“Mom, aku juga berangkat karena aku harus penelitian hari ini.” ucap Carra berlari turun dari kamarnya mengambil tasnya lalu segera mengecup tangan dan pipi sang mommy dia pun segera keluar menuju mobilnya lalu segera melajukannya menuju rumah sang kekasih.
“Carra!!” teriak Deren mengeluarkan kepalanya dari kaca mobil menghentikan laju mobil sang adik yang hendak keluar gerbang.
“Iss kenapa kak? Aku akan terlambat nanti.” Ucap Carra saat mobil kakaknya sudah sejajar dengan mobilnya.
“Ulang tahunmu sabtu ini kan? Kau mau hadiah apa?” tanya Deren.
“Iss kirain apa-an. Terserah kakak tapi satu hal yang pasti kau harus datang, jika tidak awas saja kau.” Ancam Carra lalu segera melajukan mobilnya meninggalkan sang kakak.
Mobil Deren pun segera keluar dan menuju perusahaan utama keluarga Robert. Di jalan Deren membaca jadwal kegiatannya hari ini dari tab, “Max di mana letak pesta ulang tahun adikku nanti? Apakah di hotel miliknya?” tanya Deren kepada asistennya.
“Benar tuan, nona muda melaksanakannya di sana dan dress code untuk pesta ulang tahunnya kali ini adalah hitam.” Jawab Max, Deren pun hanya mengangguk mengerti.
Tiba-tiba mobil Deren mengerem mendadak, “Max apa-apaan ini? Apa kau tidak tahu mengemudi dengan benar?” tanya Deren tajam pasalnya dia memang tidak memakai sabuk pengaman akibatnya saat Max mengerem mendadak dia pun terhuyung ke depan.
“Maaf tuan tapi di depan ada,,” tunjuk Max, Deren pun segera melihat arah jari Max menunjuk.
“Kau tidak apa-apa kan sayang. Jangan menyebrang tiba-tiba seperti itu sayang. Bagaimana jika kau tertabrak.” Ucap seorang gadis dewasa kepada seorang gadis kecil.
“Maafkan Cally ibu Vio. Cally hanya ingin membeli ice cream itu. Maaf!” ucap gadis kecil itu yang ternyata bernama Cally.
“Ya sudah ibu maafkan tapi lain kali jangan lakukan itu lagi. Jika ingin menyebrang ajak orang dewasa sayang. Untung saja ibu Vio melihatnya jika tidak maka ibu gak tahu apa yang akan terjadi padamu.” Ucap Violet memeluk tubuh kecil Cally. Yah, dia adalah Violet guru TK Melati dan perwalian dari Cally.
“Iya maaf ibu Vio, Cally janji gak akan melakukannya lagi. Terima kasih sudah menolong Cally.” Jawab Cally.
“Sama-sama sayang, ya sudah apa Cally masih ingin ice cream itu?” tanya Violet dan langsung di angguki oleh Cally.
“Ya sudah ayo kita beli.” Ajak Violet lalu dia segera menggandeng Cally menyebrang dan segera membeli ice cream yang di inginkan muridnya itu.
Apa yang terjadi pada Violet dan Cally tidak luput dari sepasang mata yang dari tadi memandang mereka dan mendengar pembicaraan keduanya, “Tuan, apa kita harus jalan?” tanya Max kepada tuan mudanya itu karena dia menyadari bahwa tuan mudanya itu menatap kedua gadis berbeda generasi itu hingga membuatnya tidak menjalankan mobil dari tadi.
Deren yang sadar begitu mendengar perkataan asistennya itu pun segera berdehem untuk menetralkan perasaannya yang dia sendiri pun tak tahu apa yang terjadi, “Iya jalan saja.” Jawab Deren. Max pun segera menjalankan mobil kembali sementara Deren melihat ke arah belakang lalu dia tersenyum melihat Violet dan Cally yang sudah menyebrang dan masuk ke TK itu. Max yang melihatnya tuan mudanya melakukan itu pun hanya tersenyum. Pasalnya dia sang hafal dengan sikap dingin tuannya itu jika bertemu dengan yang namanya wanita. Dia merasa jijik melihat mereka apalagi wanita yang selalu mendekatinya adalah wanita yang pakaiannya kurang bahan. Dia membenci mereka dan enggan dekat dengan mereka kecuali wanita itu adalah Mommy Grysia dan Carra.
