Mereka sudah sampai di tempat tujuan, suasana di sini tidak terlalu sepi. Jalannya yang cukup jauh dan cuaca mulai tidak bersahabat membuat Tasya sedikit malas untuk melanjutkan perjalanan. Tapi lagi-lagi jabatan yang dia pegang menjadi beban dan memaksanya melanjutkan perjalanan ini.
"Tempatnya lebih luas yang ini, Chan," ucap Tasya sambil melihat ke sekelilingnya. Tempat ini bagus dan jalannya tidak sesulit tadi.
"Iya, terus katanya nanti pos to pos bisa lewat goa gitu," kata Chandra.
"Serius? Yaudah ambil yang ini aja," cetus Vio kegirangan apalagi dia melihat ada outbond yang sudah tersedia di sini.
"Terus keuangan gimana?" tanya Tasya pada Chandra.
"Katanya minimal 20% dulu 2 minggu sebelum acara," jelas Chandra.
"Ya udah kita udah ini bikin proposal aja, tapi bikinnya 2. Jadi proposal buat tempat yang ini sama yang tempat tadi," kata Tasya.
"Yakin diacc?" tanya Riana. Bukannya apa-apa, tapi mereka memiliki kepala sekolah yang sangat irit. Bisa-bisa setelah cape menyusun malah dibatalkan.
"Acc atau enggak, yang penting kita udah coba," ucap Tasya mencoba meyakinkan.
"Kalau gak diacc?" tanya Aul pesimis.
"Ya mentok-mentok kita camping di sekolah," kata Chandra pasrah.
Chandra pergi melanjutkan perjalanannya. Entah mau kemana, yang pasti Tasya tak mau ikut. Karena menurutnya survey hanya untuk tempat camping saja.
"Lu gak ikut?" tanya Viko pada Tasya.
"Gue males, lo gak liat? Ini udah mau hujan, kalau kedinginan gue gampang sakit dan malah ngerepotin kalian," jawab Tasya.
Awan memang sudah sangat gelap, mereka lebih baik menghindarinya sebelum hujan turun.
"Itu ada saung, kesana aja," ajak Viko.
Read : Saung itu rumah dari bambu gitu.
Mereka pun memutuskan untuk berlindung di Saung itu. Tidak ada percakapan, mereka sama-sama tidak ingin memulai pembicaraan. Sampai akhirnya dengan pasrah Viko lagi-lagi memulai percakapan.
"Lu sama Chandra emang sering berantem kaya tadi?" tanya Viko yang sedari tadi selalu melihat pertengkran ketua dan wakil OSIS itu.
"Ya gitu deh, lo tau gue orangnya kaya gimana di kelas, soo gak heran kalau gue banyak berdebat sama dia. Lagian dia nyebelin, suka marah-marah."
"Ketua dan Wakil, bukannya harus saling ya? Maksudnya solid gitu?"
"Gini, bukan gue percaya sama horoscope atau sebagainya. Tapi, gue sagitarius dan dia juga. Sagitarius, orang yang selalu teguh pada pendiriannya. Gue bertahan sama argumen gue dan dia juga. Apa bisa sejalan?"
"Hm."
"Gosah sok cool deh lo, kesel gue," kata Tasya kesal.
Hening, tak ada pembicaraan antara mereka. Bayangkan saja, dua orang yang biasanya selalu bertengkar sekarang bersama dalam satu tempat. Percayalah, itu awkward moment banget.
Where should we run to?
We got the world in our hands and we're ready to play
They say we're wasted
But how can we waste it if we're loving every day?
Okay, I got the keys to the universe
So stay, with me, 'cause I got the keys, babe.
Lagu Dj. Jonas Blue - Mama, tiba-tiba mengalun dari ponsel Tasya. Siapa lagi kalau bukan Radit kakaknya.
"Halo, Bang," jawab Tasya saat mengangkat teleponnya.
"Lu di mana?" tanya Radit dari seberang sana.
"Lagi survey tempat."
"Ya di mana?"
"CIC."
"Lu udah makan kan? Jangan sampe belum!"
"Belum, tapi nanti pulangnya mau kok."
"Ya udah, hati-hati."
"Sip maboss," kata Tasya sambil menutup panggilannya.
"Kakak lu?" tanya Viko.
"Ya."
Tanpa sadar ada yang sedang memperhatikan mereka sejak tadi. Ya, Chandra. Dia tidak suka melihat Viko bersama dengan Tasya. Chandra tidak mengerti dengan perasaanya saat ini. Seperti cemburu tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kalau suka, ungkapin," kata Linda sambil menepuk pundak Chandra dan memilih untuk berjalan menghampiri Tasya.
"Dari mana kalian?" tanya Tasya.
"Dari goa tokek, survey jalanan," jawab Linda dengan senyum sumringahnya. Benar saja, survey ini dijadikan ajang refreshing dari rutinitas selama beberapa hari ini.
"Maaf gue gak ikut," ucap Tasya menyesal.
"I know, no prob," kata Linda santai lalu kembali tersenyum.
"Eh, Sya. Tempat yang tadi tuh, bagussss banget. Udah fix ya di sini?" tanya Vio saat sampai di depan Tasya. Vio terlihat sangat antusias kali ini.
"Ya doain aja yang terbaik, Vi," jawab Tasya bijak.
"Aaminn."
"Udah kumpul semua, 'kan? Yuk balik, keburu hujan," ajak Tasya pada mereka semua.
"Btw kita jadi dong, ke KL?" tanya Aul.
