Kebahagiaan Hamdan dan Alifa

"Selamat ya pak, istri bapak sedang hamil!". Jawab dokter Sari.

Hamdan terpengarah, menatap dokter berkerudung lebar dihadapannya dan ibunya bergantian dan sejurus kemudian ucapan hamdalah berhamburan dari bibirnya yang tak putus tersenyum gembira kemudian ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai, melakukan sujud syukur kepada Allah sebagai wujud terimakasihnya atas segala karunia yang kini dipercayakan di rahim istrinya. Hamdan sangat bersyukur kepada Sang Penguasa Jagad dengan menitipkan seorang calon bayi di perut istrinya tercinta.

"Benarkah menantu saya hamil, dok?. Saya akan menjadi seorang eyang?. Lalu bagaimana keadaan menantu dan cucu saya, dok?". Pertanyaan beruntun berlompatan dari mulut ibu mertua Alifa tanpa jeda. Umi Habsoh menggoyang-goyangkan lengan dokter cantik itu dengan antusias dan hati yang bersorak gembira.

" iya, bu. Ibu sebentar lagi akan menimang seorang cucu. Ibu Alifa sedang hamil dan usianya sudah 6 minggu". Dokter Sari meyakinkan bahwa yang barusan umi Habsoh dengar itu adalah kenyataan.

"Lalu bagaimana keadaan menantu saya dan janinnya, dok?." Cerocos umi Habsoh

"Jangan khawatir, beliau dalam kondisi baik, hanya saja ia masih terlalu lemah dan dehidrasi ringan akibat mual dan muntah yang berlebihan tadi. Sebentar lagi pulih setelah mendapat perawatan. Sekarang ibu dan bapak sudah boleh menemuinya setelah dipindahkan ke ruang rawat". Dokter Sari menjelaskan kondisi Alifa sambil mengelus tangan umi Habsoh yang masih berada di lengannya.

Dokter Sari tersenyum anggun menyikapi tingkah kedua orang di depannya.

Umi Habsoh dan Hamdan segera berlalu ke ruang rawat Alifa setelah mengucapkan terimakasih pada dokter Sari. Alifa tersenyum manis tatkala mertua dan suaminya merangsek masuk ke kamar rawatnya. Hamdan memeluk tubuh istrinya dengan penuh sukacita. Umi Habsoh mengusap kepala ibu calon cucunya itu dengan tatapan bahagia.

"Alhamdulillah, terimakasih sayang. Adek sudah menjadikan mas sebagai seorang laki laki sempurna. Kita akan menjadi seorang abi dan umi." Cicit bahagia Hamdan membuat senyum bahagia Alifa makin mengembang dan mata berkaca-kaca karena terharu. Dokter sudah memberi tahunya sebelumnya.

"Selamat ya, nak. Jaga cucu umi baik-baik, ya." Ucap umi Habsoh sambil menyeka air mata menantunya dengan penuh kasih.

"Terimakasih, umi."Jawab Alifa dengan senyum yang enggan pergi.

Hamdan segera mengabarkan berita bahagia ini kepada kyai Rahman dan sang mertua. Rasa bahagia menyeruak di hati keluarga besar mereka. Puji syukur tak terkira mereka panjatkan dengan keluasan rezeki yang diamanahkan.

Setelah kondisi lebih baik, mereka pun meninggalkan rumah sakit dengan segala petuah dokter agar menjaga asupan dan tidak lupa minum vitamin yang sudah diresepkan untuk menjaga kesehatan ibu dan juga calon janin.

...****************...

Kyai Rahman dan besannya, pak Sofyan dan Bu Rani sudah berkumpul di rumah Hamdan dan Alifa ketika mereka tiba dari rumah sakit. Mereka menyambut kedatangan Alifa dengan amat girang. Ucapan selamat membahana untuk kedua pasangan muda yang sedang dilingkupi rasa bangga dan berbunga-bunga disertai pelukan bahagia yang teramat sangat.

Hamdan mengajak duduk istrinya di sofa. Genggaman tangan terus bertaut. Keduanya terlihat berbicara lirih, saling senyum dan sekali-kali tangan keduanya yang tidak bertaut mengelus perut Alifa yang masih rata. Hamdan juga nampak begitu berbahagia dengan kehamilan istrinya itu. Ia menunjukkan rasa cintanya dengan berulang kali mencium tangan dan perut istrinya. Mengajak bicara perut istrinya seolah janin yang ada di dalam mendengar semua ocehannya. Ia sesekali mencium kening dan pipi wanita dihadapannya sehingga membuat ibu hamil muda itu menjadi tersipu dan salah tingkah. Keduanya bercengkrama seolah tidak ada orang lain di ruangan itu.