Deren memang pria yang terkenal dengan sikap dinginnya terhadap perempuan dan juga terhadap para relasi bisnisnya hingga dia di juluki dengan kulkas berjalan, si wajah es dan berbagai panggilan lainnya yang mendeskripsikan wajah dinginnya tapi hal tidak memperburuk citranya tapi justru menambah pesonanya hingga dia sangat terkenal di mana-mana dan begitu banyak gadis yang memimpikannya menjadi pendamping. Tidak sedikit pula relasi bisnisnya yang ingin menjodohkan putri mereka dengannya tapi seperti biasa dengan wajah dinginnya dia menolak itu semua.
Tidak lama kini Max dan Deren sudah sampai di gedung pencakar langit yang terdiri dari 30 lantai itu di mana di sana bertuliskan dengan besar dan mewah ‘Robert Group’. Max pun segera memakirkan mobil Deren khusus untuk parkiran Presdir lalu Deren turun dengan di susul Max di belakang segera masuk ke dalam gedung itu. Dan seperti biasa kedatangan presdir mereka itu selalu menghebohkan karyawan di sana tapi Deren mengabaikannya karena dia sudah terbiasa dengan hal itu dan menganggapnya angin lalu.
“Wah, presdir sudah tiba.”
“Tampannya presdir kita, jika begini aku akan tambah semangat kerjanya.”
“Pak Max juga tidak kalah tampan.”
“Yah mereka bagai pinang di bela dua tapi tetap pak presdir lebih tampan. Ingin rasanya aku menjadi istrinya.”
“Jangan halu, sudah sana kerja daripada kita nanti di keluarkan dari sini karena lalai.”
Kira-kira begitulah bisikan para fans dari Deren tapi dia sudah biasa dengan hal itu. Kini Deren dan Max sudah menuju lantai 30 di mana ruangan presdir berada melalu lift khusus presdir karena jika di lift karyawan hanya sampai lantai 29 saja di mana di sana hanya berada ruangan rapat dan manajer saja.
“Max, segera persiapkan rapatnya.” Ucap Deren lalu segera duduk di kursi kebesarannya lalu segera membuka dokumen yang harus dia periksa.
“Baik tuan.” Jawab Max. Yah, Deren tidak memiliki sekretaris jadi Max merangkap sebagai asisten dan juga sekretarisnya. Hal itu karena Deren tidak suka namanya wanita yang mengganggunya bekerja karena hampir semua sekretarisnya hanya menyukainya saja hingga membuatnya muak dan tidak lagi merekrut seorang sekretaris dan menjadikan Max yang mengerjakan itu semua. Untung saja Max adalah orang yang cakap dalam segala hal dan mampu mengimbangi kegilaan kerja dari Deren.
Hal itulah yang membuat Max sama tidak memiliki kekasih seperti Deren karena saking sibuknya hingga ada gossip yang mengatakan bahwa Deren dan Max adalah pasangan kekasih tapi hal itu dibiarkan saja oleh Deren karena dengan begitu akan berkurang fans gilanya tapi sayang hal itu justru membuatnya semakin terkenal saja.
“Tuan, ruang rapatnya sudah siap dan semua sudah menunggu anda di sana.” Ucap Max.
“Baiklah, ayo kita kesana karena sepertinya seminggu aku tidak ada di sini mereka juga berleha-leha bekerja.” Ucap Deren tersenyum misterius lalu melangkah keluar.
Max yang melihat senyum tuan mudanya itu hanya bergidik ngeri karena jika senyum itu sudah keluar maka berarti ada seseorang yang akan kehilangan pekerjaannya.
Sekitar satu jam lamanya Deren mengadakan rapat dan seperti dugaan Max sebelumnya maka di akhir rapat dua orang sekaligus segera di pecat oleh Deren lalu segera di letakkan dalam backlist perusahaannya hingga membuat mereka yang keluar dari perusahaan ini susah di terima lagi di perusahaan lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments