memalingkan wajahnya, dan seketika dia berbinar bahagia saat melihat Aurora berlari ke arahnya. Dengan penuh rasa syukur, pria itu pun memeluk tubuh Aurora dengan erat. Bunga yang melihat itu seketika hatinya merasa terenyuh, dia membayangkan jika pria itu adalah Ilham, yang sedang memeluk anak mereka.
'Jika saja aku dan Mas Ilham mempunyai anak, pasti sekarang kami bahagia. Bahkan kami sering berjalan-jalan. Ya Allah, semoga aku bisa cepat hamil,' batin Bunga sambil meneteskan air mata dan mengusap perutnya dengan pelan.
"Kamu ke mana aja sayang? Papa cari kamu, kenapa kamu lari, dan malah menghilang? Papa kan jadi khawatir," ucap pria tampan itu sambil menangkup kedua pipi gembul milik Aurora.
"Maafkan Aulola Papa, tadi Aulola melihat kupu-kupu yang sangat cantik. Jadi Aulola pelgi mengejal kupu-kupu itu, hingga Aulola tidak tahu, Papa ada di mana? Untung ada tante cantik itu, yang nolongin Aulola buat nyali Papa," tunjuk Aurora kepada Bunga.
Pria tampan itu pun beralih menatap Bunga, kemudian dia berdiri dan menghampiri Bunga. Melihat itu Bunga segera menghapus air matanya, dan tersenyum ke arah pria tampan yang ada di hadapannya.
"Terima kasih, karena sudah membantu anak saya untuk mencari saya. Jujur Saya sangat khawatir, saya takut jika Aurora akan hilang. Sekali lagi, saya terima kasih ya atas kebaikan kamu," ucap pria tampan itu sambil mengulurkan tangannya.
Bunga tersenyum, lalu menjabat tangan pria itu. "Sama-sama, saya kasihan kepada Aurora. Tadi saya tidak sengaja melihat dia menangis di bawah pohon, dan dia bilang, dia tersesat. Jadi saya bantu cari Papahnya," jawab Bunga sambil melepaskan pegangan tangannya.
"Saya Bagas, nama Mbak siapa?" tanya pria tampan itu yang bernama Bagas.
"Saya Bunga! Kalau begitu saya duluan ya. Aurora, tante pulang dulu ya! Ini sudah siang. Senang bertemu dengan kamu anak cantik," ucap Bunga sambil menjawil pipi Aurora dengan gemas. Namun saat Bunga ingin melangkah, tiba-tiba Aurora memegang tangannya.
"Tante, apa kita bisa beltemu lagi?" tanya Aurora dengan tatapan penuh harap ke arah Bunga.
Bunga pun berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi anak perempuan cantik itu, kemudian dia mengusap pipi Aurora dengan lembut. "Insya Allah, Jika Allah berkehendak. Kita akan bertemu lagi. Tante pulang dulu ya cantik, Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..." jawab Aurora dan juga Bagas bersamaan.
Bunga pergi meninggalkan Bagas dan juga Aurora, tanpa menoleh sedikitpun. Dia berjalan menuju mobilnya, dimana terparkir. Sebenarnya Bunga ingin sekali bermain dengan Aurora, tetapi dia ingat jika dia bukan siapa-siapa. Hanya saja, melihat wajah cantik dan imut milik Aurora, membuat hati Bunga menghangat. Mungkin karena dia menginginkan seorang anak, jadi hatinya gampang tersentuh jika melihat anak kecil.
-------------------------
Bunga memarkirkan Mobilnya di teras rumah, dia masih melihat mobil mertuanya ada di sana. Seketika Bunga pun menghela nafasnya dengan kasar, dia menyiapkan mentalnya dulu sebelum turun dari mobil.
Bunga tahu jika pasti ibu mertuanya akan kembali memaki dirinya, menghina dirinya, dan Bunga harus siap akan hal itu. Walaupun terkadang, ucapan mertuanya itu sangat-sangat menusuk ke dalam hati bunga.
"Assalamualaikum," ucap Bunga sambil masuk ke dalam rumah, dan saat melewati ruang tamu, ternyata Mama mertuanya sedang duduk sambil membaca majalah.
