<
Nama : Alexander Leonard
Usia : 17 tahun
Konstitusi : 5 [+]
Vitalitas : 6 [+]
Skill :
- pemahaman bahasa : 3/3 [+]
- klon : 1/3 [+]
- berpikir cepat : 1/3 [+]
<
<
<
<
Poin system : 0
Koin emas : 900
Beberapa saat berlalu sejak kelompok Timothi memasak daging rusa yang mereka buru.
Selama waktu itu, berkat skill kemampuan bahasa yang maksimal, Alex yang sedang berpura-pura pingsan telah memahami bahasa yang telah mereka gunakan dengan mendengarkan percakapan yang mereka lakukan.
Klon Alex yang memakai sebagian besar kesadaran Alex juga telah mendapatkan kelinci yang tadi mengencingi tubuh utamanya.
Alex juga mendapatkan informasi baru terkait sistemnya.
Pertama, Makhluk hidup tidak dapat dimasukkan ke dalam inventory. Begitu Alex membunuh kelinci itu, barulah ia dapat memasukkan mayatnya ke dalam inventory.
Selanjutnya, klon Alex hanya dapat bertahan selama satu jam. Setelah satu jam berakhir maka klon tersebut akan menghilang. Alex berpikir bahwa ini terjadi karena poin pada skill klonnya hanya satu.
Disaat Alex sedang berpikir, Ia mencium aroma lezat tepat di samping kepalanya yang terbaring.
"Bangun kawan! Makanan sudah siap." Terdengar suara Timothi sambil mengguncang-guncang tubuh Alex.
Berpura-pura letih dan lesu, Alex bangun dari kondisi "pura-pura" pingsannya.
Melihat sekelilingnya, Alex seakan linglung bangun dari pingsannya.
"Siapa kalian?" Tanya Alex dengan suara parau.
"Aku adalah Timothi. Ini adalah teman-temanku dari desa Rod yang ikut berburu dan mengumpulkan obat." Jawab Timothi mengulurkan tangan sambil tersenyum ramah.
'Sepertinya salam di dunia ini sama dengan di duniaku.'
Alex ikut mengulurkan tangannya menjabat tangan Timothi. "Aku Alexander."
"Apa yang terjadi kepadamu?" Tanya Timothi kepadanya.
"Aku adalah seorang budak dari kerajaan Fylomus. Tuanku adalah seorang pedagang budak yang ingin menangkap beberapa elf di hutan ini untuk dijual. Dia tertangkap oleh pasukan elf dan dieksekusi. Para elf mengasihaniku yang merupakan seorang budak dan melepaskanku setelah menghilangkan segel budakku." Alex menjawab pertanyaan itu dengan baik.
Saat pura-pura pingsan, Alex memikirkan akan identitasnya di dunia ini. Dan berkat informasi dari percakapan mereka yaitu :
Terdapat kerajaan terkenal yang memberlakukan sistem budak yaitu kerajaan Fylomus.
Dalam periode tertentu, pedagang budak datang ke hutan besar untuk menangkap elf yang berharga jual tinggi.
Terdapat suatu segel budak menyerupai tato di punggung yang membuat sang budak patuh kepada tuannya.
Alex pun segera membuat identitas palsunya di dunia ini dengan memakai informasi di atas.
Alex tidak mengetahui bahwa skill berpikir cepat juga membantunya untuk menghasilkan kesimpulan itu.
Timothi dan kelompoknya merasa kasihan kepada Alex.
Seorang wanita mengambil mangkok yang berisi daging dan sup panas lalu mengulurkannya ke arah Alex. "Makanlah ini. Aku sudah memisahkannya dengan yang lain agar perutmu terasa nyaman."
Melihat sekeliling Alex menyadari hanya makanannya yang merupakan sup.
Anggota kelompok lain hanya mendapatkan daging rusa bakar yang cukup mudah dibuat di tengah hutan.
Bahkan tidak ada piring atau sejenisnya untuk anggota lain, langsung memegang tulang-tulangnya dan melahap daging yang melekat pada tulang tersebut.
'Wanita ini sangat perhatian. Apakah ia suka dengan wajah tampanku?' Melirik wanita itu, Alex melihat matanya yang menampilkan pandangan kasihan seperti seseorang yang melihat anak anjing kelaparan. 'Yah... Sepertinya dia suka dengan wajahku yang cukup lucu.'
"Terimakasih." Alex mengambil mangkok berisi sup dari tangan wanita.
"Hmmph. Kenapa seorang budak mendapatkan makanan yang lebih baik dari kita?" Seorang pria berbadan kurus namun tinggi mendengus melihat perhatian wanita itu kepada Alex.