Bu Rani tersenyum tipis menyadari keintiman anak dan menantunya itu. Ia yang sebelumnya asyik mengobrol dengan besannya, menepuk paha umi Habsoh pelan sambil menunjuk dengan ekor mata dan dagu terangkat ke arah dua sejoli yang ada di depannya. Seolah sudah direncanakan keduanya pun reflek menepuk paha pasangan mereka masing-masing yang belum menyadari adegan romantis anak dan menantu mereka. Sontak semua pandangan tertuju pada dua sejoli yang sedang bercengkrama, tersenyum kecil dan saling menggoda. Sorot mata dua pasang suami istri itu menatap takjub dengan binar riang gembira yang sulit terlukiskan. Gurat sukacita tergambar jelas di wajah mereka dengan tercetaknya lekuk senyum sebagai penyempurna. Ada rasa haru dan lega menyeruak di hati mereka yang menghangat melihat betapa anak-anak yang mereka jodohkan selama ini ternyata begitu saling mencintai. Sebelumnya ada rasa was-was menggelayut pikiran mereka apakah keduanya bisa saling menerima dan saling mencintai. Mereka takut keduanya menjalani kehidupan rumah tangga dengan terpaksa terlebih Alifa.

Sepasang insan yang lagi menikmati kemesraan berumahtangga itu masih asyik bersendagurau, bermanja-manja dan saling menggoda,mengumbar kemesraan. Tanpa mereka sadari empat pasang mata sedang merekam aksi romantis mereka dengan hati berbunga-bunga.

Dua orang yang sedang menjadi tontonan bagi kedua orang tua mereka itu masih belum mafhum dengan situasi yang mereka alami, keduanya masih larut dengan canda tawa dan gurauan yang dihiasi tingkah polah jahil Hamdan yang sesekali mencuri cium dan menoel hidung istrinya.

Suasana ruangan menjadi sangat syahdu tidak ada yang membuka suara selain sepasang suami istri muda yang sedang larut dengan nuansa romantis dan mesra dan kebahagiaan.

Alifa memutar bola matanya, ia baru sadar bahwa saat ini tingkah polah mereka terekam oleh netra orang tua dan mertuanya. Alifa mulai merasakan ada iklim yang berbeda. Suasana tampak senyap, ekor netranya menangkap adanya keganjilan. Mereka tengah jadi pusat perhatian berpasang-pasang mata di ruangan tersebut. Sedangkan Hamdan belum ngeh dengan situasi yang merekam adegan mesra keduanya. Ia masih terus menggoda istrinya seolah lupa bahwa mereka tidak hanya sedang berdua. Mengetahui hal itu, Alifa menepuk pelan lengan suaminya dan memberi kode dengan memutar bola matanya, dan mengangkat dagu tinggi memberi tahu agar faham bahwa para orang tua sedang menjadikan mereka objek tontonan menarik dan gratis. terlihat wajah Alifa yang tersipu malu. Paham akan maksut istrinya, Hamdan pun sontak menoleh dan tersenyum simpul. Ia cengengesan sambil mengusap tengkuknya dan menggaruk kepala yang tidak gatal.

Sontak gelak tawa menghiasi ruang tamu pasangan muda yang sedang berbahagia karena hadirnya calon bayi dirahim sang isteri Kedua pasang suami isteri yang sudah tidak muda lagi itu terkekeh serempak melihat kedua anak mereka tampak salah tingkah

"Walah kok udahan sih film romantisnya. Ibu kan lagi betul-betul menikmati. Jarang lo ada tontonan gratis dengan adegan romantis yang alami". Ucap umi Habsoh terkekeh.

Ucapan umi Habsoh yang blak-blakan disambut gelak tawa yang lain dan membuat anak serta menantunya kembali tersipu malu.

"Iya, kok udahan sih filmnya romantisnya. Kan lagi seru-serunya". Canda bu Rani setelah berhasil mengendalikan tawanya.

"Ih, ibu. Apain, sih?" Jawab Alifa dengan wajah merona.

"Janga malu, nduk. Umi sangat bahagia sekali melihat keharmonisan hubungan kalian. Umi sangat berterimakasih kamu mau menjadi menantu umi, kamu bisa menerima putera umi yang begitu manja dan banyak memiliki kekurangan". Ujar Umi Habsoh serak. Mata memerah menahan air mata yang sudah menggantung di pelupuk matanya. Dihapusnya dengan sigap butiran bening tersebut, senyumnya mengembang sempurna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!