"Bunga, sini kamu," ucap ibu Farah memanggil Bunga dan menggerakkan jari telunjuknya, agar Bunga mendekat ke arahnya.
Dengan langkah malas, Bunga pun mendekat ke arah mertuanya. "Iya Mah, ada apa?" Tanya Bunga.
"Kamu ini istri macam apa? Keluyuran aja bisanya. Ke rumah sakit apa harus selama itu? Mana, coba saya mau lihat hasil tesnya," ucap Ibu Farah sambil merentangkan tangannya, meminta hasil tes Bunga tadi di rumah sakit.
Mendengar itu Bunga pun langsung merogoh tasnya, kemudian dia menyerahkan surat keterangan kesuburannya dari dokter. d
Dan tanpa dibaca, surat itu langsung disobek hingga menjadi beberapa bagian.
Bunga sangat kesal melihat itu, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa menahan emosinya, dan bersabar menghadapi mertuanya.
"Heh cewek miskin! Nggak usah tes-tes kesuburan. Kalau emang udah dasarnya kamu mandul, ya tetep aja mandul! Gak bakalan kamu bisa hamil. Lagi pula saya heran, kamu itu jangan-jangan, bukan ke rumah sakit? Atau jangan-jangan... Kamu itu bertemu sama selingkuhan kamu? Iya," tuduh ibu Farah dengan tatapan tajam ke arah Bunga.
Mendengar itu, tentu saja Bunga menggeleng dengan cepat. "Tidak Mah, kenapa Mama malah menuduh aku seperti itu? Aku benar-benar ke rumah sakit, dan itu suratnya. Tapi Mama tidak membacanya dan malah langsung merobeknya," jawab Bunga membantah ucapan Mama mertuanya.
Plak
Satu tamparan mendarat keras di wajah Bunga, hingga membuat wanita itu sedikit terhuyung. "Berani kamu membatah Mama ya? Ingat, kamu itu di sini hanya numpang. Kalau bukan karena permintaannya Ilham, kamu pikir saya akan merestui hubungan kalian? Dan harusnya kamu itu bersyukur, karena berkat Ilham, operasi ginjal Ayah kamu itu bisa dilaksanakan. Kalau tidak, mana mungkin Ayah kamu hidup sampai sekarang? Mikir dong pakai otak!"
Setelah mengatakan itu, Ibu Farah pun pergi dari ruang tamu, dia melewati tubuh Bunga sambil menyenggolnya, hingga wanita itu jatuh ke lantai.
"Ciih, dasar lemah," ketus Ibu Farah sambil berlalu meninggalkan Bunga.
Air mata Bunga kembali lolos, memang dia dan juga Ilham saling mencintai. Tetapi dulu juga ayahnya Bunga gagal ginjal dan harus dioperasi, dan Bunga tidak mempunyai biaya sebanyak itu. Dan dengan senang hati Ilham mau membantu Bunga untuk membiayai operasi ayahnya, dan Karena itulah Ibu Farah selalu mengungkit-ngungkit masalah biaya operasi itu.
Tadinya bunga ingin mengganti uang itu, walaupun hanya dengan menyicil. Tapi Ilham melarang keras, dia tidak mau Jika Bunga mengganti uang itu. Karena Ilham pikir, mereka suami istri dan uang suami adalah Uang istri.
Bunga pun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, kemudian dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Tatapannya menerawang menatap langit-langit kamar.
"Ya Allah, entah sampai kapan aku akan bertahan dengan perlakuan Mama? Aku minta kepadaMu ya Allah, tolong balikan hati Mama, agar dia mau menerimaku."
Bersambung.........
Akan sampai kapankah Bunga bertahan?🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
kalo dasarnya uda ga suka dari awalnya, mau pembelaan sekeras apapun ga akan diterima, termasuk tes kesuburan kamu Bunga,,,
2024-08-28
0
Laksmi Amik
nyimak dulu
2024-01-17
1
Uthie
sy coba lanjut nyimak lagii Thor 🙏
2024-01-09
1