"Jangan begitu Gustaf. Apa kau tidak lihat dia dalam kondisi yang tidak sehat? Kita juga sama - sama manusia jadi jangan merendahkan orang lain." Jawab wanita baik itu.
'Ya sepertinya lelaki yang disebut Gustaf menyukai wanita baik ini. Apa yang akan ia pikirkan jika tahu kalau aku hanya pura-pura pingsan.' Tawa Alex dalam hatinya.
"Baiklah. Sekarang waktunya makan. Setelah itu kita akan merapikan barang-barang dan kembali ke desa." Sela Timothi yang merupakan pemimpin grup.
Mendengar pengaturan Timothi, yang lain segera memakan daging rusa bakar dalam posisi melingkar.
Alex yang ikut dalam barisan melingkar juga mulai memakan sup di dalam mangkok.
Jarak antara desa dan hutan tempat mereka berburu sekitar satu jam perjalanan dengan berjalan kaki.
Dan karena kelompok tersebut membawa barang bawaan berupa empat ekor rusa serta obat-obatan herbal, perjalanan mereka dilalui dalam waktu dua jam.
Selama dua jam perjalanan tersebut Alex berbincang-bincang dengan mereka dan mendapatkan beberapa informasi.
Salah satunya adalah hutan ini bernama Great Forest dan merupakan tanah kelahiran para elf.
Lokasi mereka berburu hanyalah pinggiran hutan Great Forest yang merupakan zona aman karena terdapat sedikit monster dan berada di luar wilayah elf.
Alex juga telah mengingat semua nama teman dunia lain pertamanya.
Timothi sang pemimpin kelompok sekaligus anak kepala desa.
Mathias anak kecil yang sering datang kepadanya dan menyombongkan sesuatu sepanjang perjalanan.
Tio seorang wanita baik yang membuatkannya sup dan Stevi wanita lainnya di kelompok.
Gustaf yang terlihat menyukai Tio, Andre, Richard, Nicholas, Ronald, Arnold, dan William.
"Akhirnya kita sampai." Ujar Mathias yang berlari ke depan menyelinap dari tengah-tengah kelompok.
Timothi dan Richard tersenyum masam melihat Mathias yang masih energik karena tidak membawa beban apapun.
"Dengar Alex, jika Mathias menawarimu untuk tinggal di rumahnya lebih baik kau tolak saja." Tiba-tiba Timothi berkata kepada Alex setelah Mathias berlari agak jauh ke depan.
"Kenapa?" Tanya Alex yang sudah akrab dengan Mathias sejak perjalanan tadi.
Mathias satu-satunya anak kecil di kelompok itu sehingga ia sangat polos dan mudah diajak berbicara.
"Kedua orang tuanya meninggal enam bulan lalu meninggalkan ia dan adiknya di desa." Kata Timothi dengan sedih.
"Kau tau kondisi anak kecil yang tidak mempunyai orang tua kan?" Ikut Richard menimpali jawaban Timothi.
"Apa tidak ada yang mengadopsi mereka?" Tanya Alex.
"Kamu sudah melihat sendiri sikap Mathias selama perjalanan. Ia sangat keras kepala dan bangga akan mendiang orang tuanya." Richard tersenyum masam kepada Alex.
Mendengar itu kini Alex paham kenapa seorang anak kecil ikut dalam kelompok yang melakukan perburuan di pinggiran Great Forest.
Di kejauhan, telihat Mathias membuka pagar kayu yang dibuat penduduk desa untuk menghalangi binatang buas dari dalam hutan.
Seorang pria paruh baya membunyikan lonceng dengan suatu irama yang menandakan kepulangan kelompok Timothi dari hutan. "Apakah kalian semua selamat?" Pria paruh baya itu tersenyum sembari menepuk-nepuk puncak kepala Mathias.
"Iya kakek Gren, dan kami juga berhasil memburu empat ekor rusa." Mathias membusungkan dadanya dengan bangga.
"Hohoho. Apakah kamu ikut memburunya?" Gren geli melihat sikap Mathias dan berniat mengusilinya.
"Ya-yah aku ikut bersama mereka." Jawab Mathias gugup, "Aku juga berhasil menangkap seekor kelinci namun terlepas karena ingin menyelamatkan seseorang yang tersesat di hutan."
"Itu benar paman Gren, Mathias melakukannya dengan baik di hutan tadi." Timothi tersenyum geli dan mengedipkan sebelah matanya kepada Gren.
"Selamat datang kalian semua." Gren menyapa kelompok yang baru menghampiri mereka, "Eh, siapa orang itu?"
"Dia tersesat di hutan. Namanya Alexander, aku akan memperkenalkannya nanti saat berkumpul dengan yang lain." Jawab Timothi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
ADRIAN
ok
2022-10-27
1