Bab 5. Paket Komplit

Suatu senja, Trisha dan orang tuanya bersantai di ruang tamu. Sembari menikmati sepiring bakwan sayur yang hangat dengan beberapa cabe hijau sebagai pelengkap. Mereka pun menonton televisi. Kebetulan yang mereka tonton saat ini adalah film romantis yang mengisahkan tentang perjuangan seorang gadis untuk menemukan jodohnya karena permintaan ibunya.

"Tris," panggil Yudhistira, bapaknya.

"Iya, Pak. Ada apa?"

"Bapak tiba-tiba kepikiran sesuatu."

"Apa, Pak?"

Trisha mengalihkan perhatian pada bapaknya yang duduk tidak jauh dari ibunya. Arumi pun nampak memperhatikan suaminya yang ingin menyampaikan sesuatu hal.

"Kamu umur berapa?" Pertanyaan bapaknya sudah mirip dengan interview masuk ke perusahaan saja.

"Baru 22 tahun, Pak. Kenapa?"

"Bapak kepikiran untuk menikahkan kamu, Tris."

Arumi dan Trisha berpandangan. Mereka tidak menyangka kalau Yudhistira akan mengatakan hal seperti itu.

"Bapak, Trisha baru saja bekerja. Trisha juga tidak ingin menikah muda," tolaknya.

Anak zaman sekarang kalau dikasih tahu selalu seperti itu. Berdalih baru saja bekerja. Kalau sudah mendekati usia 25 tahun, akan kebingungan sendiri. Harus ini dan itu. Memilih calon lagi yang dulu katanya modal cinta bisa membuat pernikahan bahagia. Kalau sudah mendekati usia seperempat abad, semuanya terkesan buru-buru. Tanpa cinta pun ayo saja!

"Kalau kamu menikah, bisa bekerja di rumah. Mengabdi pada suami. Biar suami yang bekerja." Ucapan Yudhistira barusan malah membuat Trisha tersenyum kikuk.

Itu bukan cita-citanya. Trisha ingin menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Lalu, dia masih diizinkan untuk bekerja. Tak hanya itu, dia ingin menikmati hasil kerjanya sendiri. Seperti kalimat yang menyejukkan kaum istri di seantero jagat. Uang suami milik istri, tetapi uang istri menjadi milik istri seutuhnya.

"Pak, Trisha ini gadis modern. Mana mau dia seperti Ibu yang terkurung di dalam rumah Bapak. Andaikan Ibu masih muda, Ibu juga ingin seperti Trisha. Bisa bekerja, bermain ke sana kemari, dan duduk-duduk di Kafe seperti sedang memikirkan hari esok dengan bahagia," ucap Arumi dengan senyuman mengembang.

"Ibu! Trisha bukan seperti itu juga. Ibu sangat berlebihan."

Trisha mengambil satu bakwan dengan cabenya sekalian. Dia menggigit bakwan itu dengan hati-hati. Rasanya menikmati hidup sempurna adalah seperti saat ini. Makan bakwan ditemani orang tua lengkap. Belum lagi kalau nantinya Trisha menikah. Pasti akan ada suami bersama kedua orang tuanya.

Bayangan indah itu hancur seketika saat pakdhe dan budhenya datang membawa oleh-oleh. Ini hal yang tidak biasa dilakukan sepasang suami istri itu. Sepanjang sejarah, baru kali ini mereka datang dengan baik-baik, kelihatannya.

"Assalamualaikum," ucap Fatih Ahmad, kakak Yudhistira.

"Waalaikumsalam," jawab serempak anggota keluarga Yudhistira.

"Eh, Mas Fatih. Tumben datang ke sini?" Yudhistira menyambut kakaknya.

"Iya, Dek Yudhis. Ini suamiku pengen ketemu kamu. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan," ucap Yunani Widyawati.

"Duduk dulu, Mbak!" perintah Arumi.

"Eh, iya Dek Rumi. Terima kasih." Seperti biasa, nada bicara Yunani yang centil pada zamannya.

Trisha berdiri untuk menyalami kerabat orang tuanya itu. Seperti biasa, pertanyaan konyol dari mulut Yunani sepedas seblak level setan.

"Tris, kapan kawin?" Pertanyaan Yunani ini spontan membuat Trisha terpaku.

Melihat suasana yang tidak nyaman, Arumi mencoba menjadi perisai untuk putrinya. Kakak suaminya itu memang memiliki anak gadis yang usianya lebih tua dari Trisha. Namanya Dayana Elakshi, 25 tahun. Sampai saat ini gadis itu pun belum menikah. Namun, keluarga Dayana selalu menyudutkan Trisha supaya lekas menikah.

"Sabar, Mbakyu. Trisha baru saja bekerja. Nanti kalau sudah ketemu jodoh, pasti kami akan kasih kabar," sahut Arumi.

