Nusa dan Tara berjalan bersama melewati jalan setapak, mereka nampak akur satu sama lain.
"Tina Bella Fiona," ucap Nusa dengan tangan disilangkan di atas kepala.
"Kenapa dengan dia," tanya Tara penasaran.
Nusa nampak berpikir lalu berkata. "Emm...Montok!"
Tara segera menendang pantat Nusa, dia mengeluarkan 2 buah jarum panjang dan berkata. "Aku tidak terima jika ada cewek lain yang asetnya lebih besar dari milikku. Lebih baik aku pake jarum ini buat letusin aset cewek gatel itu! "
Tina memiliki dada besar serta telinga panjang seperti kelinci. Mengapa demikian? karena Tina adalah Ras Dedemit. Ras Dedemit sendiri dikenal akan kecantikan dan bentuk tubuh mereka yang menonjol.
"Nus, katanya kamu bisa manggil monster?" tanya Tara membuka obrolan. Mulutnya dipenuhi buah segar yang baru dipetik dari sumbernya.
"Tentu saja aku bisa. Tapi ini teknik rahasia, orang lain tidak boleh tahu."
Nusa menarik Tara dari jalan setapak menuju hutan. Mereka berhenti setelah cukup dalam memasuki hutan yang sepi.
Nusa mengangkat tangan kanannya, tidak lama sebuah lingkaran muncul di tanah. Lingkaran itu sebasar trampolin, huruf aneh terukir di dalamnya.
Lingkaran itu mulai mengeluarkan cahaya biru yang sangat terang. Tara meremas jemari, berlindung dibalik tubuh Nusa.
Tiba-tiba asap tebal menyelimuti seluruh lingkaran.
Asap tebal itu perlahan menghilang, sesosok makhluk misterius berdiri tegak di tengah lingkaran. Makhluk itu seperti anak berusia 5 tahun, badannya kecil, kepalanya tidak tumbuhi rambut. Dia mengenakan cel*na dal*m berwarna putih, serta bertelanjang dada. Seluruh tubuh makhluk itu di lapisi bedak berwarna putih.
"Tu--tuyul!" teriak Tara panik melihat makhluk itu. "A-aku tidak sedang bermimpi, bukan."
Sosok misterius itu menghampiri Nusa dan Tara. Dia memberikan salam hormat.
"Hamba menghadap yang mulia," ucap tuyul itu sambil menundukan kepala.
Nusa tersenyum. "Ludra, kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang keadaan di seluruh benua Eurasia. Jangan kembali sampai seluruh infomasi terkumpul."
"Ya! Hamba siap mengumpulkan informasi se...."
Nusa mengoleskan bedak putih pada wajah Ludra dan berkata. "Lain kali bedaknya ditebelin lagi. Sekarang kamu boleh pergi, aku mengandalkanmu."
Ludra pun menghilang dari hadapan Nusa. Tara yang ketakutan menghela napas lega.
"Ke-kenapa ada tuyul di dunia ini" Tara mengintip di balik jubau Nusa.
Nusa tersenyum jahil, "Hallo... kamu kemana aja. Di benua Eurasia itu tempatnya setan lokal hidup. Kamu sendiri adalah Ras Kuyang, berarti masih ada Ras-Ras lainnya di benua ini."
Nusa bersandar pada sebuah pohon lalu melanjutkan perkataannya. "Di benua Eurasia sendiri terdapat beberapa Ras yang hidup berdampingan. Antara lain adalah Ras Kuyang, Mante, Tuyul, Dedemit, Buto Ijo, Gendruwo, Jailangkung, Jenglot, Babi ngepet, dan manusia. Serta ada beberapa Ras yang masih misterius."
Penduduk benua Eurasia berjumlah 3 miliar jiwa, terbagi ke dalam 5 Kerajaan. Yaitu Kerajaan Bumantara, Kerajaan Cakrawala, Kerajaan Baladewa, Kerajaan Eunola, dan Kerajaan Bhayangkara.
Kerajaan Bhayangkara sendiri memiliki penduduk berjumlah 1 miliar jiwa, sekitar 1/2 penduduknya berasal dari Ras Dedemit.
Ras Dedemit terbagi menjadi 10 suku. Diantaranya adalah suku Siluman Harimau, Siluman kelinci, Siluman Ular, Siluman Buaya, Siluman Ikan, Siluman Burung, Siluman Serigala, Siluman Rubah, Siluman Beruang dan Siluman Kucing.