"Jadi." Tasya mengangguk, KL sudah menjadi tradisi yang kalau ada perataan apa-apa langsung ke sana.
"Lo yang teraktir kan, Sya?" tanya Riana sabil menaik-naikan alisnya.
"Sip, yok," ajak Tasya lagi sambil menurunin anak tangga.
Mereka segera menuju parkiran, karena setelah ini mereka akan langsung ke KL untuk makan-makan, ya itu adalah tempat langganan mereka untuk makan bakso atau mie ayam.
...~ • ~...
Lagi-lagi tak ada pembicaraan antara Viko dan Tasya di atas motor. Hingga hujan mulai turun dengan lebatnya.
"Aduh, Vik. Lo gak bawa jas hujan gitu?" tanya Tasya yang sangat kedinginan kali ini. Radit pasti cemas kalau Tasya kehujanan. Masalahnya imun Tasya tidak seperti orang normal lainnya. Imunitas tubuhnya tidak sekuat itu.
"Gak bawa, lupa," ucap Viko santai, menurutnya hujan adalah hal yang biasa saja. Bahkan dia lebih menyukai bermain hujan-hujanan.
"Terus ini gimana?"
"Ya gak gimana-gimana, kita kehujanan," kata Viko asal.
"Ah lo mah, yaudah deh," kesal Tasya.
Tasya sebenarnya tidak kuat menahan dingin, tapi dia berusaha. Daripada dia pingsan di jalan, itu akan lebih rumit masalahnya. Tentunya juga akan membuat teman-temannya khawatir.
Hujan turun begitu lebatnya, jika kalian melihat muka Tasya hanya satu yang bisa diungkapkan. Pucat. Tasya terus memegang pinggang Viko, namun dia tidak kuat lagi menahan dingin. Memeluk Viko, itu adalah satu satunya pilihan sekarang.
'Aduh, kok gua deg-degan ya?' batin Viko.
"Sya, lu gak pingsan, 'kan?" tanya Viko yang mulai khawatir. Pasalnya dia tidak bersuara sama sekali.
"Ga, dingin doang gue. Cepetin makanya."
Viko mempercepat motornya, entahlah rasanya dia begitu cemas saat ini. Ini kali pertama dia membawa seorang gadis di atas motornya, ditambah cuacanya tidak mendukung.
"Ya ampun, Sya. Muka lo pucet banget," kata Rika saat motor Chandra dan Viko bersebelahan.
"Dingin tau," sahut Tasya yang menjawab sambil memberikan sedikit senyumnya.
Chandra tak tega melihat Tasya yang kedinginan begitu. Namun, dia diam saja karena tak berani menunjukkan kecemasannya.
Tak selang berapa lama, mereka pun sampai di KL. Tasya turun dari motor Viko dengan gemetar. Dan sialnya hujan mulai mereda saat mereka sudah sampai.
"Sya? Muka lo pucet abis," ucap Riana.
"Ya dingin tau, kalian tau lah gimana gue," kat Tasya berusaha santai.
"Lo gak bawa jas hujan gitu, Vik? Kasian Tasya sampe mengigil gini." Ayu memeluk Tasya, walaupun dia juga sama-sama basah sekarang.
"Kalau bawa udah gua pakein kali, Yu. Gua gak bawa jas hujan karena gak biasa pake."
Mereka memilih duduk di meja dekat jendela. tempatnya luas, pas untuk mereka yang rombongan. Dan yang pasti itu adalah spot yang sering mereka tempati.
Chandra terus memperhatikan Tasya yang masih sibuk dengan kedinginannya. Rasanya ingin memberikan jaket, tapi dia tidak membawa jaket.
"Ah, lemah juga ya lo jadi Ketua OSIS," ejek Viko.
"Heh, emangnya Ketua OSIS gak boleh kedinginan? Gak ada hubungannya sama sekali," protes Tasya yang keheranan dengan ucapan Viko.
"Ya ada, Ketua OSIS itu harus kuat, tahan banting," ledek Viko ambil memeletkan lidahnya.
"Heh—"
"Asdfghjkl udah deh. Sekarang selain sama Chandra, lo juga suka ya berdebat sama Viko?" Vio mulai kesal dengan perdebatan Tasya dan Viko.
"Ya dia ngeselin, sih." Tasya mendelikkan matanya malas. Ada saja orang yang mengajaknya ribut setiap hari.
"Ya udah, daripada kesel mending pesen makanan aja sekarang," kata Ayu sambil membawa menu.
"Pesen yang kaya biasa aja deh gue," kata Tasya tak ingin pusinh.
"Yaudah samaain aja," sambung Aul.
Ayu dan Vio pun memesan makanan, sementara itu Chandra langsung menyusul Ayu dan Viko entah apa yang dia lakukan dan mau kemana.
"Eh, btw enak banget ya, Sya?" tanya Sinta.
"Hah? Enak apanya?" tanya Tasya bingung.
"Enak diboncengin cogan," lanjut Sinta.
"Biasa aja, sama aja kek dibonceng kang oojek," jawab Tasya tak acuh.
"Dih, ganteng gitu disamaain sama kang gojek, parah emang," celetuk Riana.
"Ya emang beaja, mau coba? Kita tukeran," kata Tasya pada Riana dan Sinta.
"Dih gak mau, malu." Sinta menaikan bahunya.
"Dih, katanya enak." balas Tasya.
"Ya kan cuma bilang aja." Sinta tersenyum sambil merangkup bahu Tasya.
Tasya hanya bisa memasang rolleyesnya. Yang jelas, dia sangat kedinginan sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
vviona
auto nyanyi
2022-09-14
1