"Jangan lama-lama, Tris. Nanti keburu jadi perawan tua," sahut Fatih.

Kalau sudah seperti ini, Trisha pasti sangat sebal. Entah, pakdhe dan budhenya itu terbuat dari apa. Setiap datang ke rumah selalu saja membuat suasana tidak nyaman. Bisa dibilang pasangan suami istri ini sangat toxic sekali. Belum nanti bertemu anaknya. Duh, paket geprek level pedas iblis. Komplit banget.

"Sabar, Mas! Trisha juga baru lulus kuliah. Biarkan menikmati masa mudanya dulu. Oh ya, silakan nikmati makanan seadanya. Aku ke dapur dulu," pamit Arumi. Seperti biasa, dia harus menyiapkan seluruh makanan dan minuman yang paling enak di rumahnya. Jika tidak, maka Yunani selalu mencibir sampai ulu hati. Beruntung Arumi tipikal wanita penyabar seperti suaminya.

"Tehnya jangan panas-panas, Dek!" pinta Yunani.

Nah, belum apa-apa sudah membuat keributan, bukan? Tinggallah Trisha dan bapaknya. Yunani nampak memberikan kode pada suaminya untuk segera memberitahukan niat dan tujuannya datang ke sini.

"Yudhis, aku ke sini ada perlu sama kamu. Pertama, ya untuk menjalin silaturahmi. Aku jarang-jarang kan sebagai saudara tertua datang ke rumahmu kalau tidak ada perlu," ucap Fatih basa-basi.

"Memangnya Mas Fatih ada perlu apa?" tanya Yudhistira tidak sabar. Semoga kedatangannya kali ini bukan masalah uang. Sulit sekali kalau sudah urusan utang piutang antar kerabat dekat.

"Anu, Dek. Kamu kan tahu Dayana, kan? Dia sudah cukup umur. Kami berniat menjodohkannya, tetapi--"

"Kami belum menemukan laki-laki yang pas, Yudhis," sahut Fatih.

Trisha dan Yudhistira tampak bingung. Apa hubungannya Dayana dan keluarga Trisha? Kalau memang mau cari jodoh alternatifnya kan banyak. Bisa melalui aplikasi online perjodohan, dikenalkan oleh tetangga, dan opsi terakhir datang ke Pak Ustadz untuk meminta ta'aruf.

Arumi membawa satu nampan berisi makanan dan minuman. Kali ini bukan bakwan sayur lagi, melainkan tahu isi yang barusan digoreng. Arumi selalu menyediakan makanan seperti itu di kulkas. Sewaktu-waktu diperlukan bisa siap sedia. Tinggal goreng dan rebus air untuk minuman.

Aroma tahu isi itu mengganggu indra penciuman Yunani. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati makanan yang disuguhkan adik iparnya.

"Wah, ini enak sekali, Dek Rumi. Ini pasti sudah disediakan saat tahu kami datang ke sini," ucap Yunani sembari meniup tahu isi yang masih panas.

"Pakai tisu, Mbak! Biar tidak panas," usul Arumi.

Melihat tingkah konyol keluarga Fatih dan istrinya membuat Arumi maupun Yudhistira geleng-geleng kepala. Tahu isi yang baru matang langsung diserbu tanpa tahu tuan rumah masih ada di sana.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan, Mas?" tanya Yudhistira.

"Oh, iya. Aku minta maaf, Yudhis. Maklum, kalau kami ke sini, istrimu selalu menyiapkan makanan enak seperti ini," balas Fatih.

Yudhistira sampai menghirup napas panjang kemudian menghembuskannya. Ingin rasanya menenggelamkan diri ke dalam selimut dan tidur untuk sesaat. Kedatangan kakaknya pasti membuat gaduh suasana rumahnya. Akan ada banyak permintaan yang tidak terduga.

"Hemm, itu sudah biasa," ucap Yudhistira lirih.

Trisha tersenyum melihat bapaknya yang sedang kesal. Ingin rasanya Trisha masuk ke kamar untuk menghindari pakdhe dan budhenya itu.

"Begini, kedatangan kami ke sini untuk meminta kalian mencarikan laki-laki untuk Dayana. Dia mau menikah kalau kalian yang mengenalkannya. Dayana tahu jika Trisha memiliki banyak teman laki-laki yang ganteng, mapan, dan istilah kerennya pokoknya paket komplit lah. Bisa, kan?" tanya Yunani.

Yudhistira tidak tahu harus berbuat apa. Dia sendiri bingung mencarikan jodoh untuk anaknya. Sekarang ditambah lagi kedatangan kakaknya yang meminta bantuan. Kepalanya mendadak pusing tak berujung.

Terpopuler

Comments

Arka Abian

Arka Abian

up lgi thor

2022-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!