Setiap suku mempunyai ciri khasnya masing-masing, kita dapat membedakannya dari Telinga, Kuku, Lidah, Ekor, kaki, tangan dan lain-lain. Tapi ciri umum dari Ras Dedemit ada di bagian mata mereka, iris matanya memanjang ke atas, serta kedua ujung irisnya runcing.
"Oh, jadi begitu," Tara mengangguk paham, "Aku sekarang punya banyak pertanyaan tentang Ras Tuyul dan Ras yang lainnya."
"Nanti kujawab semua pertanyaanmu setelah kita sampai di penginapan," ucap Nusa memberi saran.
Tara setuju, karena sekarang mereka harus menyelesaikan misi terlebih dahulu.
...*****...
Tara memegang kartu petualangnya. Kartu itu kecil dan tipis seperti KTP. Nusa menekan kartu petualang Tara dengan asal, tiba-tiba muncul sebuah layar tipis di atas kartu itu.
Layar itu menunjukkan misi-misi yang Nusa dan Tara harus selesaikan. Terdapat 20 kotak kecil di dalam layar, Tara hanya perlu menekan salah satu kotak, maka muncul informasi mengenai misi. Informasi yang diberikan pun sangat detail, di sana juga terdapat waktu berakhirnya suatu misi.
Misi pertama adalah membunuh 5 Katak sungai yang berada di Muara Angke. Katak sungai tergolong monster peringkat anak bawang, cocok untuk pemula, mungkin.
Nusa dan Tara berjalan di atas tanggul, sebelah kanan mereka terdapat persawahan yang luas sementara sebelah kiri mereka terdapat sungai batu yang airnya jernih.
"Ada kodok, tekoek, tekoek. Dipinggir kali, tekoek, tekoek." Nusa menyanyikan lagu itu sepanjang jalan.
Sampai di muara sungai, Nusa dan Tara tidak melihat tanda-tanda dari katak sungai.
"Katanya di sini banyak katak sungai, mana! gak ada satu ekor pun," umpat Nusa kesal lalu melempar sisa makanan ke dalam air.
Tiba-tiba air seperti mendidih dan seekor katak sungai melompat dari dalam air. Besar katak itu sama dengan sebuah truk.
Katak itu melompat ke arah Nusa, dia menjulurkan lidahnya seakan ingin menangkap Nusa lalu menelannya. Nusa menghindar kesamping lalu bergerak cepat kebelakang sang katak, dia menendang pantat katak itu.
Tara mengeluarkan rantai panjangnya dan mengikat si katak. Tangan dan kakinya terikat kuat seperti lontong.
Tara melompat ke atas punggung katak itu lalu menusukan tangannya.
"Death Blood."
Seluruh tubuh katak itu menjadi kering dan menyusut. Beberapa detik kemudian hanya tersisa tulang belulang si katak saja.
Dari kejauhan Nusa bertepuk tangan dan bersorak ke arah Tara.
Krok, krok, krok...
Sekawanan Katak sungai keluar dari air, mereka memiliki suara cukup bergema. Sekitar 20 Katak sungai menyerang.
Nusa mengeluarkan tongkat sihir dan memutar-mutarkannya tidak jelas. Dia berlaga menjadi penyihir, padahal kekuatan sihirnya tersegel 80%.
Tara berlari cepat ke arah kawanan katak, melewati Nusa yang banyak gaya. Tara mengikat kedua Belatinya dengan rantai. Kaki Tara bergerak lincah menghindari serangan lidah katak.
Tara melempar belatinya kencang.
"Death Blood."
Sama seperti sebelumnya, tubuh si katak menjadi kering dan menyusut. Tara mencabut belatinya, dia terus mengulangi teknik yang sama pada katak lain.
Kurang dari 15 menit semua katak sungai lenyap, hanya menyisakan tulang mereka saja. Tara berdiri tegak, dia nampak menikmati membunuh katak-katak sungai itu.
Tara menatap Nusa tak percaya. Pemuda itu dengan santai berbaring di atas kursi, berjemur seperti wisatawan di pantai.
Nusa menghampiri Tara, dia menyimpan semua tulang katak sungai di ruang tunggu miliknya. Nusa berjalan ke arah muara, memasukkan sebelah tangannya ke dalam air.
"Subete o atsumeru."
Air berputar di tangan Nusa. Semua air muara yang kotor seperti terserap kedalam tangan Nusa. Air kotor itu sekarang hanya menyisakan air jernih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments